Kedelapanbelas

Kanaya sudah duduk di sudut lapangan bola sejak lima belas menit yang lalu. Dia sedang menunggu Anji. Laki-laki itu menhubunginya tadi sore dan mengajaknya bertemu di tempat biasa. Hari ini langit sedikit mendung sehingga tidak ada bintang yang terlihat dan mungkin sebentar lagi akan turun hujan.

Sebenarnya, Kanaya sendiri juga ingin berbicara pada laki-laki itu. Ada sesuatu yang harus dia katakan dan itu sangat penting. Wanita itu bahkan sudah memikirkannya  selama dua minggu.

"Sori, aku telat," ucap Anji yang sudah mengambil tempat duduk di sebelah Kanaya. 

"Gak papa kok, aku juga baru datang."

Kanaya menatap sekilas ke arah Anji. Wanita itu sedang menimbang kembali apa yang akan dikatakannya pada laki-laki di sampingnya ini. Ada gurat ketakutan dan cemas pada wajahnya.

"Aku mau ngomong," ucap mereka hampir bersamaan.

Anji tertawa kecil begitu juga Kanaya.

"Kamu duluan aja," ujar Anji.

Kanaya menggeleng. "Kamu aja yang duluan, ini nggak terlalu penting kok."

Terdengar helaan napas sebelum Anji mulai berbicara, "Sebulan lagi aku mau tunangan."

Hujan belum turun, tapi Kanaya sudah seperti disambar petir. Entah kenapa, dia merasa harapannya telah hilang. Dadanya juga tiba-tiba terasa sakit. Paru-parunya seolah sulit untuk menghirup oksigen yang masuk.

"Aku sudah capek begini terus." Laki-laki itu pun kemudian merebahkan tubuhnya di rerumputan. Pikirannya seolah menerawang jauh entah ke mana.

Kanaya masih belum sepenuhnya sadar dengan keterkejutannya. Namun, entah ada dorongan dari mana dia bisa bertanya, "Dengan siapa?"

Enam bulan mereka menjalin hubungan pertemanan. Selama periode waktu itu Kanaya sudah tahu siapa saja yang berkencan dengan Anji dan bagaimana sepak terjang laki-laki di sampingnya ini dengan jelas.

"Fransisca Sudjono."

Hanya dengan menyebutkan nama tersebut, sudah mampu membuat Kanaya mengetahui siapa wanita yang dimaksud, tanpa harus Anji menjelaskannya.

Wanita itu adalah putri salah satu konglomerat di Indonesia. Kariernya juga bagus dalam dunia modeling. Mempunyai bisnis tas dan sepatu atas namanya sendiri. Wanita mandiri yang sukses, terlepas dari nama besar keluarga Sudjono. Tentu saja sangat cocok dan pantas bila disandingkan dengan seorang Anji Satya Wiraguna.

"Selamat ya," Entah kekuatan dari mana Kanaya mampu mengucapkan kata tersebut. Padahal dunianya serasa runtuh saat ini. Dia juga masih bisa menunjukkan sebuah senyuman tipis di bibirnya.

"Oh ya, kamu mau ngomong apa?" tanya Anji sembari duduk kembali.

Kanaya menggeleng dengan cepat. "Nggak penting kok."

Kanaya tidak mungkin mengatakan hal tersebut saat ini, bahkan mungkin nanti. Dia tidak akan sanggup menanggung konsekuensinya. Wanita itu juga berpikir, kalau Anji menerimanya, kalau tidak? Dia akan bertambah malu.

Wanita itu sedang bergelut dengan perasaanya ketika mendengar bunyi yang berasal dari ponsel Anji.

Laki-laki itu buru-buru mengangkatnya. "Hallo."

"...."

"Oke aku akan ke sana." Setelah itu Anji menutup teleponnya.

"Sori Kay, aku harus pergi. Sampai ketemu lagi," laki-laki itu berkata sambil menepuk bahu Kanaya kemudian berdiri.

