Kelima
Kelana mengembuskan napas panjang setelah kepergian Kanaya. Entah kenapa dia tidak bisa marah sedikitpun di saat wanita itu ada di depannya. Dia bahkan memberikan hardisk yang berisi rekaman bersama narasumbernya tadi. Seharusnya rekaman itu dia edit dulu, tapi kenapa malah menyerahkannya secara sukarela pada Kanaya.
Laki-laki itu pun heran dengan sikapnya sendiri. Apakah mungkin karena cerita singkat wanita itu tempo hari. Jika itu benar, Kelana bukan laki-laki yang bisa menaruh simpati hanya dengan cerita remeh seperti itu. Jadi, untuk alasan apa dia tadi melakukan hal tersebut.
Rasanya juga ada yang aneh ketika melihat penampilan Kanaya hari ini. Wanita itu terlihat formal sekali. Sehingga aura keanggunannya terpancar dengan jelas. Kelana sempat dibuat terpana sesaat, ketika Kanaya masuk dalam ruangannya.
Ah, Kelana mengusap wajahnya dengan kasar. Dia harus dapat mengontrol emosinya. Wanita itu hanyalah salah satu bawahannya. Jadi, dia harus menjaga sikap dan wibawanya sebagai seorang atasan.
Tiba-tiba sebuah pertanyaan hinggap dalam pikirannya.
Bagaimana bisa seorang wanita tidak mempunyai suami dan tidak menikah, tapi memiliki anak? Apakah...?
Sepertinya Kelana tidak butuh jawaban untuk saat ini. Cukup sedikit rasa penasaran saja dan dia tidak boleh menumbuhkan lagi rasa penasaran yang lebih, karena itu bisa membunuh dirinya sendiri. Dia harus memilih untuk menjaga jarak atau menjerumuskan diri dengan seorang Kanaya.
****
"Kamu, disemprot Pak Lana?" tanya Risa yang penasaran. Wanita berumur dua puluh lima tahun itu bahkan telah menggeser kursinya ke dalam kubikel Naya.
"Enggak."
"Serius?" tanya Risa dengan nada suara tidak percaya.
"Dua rius malah."
Naya dapat melihat bagaimana Risa melongo. "Terus kamu ngapain tadi?"
"Dikasih ini." Naya menunjukkan hardisk yang berisi rekaman pada Risa.
"Kamu kenapa?" tanya Naya yang heran dengan sikap Risa.
"Enggak papa, cuma heran aja."
"Aku juga heran," imbuh Naya.
"Apa mungkin Pak Lana lagi kesambet?"
"Mungkin aja."
Mereka berdua kemudian tertawa bersama.
"Siapa yang kesambet?" tanya Tono tiba-tiba sudah berdiri di antara Risa dan Naya.
Mereka menoleh sebentar kemudian tidak mengacuhkannya.
"Kalian itu kalau ada gosip bagi dong," Tono mencoba merajuk. Dasar laki-laki KEPO.
"Tidak ada gosip di waktu kerja." Tiba-tiba suara berat muncul di antara mereka.
Tono yang mengetahui siapa yang mempunyai suara tersebut langsung kembali ke tempat duduknya. Sedangkan Naya dan Risa sudah berpura-pura sibuk di depan komputer.
"Naya," panggil Kelana.
"Iya, Pak."
"Saya tidak suka, ada yang bergosip tentang saya."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, laki-laki berambut hitam itu kemudian kembali dalam ruangannya.
Naya sempat dibuat terkejut untuk beberapa saat. Dia mengerjap beberapa kali dengan tindakan ajaib atasannya. Gila. Dari mana dia tahu kalau mereka lagi membicarakan apa dan siapa? Apa jangan-jangan laki-laki itu menaruh kamera CCTV atau alat perekam di sekitar mejanya? Hell.
Kanaya buru-buru memeriksa seluruh meja kerjanya. Tak ayal membuat Risa penasaran.
"Kamu lagi nyari apa?"
Naya tersenyum aneh. Dia sendiri juga tidak tahu sedang melakukan apa.
*****
"Ajak Tiara ke kantor dong," pinta Risa setelah mereka keluar dari kantor karena jam kerja telah selesai.
Naya langsung menggeleng.
"Kenapa? Takut digoda sama Tono?"
"Bukan, tapi kamu tahu sendiri gimana beruang kutub itu. " Naya menunjuk laki-laki yang baru saja masuk ke dalam mobilnya.
Risa hanya bisa memberikan cengiran. "Kalau Pak Samsul, pasti kamu bakalan ajak Tiara tiap hari."
Naya tersenyum kecil. Memang dulu sebelum Tiara sekolah dan atasannya belum ganti, dia sering membawa putri kecilnya untuk bekerja. Gadis kecil itu tidak rewel sama sekali. Dia akan diam di pojokan yang sudah digelar karpet dan bermain dengan bonekanya sendiri.
Setelah atasannya ganti. Naya belum pernah membawa Tiara lagi. Karakter Kelana yang dingin membuat Naya tidak mau membuat masalah. Lagipula Bi Indah juga baik dalam merawat Tiara selama ini, jadi dia tidak harus repot-repot untuk membawa Tiara ke kantor.
"Mau mampir ke warung dulu?" tanya Risa karena kebiasaan mereka yang mampir ke warung langganan untuk membeli lauk-pauk.
