Bab 29
Albirru nengepalkan tangan dengan geram. Ia menarik tubuh istrinya menjauh dari si keparat yang sama sekali tak tahu adab ini. Albirru menatap tajam lelaki itu dan menyeret Krystal berdiri di belakangnya.
Ia sangat marah dengan istrinya yang berbohong. Namun, Albirru jauh lebih marah karena lelaki di depannya yang berani menyentuh miliknya.
"Ar?" panggil Krystal dengan suara bergetar. Aura Albirru sangat menakutkan dan Krystal bisa melihat rahang suaminya yang mengeras.
Detik selanjutnya Krystal menutup matanya dengan erat. Albirru memukul si lelaki sampai terpental cukup jauh, membuah club menjadi hening seketika. Semua orang fokus pada Krystal dan Albirru yang sedang murka.
Krystal mengumpat dalam hati. Kalau tidak segera dihentikan, maka, besok dirinya akan masuk berita. Itu tidak boleh terjadi, image dirinya bisa buruk. Nama Albirru juga bisa ikut jatuh.
"Ar, sudah. Ayo kita pergi."
"Dia yang nyentuh kamu kenapa malah aku yang disuruh menyudahi? Gue nggak akan pergi sebelum si berengsek ini mati," ujar Albirru dengan nada dinginnya. Jari telunjuknya mengarah pada lelaki yang kini sudah berdiri.
Krystal masih mencoba berusaha membujuk Albirru. "Jangan berkeleahi, Ar."
Krystal hampir menangis karena Albirru seperti batu, keras dan tidak bisa dihancurkan dengan mudah.
"Maju lo kalau berani," tantang Albirru. Lelaki itu masih setia menggenggam tangan kiri Krystal, ia bisa merasakan kalau istrinya itu sedang bergetar ketakutan. Namun, Albirru tidak bisa berhenti sekarang.
Orang lain tetap akan menyentuh istrinya dengan berani kalau sampai kali ini dia memberi kelonggaran.
"Lo suaminya Krystal?"
Albirru menaikkan sebelah alisnya. Perasaan pernikahan mereka belum dipublish. Ah, dia lupa kalau istrinya ini hobi main sosial media. Foto pernikahan mereka pasti juga sudah tersebar.
"Iya. Kenapa?" Albirru semakin maju. Tidak ada raut ketakutan sama sekali di wajahnya meski sebenarnya Albirru kalah tinggi.
"Ayo kita duel buat dapetin Krystal."
Krystal mendelik tak terima. Kemudian maju dengan wajahnya yang sudah garang. "Lo kira gue barang, hah? Udahlah sana mendingan lo pergi aja. Gue anti sama cowok modelan kayal lo. Masih cakep suami gue dilihat dari mana pun."
Setelah memuntahkan kalimatnya yang tajam, Krystal langsung menarik tubuh Albirru keluar dari Club. Mereka berdiri di samping mobil Albirru dengan raut wajah yang sama-sama belum santai.
Albirru masih merasa marah dengan istrinya. Terlebih sepertinya Krystal tidak menunjukkan raut bersalahnya. Istrinya itu justru dengan berani menatap matanya dengan tajam.
"Kamu ngapain di sini?"
"Seharusnya aku yang nanya."
"Tadi aku sudah bilang, Ar."
"Tapi kamu nggak bilang kalau kamu mau ke Club."
"Karena kamu pasti akan melarang," balas Krystal dengan suara frustasi.
Albirru maju satu langkah. Bagaimana bisa dirinya yang dibohongi namun malah Krystal yang bersikap seolah dirinya yang kecewa. Albirru berdecak, kedua tangannya masuk ke dalam saku celana.
"Aku nggak masalah kalau kamu pergi sama temen-temen fake kamu. Tapi kalau ke Club itu beda ceritanya. Karena aku yakin kamu akan jadi pusat perhatian semua orang, terutama buaya kayak tadi."
Albirru memiringkan kepala. "Emangnya aku kurang ganteng apa sampai kamu masih bisa mengobrol dengan pria lain?"
Krystal mendelik dengan mulut terbuka. Sangat takjub dengan perkataan Albirru yang cukup percaya diri.
"Tadi aku udah nolak dan minta dia menjauh. Dianya aja yang batu, nggak mau menhauh." Krystal melipat kedua tangan di depan dada.
