Bab 7

"Seriously?" tanya Krystal tak percaya. Memangnya ada angin apa sampai Albirru mau repot-repot memberinya barang mewah. Perlakuannya yang selama ini kasar dan dingin membuat Krystal tak percaya lelaki itu bisa memberikan hadiah.

"Lo mau ini, kan, tadi?"

Krystal mengangguk.

"Ya udah, nih, ambil. Jangan diliatin mulu," kata Albirru dengan tangan yang semakin menyodorkan paper bag putih itu.

Krystal mengerjapkan mata beberapa kali. Karena rejeki tidak boleh ditolak, oke lah, dia ambil. Anggap saja Albirru sedang berbaik hati dan mau bersedekah pada orang yang kurang mampu seperti dirinya.

"Thank you," kata Krystal setelah mengambil alih paper bag tersebut.

Lelaki tampan dengan kaos putih berlogo CELINE itu menyeringai, kemudian menepuk pundak Krystal sekali sebelum berlalu pergi. Krystal mengedikkan bahu, tidak terlalu peduli. Dia sedang senang karena mendapatkan barang mewah tanpa susah payah.

Krystal mengumpat pelan ketika dirinya sudah berada di tempat parkir. Seharusnya dia tadi datang menggunakan ojek online saja dari pada pakai motor matic. Karena barang belanjaannya yang banyak itu tidak mungkin bisa dibawa kalau dia menggunakan motor.

"Gimana, nih, pulangnya?" gerutu Krystal kesal. Dia menendang pelan motor berwarna putih itu.

"Butuh bantuan?"

Krystal menoleh, menemukan Albirru yang sudah berdiri di belakangnya.

"Kok lo ada di sini? Bawa motor juga?" Krystal memang terkadang bisa menyebalkan. Ditanya bukannya menjawab malah nanya balik.

"Nggak, bawa mobil. Tapi karena liat lo kebingungan ya gue samperin," balas Albirru tenang.

"Hari ini lo baik banget, kesambet apaan?" tanya Krystal sedikit menyipitkan mata.

Albirru menghela napas dengan wajah kesal. "Kalau nggak mau dibantu ya tinggal ngomong aja."

Krystal mendelik ketika laki-laki itu berbalik. "Baperan amat," kata Krystal dengan tangan menarik lengan Albirru. "Bantuin."

***

Kaisar berdecak kesal ketika kakaknya tidak kunjung datang juga. Ini sudah pukul lima sore dan Albirru sudah sangat kelaparan. Dia sengaja membawa ayam geprek bensu ke rumah agar bisa makan bersama dengan kakaknya. Namun, sudah ditunggu lebih dari tiga jam kok belum pulang juga?

"Gunanya hp buat apaan kalau telpon gak diangkat," gerutu Kaisar kesal.

Kaisar tiba-tiba mendengar suara motor matic yang mendekat ke pekarangan rumahnya. Laki-laki itu mengintip dari balik jendela, menemukan Krystal yang sedang menerima paper bag dari seorang pria. 

"Cowoknya Kak Krys apa, ya? Tapi kok satu naik motor satu naik mobil?"

Kaisar langsung berlari menuju dapur ketika Krystal membuka pintu depan. Terdengar beberapa kalimat dari sang kakak sebelum suara mobil menjauh. Kaisar kembali keluar menuju ruang tamu.

"Dari mana, Kak?"

Krystal nampak terkejut melihat kehadiran Kaisar yang ternyata sudah ada di rumah. Krystal melihat jam dinding di atas televisi. Pantas saja adiknya sudah pulang, ini sudah sangat sore ternyata.

"Kakak keseruan belanja sampek lupa waktu. Udah makan?" tanya Krystal.

Remaja dengan kaos kuning itu menggeleng. "Nungguin kakak."

"Bagus, Kakak juga belum makan, sih."

Krystal membawa paper bag ke ruang tengah kemudian berjalan ke dapur. Wanita itu membuka kantung plastik yang ada di atas meja, matanya langsung membulat sempurna melihat ayam geprek favoritnya.

"Kamu beli ini?"

"Iya lah. Masa nyuri," balas Kaisar sembari melirik papar bag kakaknya yang berasal dari brand mewah. Dia semakin kepikiran, kira-kira dari mana kakaknya itu dapat uang?

