Pernyataan
Dikucilkan teman itu tidak enak. Ingin melakukan apa pun serba salah. Lyana menghadapi bully-an itu sendiri. Sebenarnya Edo kasihan dan tak tega melihat Lyana dipermalukan; kadang saat dia jalan tiba-tiba ada yang menjegal, Lyana jatuh ditertawakan bukannya ditolong. Pernah ketika itu ban sepeda kayuh Lyana dikempesi, dia pulang menuntun sepedanya.
Hanya karena ketidaktahuan, bisa-bisanya mereka menghakimi Lyana seperti itu. Padahal belum tentu gosip yang mereka dengar benar, mereka membenci Lyana tanpa alasan, hanya mendengar kabar burung bahwa dia 'teman tidur Al', pria populer, tampan, dan banyak diperebutkan wanita-wanita di kampus.
Apa mereka iri kepada Lyana karena tidak bisa dekat dan memenangkan hati Al? Bisa saja! Meskipun banyak wanita menggilainya, hati Al tertutup rapat untuk siapa pun. Tak ada niat untuknya menjalin hubungan dengan salah satu wanita mana pun. Tujuannya satu, Al yakin kalau dia akan menemukan 'pacar kecilnya'. Ternyata takdir Tuhan mempertemukan, tetapi dengan kondisi yang berbeda. Lyana melupakannya. Itu pukulan berat bagi Al.
"Heh, Ly, gimana rasa batangnya Al? Enak enggak?" ujar seorang wanita menghampirinya ketika Lyana ingin masuk kelas.
"Maksud lo apaan sih?" Dahi Lyana mengerut dalam, dia risih mendengar pertanyaan itu.
Wanita berpakaian ketat itu berdiri di depan Lyana. Dia berbisik, "Gue kenal om-om tajir berduit. Al mah lewat. Gue bisa kenalin lo ke mereka."
"Heh, gue bukan cewek murahan kayak lo pikir, ya!" ujar Lyana nyolot menjauhkan dagis bersurai panjang nan bergelombang itu dari hadapannya.
Wanita itu tersenyum miring sambil bersedekap. "Enggak usah muna deh, Ly. Kayak gue, udah rahasia umum. Manfaatin aja kalau mereka udah pada tahu. Kita buat bisnis, buka BO buat mahasiswa tajir. Banyak kok mahasiswa sini yang butuh pelampiasan. Duitnya juga banyak."
"Sorry, ya, Pingkan, gue enggak serendah itu!" sergah Lyana, sekujur tubuhnya memanas, ingin sekali rasanya dia menghapus gosip itu, tetapi bagaimana caranya?
"Ciyeee, ayam kampus sedang bisnis apa nih? Booking-an, ya?" ujar Tia, gadis berkulit sawo matang dan berparas manis, teman sekelas Lyana datang bersama Sisil.
Mereka berdua menghampiri Lyana dan Pingkan, wanita bertubuh langsing, kulit putih bersih, dan berpenampilan modis.
"Eh, Ly, lo kok tega sih mengkhianati temen sendiri. Padahal udah jadi rahasia umum kalau Gea naksir berat sama Al," ujar Sisil.
Lyana mengurut dada, dia juga menarik napas dalam. Edo dan Gea datang. Sikap Gea berubah sok jual mahal kepada Lyana, gadis itu seakan tak mengenalinya.
"Eh, Gea, gimana punya temen penghianat kayak Lyana?" tanya Tia sengaja ingin memperkeruh suasana.
Gea dan Edo berhenti di di depan mereka. Sambil melirik Lyana, Gea menyahut, "Yang jelas sakit hati banget. Kecewa dan enggak nyangka aja, kelihatannya polos, enggak tahunya ..."
"Enggak tahunya apa?" sahut suara tegas dari belakang mereka.
Semua menoleh. Al bersama teman-temannya berdiri dengan tatapan datar dan stay cool. Sedangkan Lyana malas melihat wajah Al, dia mengalihkan pandangannya ke sembarang tempat. Gea menutup mulutnya rapat. Al maju tiga langkah hingga berdiri tepat di depan Lyana.
"Kamu enggak apa-apa? Maaf selama ini aku diam," ucap Al sangat lembut mengelus kepala Lyana.
Wanita-wanita yang mengatai Lyana tercengang, termasuk Gea dan Edo. Bibir Gea sampai menganga. Saat di depan Al, entahlah, tiba-tiba Lyana seperti menjadi wanita lemah. Air matanya tak bisa dibendung, akhirnya jatuh. Dia menyingkirkan tangan Al dari kepalanya dan menunduk terisak.
"Maafin aku, ya? Aku akan katakan sama mereka yang sebenarnya terjadi di antara kita," kata Al tak dimengerti Lyana.
Gadis mungil itu lalu mendongak, tak peduli pipinya basah air mata. Al menoleh Gea, gadis yang sudah lama menyukai Al itu tentu sangat bahagia dipandang Al.
"Ge, makasih, ya, lo udah suka sama gue. Tapi, selama ini kita enggak pernah dekat apalagi punya hubungan apa pun, termasuk berteman. Gue menghargai perasaan wanita-wanita yang menaruh hati ke gue. Selama ini gue cuek, pura-pura enggak tahu, bahkan enggak merespons kalian karena ada perasaan yang harus gue jaga. Gue juga enggak mau menyakiti hati wanita mana pun, karena gue tipe cowok yang menghargai perasaan wanita," papar Al menyayat hati Gea dan wanita-wanita di sekitarnya yang juga mengagumi Al.