"Aku mau ke toko buku dulu, tadi pagi Tiara bilang kalau buku gambarnya sudah habis."
"Oke, aku duluan ya."
Naya menuju motornya sendiri setelah Risa menghilang di jalan raya. Dia segera melaju ke toko buku.
Lima belas menit kemudian Naya sudah berada di dalam toko buku. Dia sudah mendapatkan buku gambar yang Tiara inginkan lengkap dengan crayonnya. Wanita itu kemudian berkeliling sebentar untuk mencari referensi novel baru. Rasanya sudah lama sejak terakhir dia membaca novel.
Ketika sedang asik membaca sampul sebuah novel, tiba-tiba ada segerombolan anak sekolah yang menabraknya dan berhasil menjatuhkan buku gambar yang dia pegang.
Naya ingin memprotes tapi anak-anak itu sudah hilang tanpa meminta maaf padanya. Wanita itu kemudian menarik napas panjang, ketika akan berjongkok dia lebih dulu disodori buku gambarnya yang jatuh.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya seorang laki-laki yang Naya yakin seratus persen itu adalah suara dari si pangeran es.
"Tidak apa-apa Pak. Terima kasih," ucapnya sembari menerima buku gambar dari tangan Kelana.
"Suka baca novel?" tanya laki-laki itu lagi.
Naya yang masih sedikit terkejut hanya diam saja. Dia tersadar ketika tangan Lana melambai di depan wajahnya.
"Kamu benar, tidak apa-apa?" tanya Kelana lagi.
"Oh... tentu saja Pak. Saya baik-baik saja kok," jawab Naya sedikit gelagapan.
Demi Tuhan kenapa dia harus bertemu dengan manusia kutub satu ini. Di semua toko buku, kenapa dia harus muncul di sini. Naya benar-benar tidak menyukainya.
Suasana canggung langsung terasa di antara mereka. Naya bukan perempuan yang mudah untuk mengajak bicara seseorang yang tidak begitu disukainya. Salah satunya adalah Kelana Wiraatmaja.
"Saya permisi dulu, Pak," pamit Naya akhirnya. Dia sudah tidak bernafsu untuk memilih novel lagi. Rasanya dia lebih membutuhkan asupan oksigen yang entah hilang ke mana sejak kehadiran Kelana.
"Biar saya yang bayar," ucap Kelana yang tiba-tiba sudah muncul di depan meja kasir.
"Tidak perlu, Pak. Saya bisa sendiri," tolak Naya dengan sopan. Dia tidak mau berutang budi pada seseorang seperti Kelana. Bisa-bisa dia disuruh kerja rodi hanya gara-gara sebuah buku gambar.
"Sekalian ini." Kelana sepertinya tidak mengacuhkan perkataan Naya. Dia dengan santai mengeluarkan kartu kreditnya dan menyerahkan pada Mbak Kasir.
"Ini biar saya sendiri yang bayar, Mbak." Naya masih ngotot ingin menolak, tapi sepertinya dia akan pasrah saja ketika Kelana mengambil buku gambarnya kemudian menyerahkan pada mbak-mbak kasir yang terlihat menahan tawanya.
Tak berapa lama Kelana telah menyodorkan tas plastik yang berisi belanjaan milik Naya.
"Terima kasih, Pak." Naya hanya bisa mengucapkan kalimat tersebut sambil tersenyum. Senyum yang sebenarnya tidak ikhlas sama sekali.
"Ini buat kamu." Tangan Kelana menyodorkan sebuah novel yang tadi dibaca oleh Kanaya. "Tadi saya lihat kamu serius sekali membaca ini, dan sepertinya kamu menyukainya."
Lidah Kanaya tiba-tiba terasa kaku. Hari ini benar-benar mukjizat. Dia seharusnya terkena marah karena bolos setengah hari, tapi itu tidak terjadi. Lalu sekarang tiba-tiba manusia kutub ini membayar semua belanjaannya juga memberikan sebuah novel padanya. Apakah mungkin laki-laki ini benar-benar kesambet?
"Kamu mau pulang sekarang?" tanya Kelana yang membuat Naya sedikit terkejut karena sedang melamun.
"Oh, iya Pak. Terima kasih atas bukunya."
"Ya, sudah saya duluan. Hati-hati di jalan."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut Kelana berjalan keluar lebih dahulu meninggalkan Naya. Ibu satu anak itu masih berdiri kaku di tempatnya.
Demi Tuhan. Dia tidak sedang bermimpi bukan? Itu tadi benar-benar Pak Lana? Atasannya yang terkenal dingin dan kaku?
****
Rasa suka tumbuh karena sebuah perhatian-perhatian kecil.
~vea Aprilia
*****
Hallo semuanya, hari ini spesial aku publish sampai Bab 5 untuk pertama kali cerita ini.
Jangan lupa vote dan komentarnya.
Oh ya, aku mau publish cerita ini cepat jika yang komentar buanyak banget minimal 100 komentar /bab ... wkwkkwk 😂 😂 😂 😂 😂
Berikan komentar yang menarik ya? Jangan cuma NEXT dan LANJUT
Karena bakalan aku abaikan....
Happy Reading And Happy Saturday Night 😍😍
Vea Aprilia
Sabtu, 01 Desember 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top