Bab 2
Krystal membawa rasa malunya kembali ke rumah. Seumur hidup dia tidak pernah menduga kalau dirinya bisa dipermalukan seperti ini. Ketahuan mencuri dan juga ditolak mentah-mentah oleh seorang pria tampan. Krystal menghela napas lelah, kemudian merebahkan dirinya di kasur yang keras.
Kedua tangan menutupi matanya yang terpejam. Krystal berniat untuk sendiri tetapi pintu kamarnya tiba-tiba terbuka.
"Kak? Udah makan malam?"
Krystal bangun dari rebahannya. Menatap malas pada sang adik, Kaisar. "Sudah. Lo makan aja apapun yang ada."
Kaisar berdecak. Masalahnya tidak ada apapun yang bisa dia makan saat ini. Mie instan habis, telur juga sudah tidak ada sisa, dan nasi juga sudah kering. Pemuda berusia tujuh belas tahun itu menyentuh perutnya yang kosong. Sepertinya dia harus menahan lapar malam ini.
Sebagai seorang kakak, Krystal tentu saja tidak tega. Wanita itu mengambil dompet dari dalam tas dan mengeluarkan uang lima puluh ribu.
"Nih buat beli nasi goreng," katanya.
Mata Kaisar berbinar cerah. Diambilnya uang yang diulurkan sang kakak. "Woah, makasih, lho. Akhirnya makan juga."
"Ya udah sana keburu makin malem," kata Krystal sembari mengibaskan tangannya.
Kaisar mengangguk dan langsung pergi dari hadapan sang kakak.
Krystal kembali menghela napas lelah. Matanya menatap miris pada dompet yang kosong. Tidak ada uang lagi yang tersisa untuknya bertahan hidup. Krystal sendiri juga bingung harus mendapatkan uang dari mana lagi, sementara dirinya masih jadi pengangguran. Tidak ada perusahaan yang memanggilnya meski dia lulusan universitas ternama.
"Gimana caranya bertahan hidup coba," gerutunya.
Sejak dua bulan yang lalu, yang menjadi beban pikiran Krystal adalah besok makan apa dan bagaimana caranya mendapatkan uang lebih banyak. Tidak mudah mencari uang di saat seperti ini, lulusan luar negeri belum tentu bakalan mudah diterima.
Andai saja kedua orang tuanya masih ada, Krystal tidak akan pernah merasakan kehidupan yang sulit seperti ini.
Satu perkataan Devano terlintas di benaknya. Mengincar pria kaya. Krystal langsung membuka mesin pencarian di internet. Mengetikkan keyword seperti anak orang kaya atau pengusaha muda. Terdengar konyol tapi kalau ini bisa dilakukan untuk bertahan hidup, why not?
Krystal mulai membuat list malam itu. Dia menulis semua informasi mengenai lelaki kaya dan muda yang menjadi incarannya. Kemudian mulai stalking lewat sosial media. Kemampuan sosialnya yang baik membuat Krystal dengan apik mengirimi pesan pada mereka yang menarik perhatiannya.
"Ini demi hidup," katanya meyakinkan diri sendiri.
***
Krystal benar-benar serius mempelajari lelaki yang akan menjadi incarannya. Untuk yang pertama dia memilih Riki Adiwilaga, seorang putra sulung dari pengusaha batu bara. Tidak terlalu tampan namun mapan. Krystal tidak akan melewatkan lelaki berdompet tebal begitu, bahkan meski dia sudah tahu kalau Riki memiliki pasangan.
Memiliki tunangan lebih tepatnya.
Riki dikenal sebagai lelaki yang suka wanita manis dan berpendidikan. Berdasarkan informasi itu, Krystal memakai dress off shoulder kuning cerah dengan hiasan bunga-bunga kecil. Krystal bertekad akan membuat Riki jatuh cinta pada pandangan pertama, jadi, dia sudah menyiapkan beberapa topik obrolan yang menarik.
"Gue udah oke banget," katanya sembari menatap pantulan dirinya di cermin.
Merasa semuanya sudah oke, Krystal membawa tubuhnya keluar dari toilet. Kemudian langsung duduk di salah satu kursi kosong di sudut Very Cafe. Tidak lama setelahnya, ada beberapa lelaki yang memasuk Cafe.