Kakak beradik itu kemudian duduk di kursi yang berhadapan. Membuka satu kotak masing-masing untuk mereka nikmati. Krystal sebenarnya tidak suka makanan yang sudah dingin, namun, wanita itu lama-lama juga sudah terbiasa.

"Kita serius mau pindah ke apartemen?" tanya Kaisar penasaran.

Kalau Krystal mengangguk, maka, Kaisar perlu mempertanyakan uang kakaknya dengan tegas kali ini.

"Iya. Kakak akan mengurus semuanya secepatnya. Kamu juga akan ada motor baru nanti buat ke sekolah," jawab Krystal tenang. Raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kekhawatiran apapun.

"Jujur deh, dapat uang dari mana?"

Krystal menenggak air putih sebelum fokus menatap adiknya. Sepertinya Kaisar tidak akan mau pindah kalau belum menemukan jawaban yang anak itu mau.

"Dapat dari pacar kakak," jawab Krystal.

"Cowok yang tadi?" tanya Kaisar lagi, membuat Krystal kali ini mendelik terkejut.

"Kamu liat?"

Kaisar mengangguk.

"Bukan yang itu," balas Krystal sambil mengibaskan tangan. Wanita itu masih sempat menyuap nasi sebelum kembali menjawab Kaisar. "Kalau yang itu mah gak akur. Mulutnya kayak cabe."

Kaisar kali ini mengangkat sebelah alis. "Terus yang mana?"

"Kamu nggak tau, sekarang udah putus."

"Terus kenapa kakak masih bisa beli ini beli itu?"

Krystal menghela napas lelah. "Dapat kompensasi kalau putus sama dia."

Kaisar menyenderkan bahunya pada punggung kursi. Tidak habis pikir, ternyata ada juga yang seperti itu di dunia nyata. Kaisar berdecak sembari menggelengkan kepalanya.

"Kakak nggak ngapa-ngapain kan selama pacaran?"

"Ya enggak lah, ngapain emangnya," balas Krystal sewot. "Udah, jangan dibahas. Semuanya udah selesai dan kita bakalan pindah secepatnya."

Dan setelah itu Krystal harus fokus mencari target baru. Dia tidak bisa kalau hanya berdiam diri saja setelah ini. Karena uang juga akan menipis seiring berjalannya waktu. Sementara kehidupan terus berjalan.

***

Pada hari kepindahan kakak beradik itu ke apartemen, Kaisar lagi-lagi dibuat terkejut dengan hadiah motor sport baru yang dibelikan sang kakak. Kaisar tentu saja merasa senang karena setelah ini dia tidak perlu menunggu datangnya angkot untuk pergi ke sekolah.

Gadis incarannya juga pasti tidak akan menolak kalau seandainya Kaisar ajak berkencan.

"Kak, thank you," ujar Kaisar sembari memeluk Krystal yang sedang menata baju di dalam lemari.

"Udah sana main," suruh Krystal yang bisa merasakan kebahagiaan sang adik.

Kaisar mengangguk. Dia harus mencoba motor barunya sekarang juga. "Oke, aku pergi dulu."

"Hati-hati, Kai."

Krystal langsung merebahkan dirinya di kasur begitu selesai menata semua pakaiannya. Wanita itu merasa lega karena dia sudah bisa tinggal di tempat yang lebih baik. Selain itu, dirinya juga bisa membelikan motor yang Kaisar mau.

***

"Mama suka banget tapi kenapa kamu beli banyak gini?"

Albirru hanya tersenyum. Lelaki itu senang melihat mamanya yang nampak berbinar menatap kalung pemberiannya.

"Ya nggak apa-apa, Ma. Kan untuk hadiah ulang tahun Mama."

Wanita paruh baya itu menepuk pipi anaknya pelan, kemudian mengusap lengannya. "Kapan kamu ngasih hadiah cucu ke mama? Atau paling nggak istri dulu lah tahun ini," ujar wanita itu.

Albirru mendengkus. Mamanya selalu membahas istri dan cucu sejak usianya sudah menginjak angka dua puluh tujuh tahun. "Ya nanti kalau udah nemu jodohnya aku pasti nikah."

Hanya itu saja jawaban yang selalu Albirru berikan setiap kali sang Mama menanyakan hal yang sama.

"Kalau kamu nggak nyari ya nemunya kapan?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top