Bab 8

"Sekarang gimana tanggung jawab kamu, hah?"

Kaisar menggigit bibir bawah bagian dalamnya, tidak bisa menjawab sama sekali pertanyaan yang terlontar dari mulut pria di depannya.

"Jangan diam saja. Ini gimana? Peyok mobil saya," seru pria bertubuh tambun itu.

"Saya akan tanggung jawab tapi kasih saya waktu, Pak," ucap Kaisar mencoba meminta belas kasihan. Dia baru saja menabrak mobil bagian belakang seorang pria, menyebabkan dirinya terlibat dengan perselisihan sekarang.

Pria bertubuh tambun dengan rambut klimis itu menghela napas. "Dilihat dari wajah kamu saja saya sudah tahu kalau kamu masih bocah sekolah. Gimana mau tanggung jawab?"

Kaisar menggaruk belakang kepalanya. Kebingungan sendiri harus melakukan apa sekarang sementara dirinya juga tidak memiliki banyak uang untuk ganti rugi. Menghubungi Krystal juga sama saja dengan bunuh diri. Kakak perempuannya itu akan memarahi dirinya habis-habisan nanti.

Lagi pula, Kaisar juga tidak mau kembali merepotkan Krystal. Krystal sudah cukup membesarkannya selama beberapa bulan ini.

"Gini aja, mana nomor orang tua kamu?"

Kaisar meneguk ludah. "Saya nggak ada orang tua, Pak."

Pria itu memicingkan mata dengan kepala yang semakin maju mendekat pada Kaisar. "Beneran?"

Kaisar mengangguk.

"Kalau gitu wali kamu gimana? Ada, 'kan?"

Kaisar mengedipkan matanya beberapa kali. Remaja lelaki itu menjilat bibir bawahnya. Langit sudah gelap karena malam dan udara juga sudah semakin dingin. Mereka tidak bisa semalaman berada di sini tanpa jalan keluar.

"Wali saya juga gak bakalan ada uang, Pak," jawab Kaisar akhirnya.

"Ya sudah saya bawa motor kamu," kata pria itu yang berhasil membuat Kaisar mendelik.

Kalau dia pulang tanpa motor bisa mampus.

"Jangan, Pak."

"Gimana terus ini?" tanya pria itu tak sabar.

Kaisar mennjilat bibir bawahnya. Laki-laki itu kemudian merogoh ponsel di saku celana dan memberikannya pada si pria. "Ini bisa jadi jaminan dulu, Pak. Besok atau lusa bakalan saya ganti."

Pria itu berdecak. Tidak berminat sama sekali dengan jaminan yang diberikan Kaisar. Kalau hanya sebatas android biasa saja, maka, ada kemungkinan bagi Kaisar untuk kabur.

"Saya bakala terima jaminan murah ini asal kamu kasih juga kartu identitas kamu," kata pria itu. "Kalau nggak ya sudah ayo kita temui wali kamu."

Kaisar menggerutu dalam hati. Namun, tidak memiliki pilihan lain selain memberikan apa yang lelaki itu mau. Kaisar merogoh saku celana dan memberikan kartu pelajarnya pada si pria.

"Ini kartu nama saya, hubungi kalau uangnya sudah ada. Kalau dalam dua hari nggak kamu bayar biaya kerusakannya saya bakalan nyari kamu."

Krystal sudah hampir terlelap ketika dia mendengar suara pintu yang terbuka. Kepalanya menoleh pada jam yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam. "Baru dapat motor baru langsung pulang malam dia," gerutu Krystal sembari tersenyum tipis.

***

Kaisar menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Lalu menjilat ice cream di tangan sembari melihat orang-orang berlalu lalang di taman. Remaja pria itu masih menggunakan seragam sekolahnya yang lengkap sekarang. Berniat untuk menenangkan diri dan mencari jalan keliar, tapi, semakin dipikirkan semakin kepalanya terasa mau pecah.

"Dapat duit dari mana coba," gerutunya pelan.

Remaja itu kemudian tanpa sengaja menolehkan kepala, menemukan wanita cantik yang sibuk bermin ponsel. Kaisar melihat sekeliling yang cukup sepi. Keberadaan motornya yang tidak jauh darinya juga membuat Kaisar jadi memikirkan hal gila.

"Ya kali," ucapnya frustasi.

Namun, karena sudah tidak ada jalan lain, remaja laki-laki itu menutup kepalanya dengan tudung hoodie. Lalu berdiri dan berjalan menghampiri si wanita. Matanya sibuk menoleh ke kanan dan kiri, memastikan situasi cukup aman.

Dengan cepat Kaisar merampas tas dan ponsel wanita itu, membuat si wanita cantik terpekik kaget dan menjerit meneriakinya. Namun, Kaisar tersenyum ketika tidak ada satu orang pun yang mengejarnya.