Dia melirik pintu Club dan bisa melihat teman-temannya yang berdiri di sana. Krystal tidak bisa membiarkan mereka melihat pertengkaran dalam rumah tangannya. Bisa-bisa dia di kira tidak bahagia nanti.
"Kita bicarakan ini di rumah saja," ujar Krystal sembari mengulurkan tangan ingin membuka pintu mobil.
Krystal menghela napas lelah. "Ayolah, Ar. Kita bicara di rumah saja."
Albirru menunjuk mobil Krystal. "Kamu naik mobil sendiri."
Setelahnya Albirru berjalan memutari mobil, masuk dan duduk di kursi kemudi. Meninggalkan Krystal dengan raut tak percayanya. Bisa-bisanya Albirru masih memikirkan mobil di saat seperti ini.
Devano berdecak kagum. "Suami Krystal keren juga," pujinya.
Diana mengangguk. "I know right. Dia bahkan bisa menolak Krystal dengan keren."
Aldo yang juga memperhatikan Albirru dari jauh terkekeh. "Ternyata tuh anak bisa bucin juga. Baguslah, dia ternyata nggak homo."
***
"Sekarang jelasin kenapa kamu berbohong?" tanya Albirru dengan suara yang kembali dingin.
Krystal melempar tas dan sepatunya ke sembarang arah. Albirru masih berusaha sabar karena dia ingin mendengar alasan istrinya dengan jelas.
"Karena aku yakin kamu nggak akan ngadih ijin kalau aku pergi ke club," jawab Krystal dengan raut wajah memelas.
Wanita itu memeluk leher suaminya, mencoba untuk merayu. Jujur saja, Albirru yang sedang marah jauh lebih menyeramkan dibanding papanya sendiri.
"Kalau tahu kenapa masih pergi juga? Apalagi kamu bilangnya cuma sebentar," balas Albirru masih dengan raut wajah datar.
Apapun yang akan dilakukan Krystal, Albirru bertekad untuk tidak luluh. Dan sepertinya Krystal tahu dengan hal itu.
"Ayolah, Ar. Itu hanya Club, tempat yang biasa aku kunjungi sebelum nikah sama kamu. Jadi, aku akan aman. Apalagi ada temen-temenku," balas Krystal dengan suara tegas namun masih berusaha untuk tidak terkesan membantah.
"Temen kamu nggak ada yang berguna. Mereka bakalan fokus sama kesenangan mereka sendiri, Krystal."
"Dan aku fokus sama kesenangan aku, Albirru."
Albirru memiringkan kepalanya. Menatap istrinya dengan raut wajah tak terbaca. "So, are you happy with that guy?"
Krystal tersentak. Bukan itu maksudnya.
"Bukan kayak gitu, Albirru. Aku janji yang tadi nggak akan keulang lagi. Aku akan menjaga diri dengan baik.
Albirru berdecih. "Bullshit!"
Krystal melengos. "Ya sudah kalau tidak percaya. Kamu aneh karena sudah nggak percaya sama aku."
Krystal berjalan dengan cepat memasuki kamar mandi. Ia perlu membersihkan diri dari bau alkohol sekaligus mendinginkan kepalanya yang terasa mengepul. Rasanya ubun-ubunnya penuh dengan api panas karena berdebat dengan Albirru.
Sementara Albirru langsunf menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Tak menyangka kalau wanita yang bilang mencintai dirinya beberapa hari yang lalu bisa menbohonginya. Albirru terkekeh, semakin ragu apakah di dunia benar-benar ada cinta di antara dua orang yang menikah.
Albirru melirik tas Krystal, lalu, mengambil ponsel istrinya. Sebenarnya menjadi posesif bukan lah kemauan dirinya, namun, Albirru memiliki firasat kalau Krystal akan kembali berulah.
***
Albirru terbangun dari tidurnya dengan menatap punggung Krystal. Lelaki itu menghela napas pelan, semalam mereka berdua sama-sama bungkam setelah perdebatan yang cukup alot.
Tidak ada yang menayapa lebih dulu. Albirru merasa Krystal lah yang harus meminta maaf pada dirinya. Sementara Krystal merasa Albirru berubah menjadi aneh.
"I love you," ujar Albirru dengan lembut.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top