"Oke." Hanya kata itu yang mampu Kanaya ucapkan. Dia tidak berniat untuk menyuruh Anji agar tinggal lebih lama menemaninya. Siapa dia? Bukan siapa-siapa.

"Oh ya, sepertinya mau hujan. Kamu harus cepat pulang sebelum nanti kehujanan," tutur Anji sebelum berlari menuju mobilnya bahkan sebelum Kanaya sempat membalas.

Jiwa Kanaya serasa hilang entah ke mana setelah kepergian Anji. Bahkan dia tidak mengubah posisi duduknya setelah duapuluh menit berlalu. Sampai saat hunjan rintik-rintik turun membasahi bumi, Kanaya tetap tidak beranjak dari duduknya.

Semua perasaannya seolah menguar bersama dengan air hujan. Dia merasakan kehampaan. Kemudian tangannya terulur untuk mengusap perutnya yang masih rata. Mencengkeram kuat baju kemejanya.

Ya, dia hamil. 

Kanaya mengandung anak Anji.  Dia baru saja akan memberitahu laki-laki itu, tapi malah wanita itu sendiri yang mendapatkan kejutan dari Anji.

Konyol memang. 

Beberapa minggu yang lalu Anji mengajak Kanaya untuk menikah, tapi ditolaknya. Lalu apa lagi yang diharapkannya sekarang? 

Laki-laki itu tidak akan meninggalkan wanita yang jelas-jelas lebih segalanya hanya untuk Kanaya atau bayinya. Bahkan mungkin Anji tidak akan pernah mengakui anak ini sebagai darah dagingnya. Itu akan mencoreng nama besar keluarganya, tentu saja.

Siapa dia? Hanya seorang karyawati biasa. Kanaya sadar betul posisinya. Dia bukan wanita yang akan mengemis hanya untuk sebuah pengakuan. Kanaya mungkin malah akan mempermalukan diri sendiri. Bukan hanya di lingkungan kantor, tapi seluruh warga Indonesia akan tahu.

Katakan saja kalau dia adalah wanita bodoh, tapi Kanaya tidak mau menghancurkan harga dirinya yang entah masih ada atau tidak. Mungkin orang akan menghujatnya dan memberikan cibiran karena hamil di luar nikah. Namun, dia juga tidak bisa menghapus daging yang telah tumbuh dalam rahimnya begitu saja. Kanaya tidak sekejam itu. Sudah cukup dosa yang telah dia lakukan. Dia akan tetap mempertahankan anaknya apa pun yang terjadi.

Wanita itu kemudian berbaring di rerumputan yang telah basah. Menutup matanya, merasakan air hujan yang semakin lama semakin deras disertai oleh suara petir. Wajahnya basah bukan hanya karena air hujan yang turun, tapi juga karena air matanya. Entah sejak kapan dia menangis. Kanaya tidak tahu, yang dia butuhkan hanyalah menumpahkan segalanya saat ini. Menangis, meraung kalau perlu, tapi hanya suara petir dan derasnya air hujan yang bisa terdengar.

Hari ini bersama dengan hujan yang turun, Kanaya tidak akan pernah melupakannya. Harapannya telah dihapus oleh air hujan. Perasaannya telah hilang bersama air hujan. Kanaya juga berharap hujan dapat menghapus masa lalunya, tapi itu tidak akan pernah terjadi. Masa lalu itu akan selalu ada sampai kapan pun.

*****
Dirimu memang tidak bisa kumiliki, tapi setidaknya kamu telah meninggalkan benih dalam rahimku.
~Kanaya

****

Hallo semuanya

Ada yang kangen Kanaya dan Anji?

Sori kalau ini pendek, tapi memang nggak bisa ngembangin adegan ini lagi. Saya dilema antara update atau engga sebenarnya.

Oh ya, jangan minta saya update 2 bab sekaligus ya. Jujur itu beban buat saya.

Terima kasih banyak vote dan komentarnya.

Salam Hangat
Vea Aprilia
Kamis, 20 Desember 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top