"Copet! Copet!"

Kaisar sudah hampir Menaiki motornya ketika dirinya tiba-tiba ditendang dari samping. Membuatnya jatuh menabrak motor yang juga ikut menghantam tanah. Kaisar meringis kesakitan dan mengumpat pelan.

"Shit!"

Laki-laki yang baru saja menendang itu langsung menarik kerah hoodie Kaisar. Memaksa si remaja untuk berdiri.

"Masih bocah kenapa nyopet?" Albirru menatap tajam Kaisar. Lelaki itu melirik sepeda motor yang tergeletak di tanah. "Punya motor sebagus itu juga."

"Bawa ke polisi aja Mas Birru," ujar si wanita.

Albirru menoleh, menatap si wanita dengan alis mengkerut. "Kamu kenal saya?"

Wanita itu menganggik. "Mas Albirru, 'kan? Saya Daisy, cewek yang janjian sama Mas hari ini."

Karena Albirru tidak terlalu memperhatikam foto yang dikirim Aldo, ia jadi tidak sadar kalau wanita yang dia tolong adalah teman kencan butanya.

"Oh," jawab Albirru singkat. Lelaki itu kembali menatap Kaisar yang diam saja dengan mata berkaca-kaca. "Mental masih selevel itik aja berani nyopet kamu ini."

"Maaf, Mas," kata Kaisar dengan suara bergetar. "Maafin juga, Mbak."

"Saya bukan orang pemaaf, pokoknya kamu harus dibawa ke polisi." Daisy menatap tajam pada Kaisar yang ketakutan.

Albirru berdecak. Sebenarnya dia tidak terlalu suka sesuatu yang rumit seperti ini. Namun karena Daisy menginginkan seperti itu, maka, dia bisa apa?

***

Krystal langsung keluar dari mobil taxi dengan buru-buru. Wanita itu berlari menuju kantor polisi dengan wajah cemas.

"Sialan, Kaisar. Ngapain, sih, nyari masalah sampek kantor polisi begini?"

Krystal menolehkan kepala ke kanan kiri, matanya langsung membulat sempurna ketika menemukan Kaisar duduk di depan polisi.

"Kaisar?"

Remaja lelaki itu memejamkan kata. Kepalanya langsung terdorong ke depan begitu mendapat pukulan dari Krystal.

"Ngapain, sih, hah?"

"Mbak ini walinya?"

Krystal menoleh ke belakang. Matanya membulat sempurna dengan mulut yang terbuka, ia sungguh tidak berharap bisa bertemu dengan Albirru di tempat seperti ini.

"Albirru?"

Daisy mengumpat dalam hati ketika wanita di depannya malah fokus pada si tampan Albirru. Albirru sendiri juga sama terkejutnya, namun, dia lebih pandai mengontrol wajah.

"Siapa lo?" tanya Albirru menunjuk Kaisar dengan dagunya.

"Adik gue, kenapa? Dia buat masalah apa?"

"Dia nyopet tas gue, Mbak," ujar Daisy dengan wajah kesalnya.

Mata Krystal langsung menyorot pada perempuan dengan dandanan menor. Make up tebal dengan pakain bermotif bunga besar-besar membuat wanita itu jauh lebih tua dibanding Albirru. Atau memang aslinya lebih tua? Entahlah, Krystal juga tidak mau tahu.

"Tante lo?" Krystal menunjuk Daisy, membuat Albirru melipat bibir menahan tawa.

"Sembarangan. Dasar kakak adek gak ada etika semua," maki Daisy.

Krystal mendelik, hampir mengeluarkan sumpah serapah kalau saja polisi tidak langsung bicara.

"Sudah tolong tenang. Ini bukan pasar. Mbak dengan siapa namanya?"

Krystal mendengus. "Krystal."

"Oke, Mbak Krystal. Adik Mbak ini nyopet Mbak Daisy dan beliau tidak mau berdamai," kata polisi itu.

"Nyopet? Mana mungkin adek saya yang unyu ini nyopet. Mana saksinya?"

Polisi tadi menunjuk Albirru dengan tangan kanan. "Mas di sebelah Mbak Daisy."

Krystal menghela napas. Wanita itu lalu menoleh ke belakang, menatap Daisy dengan tajam. "Cabut tuntutan lo gak?" katanya mengancam.

"Heh, mana bisa. Nanti kalay dia dikasih longgar bakalan menggampangkan ini semua," kata Daisy dengan sewot.

"Boleh," jawab Albirru tenang. Membuat Daisy menoleh dengan terkejut. "Tuntutannya bakalan dicabut asal ada satu syarat."

Krystal menatap Albirru dengan waspada. Begitu juga dengan Kaisar yang jadi menajamkan indra pendengarannya.

"Lo nikah sama gue."

"Sinting!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top