"Gue permisi dulu," sela Lyana tak ingin menambah beban hatinya.
Mendengar pernyataan Al tadi menyayat hati Lyana. Baru satu langkah, tangan Lyana ditahan Al. Dia menarik Lyana agar kembali, tubuh mungil itu jatuh dalam dekapannya.
"Semuanya tolong dengarkan!" pekik Al lantang dan menarik perhatian banyak orang. "Sebenarnya gue sama Lyana udah pacaran lama. Jadi, mulai sekarang kalau ada yang macam-macam sama dia, berurusan sama gue!"
Hal itu sangat mencengangkan semua orang, terutama Lyana. Sejak kapan dia pacaran sama Al? Mengatakan cinta saja tidak pernah.
"Lo ngomong apa sih?" sahut Lyana mendorong Al. "Lo emang, yaaa ..."
"Aku salah mengakui di depan banyak orang? Biar mereka tahu kalau kamu pacarku."
"Ah!" Lyana mendorong Al lalu berlari sambil menangis.
"Ly!" Al mengejarnya, diikuti Noval, Andika, dan Bastian.
Sedangkan yang lain masih shock mendengar pengumuman itu. Lutut Gea seperti jelly, sangat lemas.
"Do, papah gue, rasanya gue mau jatuh," ujar Gea memegangi bahu Edo.
Dengan cepat Edo melingkarkan tangan di pinggang Gea. Dia menahan Gea agar tidak pingsan.
"Gila, ternyata selera Al rendah," seru Sisil tersenyum miring.
"Bukan! Gue rasa ada sesuatu yang kita enggak tahu tentang Lyana. Selera Al enggak mungkin serendah itu," ujar Pingkan mencurigai latar belakang Lyana.
"Maksud lo apa, Ping?" sahut Gea menatapnya dengan kerutan di dahi.
"Lo katanya pernah jadi sahabat dia, masa sih enggak tahu. Kalau dipikir-pikir, kayaknya selama ini Lyana menutupi hubungannya sama Al, mau jaga perasaan lo, Ge. Lo aja yang enggak peka!" ujar Pingkan sambil bersedekap melirik Gea tajam.
Tertunduk diam dan Gea mengingat-ingat lagi. Kalau dia flashback, masuk akal juga. Sejak Al dan Lyana bertemu, awalnya Lyana sebal kepada Al. Mereka sering berantem. Namun, lama-lama hubungan mereka baik. Al sering diam-diam menghampiri Lyana ke kelas meski Gea tak tahu apa yang mereka bicarakan. Gea juga sering memergoki Al dan Lyana makan di kantin bersama, walau kadang ada Edo juga teman-teman Al. Terakhir melihat Lyana di rumah Al, mereka terlihat bahagia dan mesra.
"Kalau dipikir-pikir pakai logika kayaknya sih bisa jadi. Ada kemungkinan begitu, Ping," sahut Tia.
Gea mendongakkan menatap Tia. Semakin yakin Gea dengan semua yang terjadi di antara Al dan Lyana.
"Kita semua tahu, selama ini emang Al enggak pernah deket, kan, sama cewek mana pun? Perhatian sama cewek aja, gue enggak pernah lihat. Bahkan nih, Al enggak pernah tebar pesona kayak teman-temannya. Memang stay cool dan wajahnya flat," tambah Pingkan, walaupun dia tidak menaruh perasaan kepada Al, tetapi Pingkan pernah ingin menjadikan Al targetnya.
Namun, sayang sekali, Al bukan seperti yang dia pikirkan. Pria itu membentengi dirinya, bahkan dia pintar menjaga diri dari godaan apa pun. Memang Al nakal di kampus, hanya saja nakalnya beda, dia lebih suka menjahili orang-orang, sekadar untuk hiburan dan asyik-asyikan.
"Udah yuk, bubar! Bentar lagi dosen masuk kelas gue," sahut Edo yang sedari tadi hanya diam mendengar percakapan para wanita itu.
Dulu dia selalu ditolong Lyana saat dikerjai Al dan gengnya. Sekarang Edo tak bisa berbuat apa-apa untuk Lyana. Selain nyalinya ciut, Edo terlalu takut dijauhi Gea. Dia tidak mau menyia-nyiakan waktu kedekatannya bersama Gea yang sudah lama didamba, hanya dengan itu Edo bisa selalu bareng Gea.
"Ayo, bubar-bubar!" seru Pingkan berlalu dari depan kelas Lyana.
Orang-orang di sana bubar, tinggal ada Edo dan Gea yang masih termangu mencerna semua ucapan Pingkan, Tia, dan Sisil tadi.
"Do, menurut lo, apa yang dibicarakan mereka benar?" tanya Gea menatap Edo ragu.
"Hmmm ... gue enggak tahu, Ge. Udah sana! Lo masuk kelas aja. Gue juga mau ke kelas."
"Ya udah, entar baliknya bareng, ya?"
"Oke."
Gea masuk kelasnya, sedangkan Edo menghela napas dalam. Ge, lo terlalu sibuk dengan perasaan lo sendiri. Sibuk mengejar orang yang belum tentu membalas perasaan lo sampai lo enggak sadar ada gue yang dari dulu suka sama lo.
Edo lalu berjalan lunglai ke kelasnya. Memikirkan Gea, entah sampai kapan dia akan memendam perasaannya itu.
######
Ada sedihnya juga ada bahagianya. Part ini campur aduk sih. Hehehehe
Makasih buat vote dan komennya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top