Krystal tidak bisa menahan senyum ketika melihat Riki ada diantara mereka. Tubuh tinggi dan kekar itu begitu menarik, membuat Riki terlihat seperti pria gentle yang siap melindungi wanitanya. Kumis tipis di atas bibir merah itu juga membuat Krystal semakin berdebar tak karuan.
Sepertinya foto yang ada di internet harus dirubah. Riki jauh lebih tampan dilihat secara langsung begini.
"Gue kira lo gak bakalan berantem sama Kania," celetuk salah satu pria dengan dimple di pipinya.
Krystal membuka telinganya lebar-lebar, ingin mendengar kondisi hubungan Riki dengan sang tunangan.
"Bisa lah, dia ribet gitu orangnya. Apa-apa harus kabar, ribet lah pokoknya," jawab Riki. "Gue kalau lagi tengkar gini jadi pengen nyari cewek lagi."
Satu senyuman tipis langsung terukir di wajah cantik Krystal. Sudah saatnya dia berdiri dan mulai beraksi saat ini.
"Kania sempurna gitu keliatannya, emang bakalan ada yang lebih dari dia?"
Riki menggeleng. "Dia engga sempurna. Gak ada wanita yang sempurna," balas Riki tak sependapat.
Krystal melihat kaki Riki yang berada di luar meja, bergerak-gerak kecil. Dengan menunduk pada layar ponsel, Krystal berjalan dengan niat melewati meja Riki.
"Aduh!"
"Eh," seru Riki spontan ketika melihat seorang wanita tersandung kakinya.
Krystal bertumpu pada meja di sebelahnya. Lalu menoleh pada Riki dengan ekspresi merasa bersalah. "Sorry, ya. Aku engga liat ada kaki tadi."
"Eh engga, saya juga salah. Maaf, ya," balas Riki sopan. Pria itu menunduk untuk mengambilkan ponsel Krystal.
Krystal tersenyum. "It's okay."
Riki memandangi tubuh Krystal yang sempurna dimatanya. Kaki jenjang layaknya model dengan tubuh yang berisi. Tidak berlebihan. Krystal justru terlihat mahal dengan memiliki tubuh yang begitu ideal.
"Kalau begitu saya permisi," pamit Krystal yang berpura-pura akan melangkah pergi.
"Tunggu, Mbak."
Wanita itu mengedipkan mata beberapa kali, menunggu Riki melanjutkan kalimatnya.
"Mau duduk dulu sebentar? Saya traktir kopi sebagai ucapan minta maaf," ujar Riki percaya diri.
Tentu saja Krystal tidak akan melewatkan pintu yang terbuka untuknya. Wanita itu melihat jam tangan sebentar kemudian mengangguk. "Sebenarnya kamu engga sepenuhnya salah tapi oke lah, aku masih ada waktu lima menit buat ngobrol."
Riki tersenyum, kakinya menendang kursi pelan, meminta agar temannya itu berpindah ke tempat lain. Aldo berdecak dan mencibir, tetapi tetap pindah juga.
"Silahkan duduk."
Krystal mengangguk dan dengan sopan duduk di kursi sebelah Riki. Ia mengangguk menyapa tiga teman Riki yang lain.
"Siapa namanya?" tanya Aldo mendahului Riki.
"Krystal."
Tiga orang lelaki itu berseru heboh mendengar nama Krystal. Seolah mereka belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.
"Nama yang bagus," puji Riki. "Aku belum pernah mendengar orang makai nama begitu."
"Kampungan, sih, lo," balas Aldo mengejek.
"Namanya memang tergolong langka, sih, kalau di indo," sahut Krystal.
"Jangan-jangan kamu ada keturunan bule lagi?"
Krystal menggerakkan tangannya. "Engga tuh, aku pure darah indo. Engga ada campuran negara lain."
Penting bagi wanita untuk menarik ulur pria yang sudah menunjukkan ketertarikan. Hal ini untuk memacu semangat si lelaki agar semakin gencar mendekati. Karena itu, Krystal melihat layar ponsel dan terlihat membalas beberapa pesan.
"Kayaknya aku udah mau pergi," ujar Krystal.
"Yah, cepet banget," ucap Aldo sedih.
Riki menatap Krystal dengan penuh ketertarikan. "Ada kemungkinan kita bertemu lagi, gak?"
"Woah, buaya lepas kandang."
Riki mengabaikan godaan yang dilontarkan temannya. Ia masih fokus pada Krystal yang masih tenang dan tetap elegan.
"Mungkin. I don't know," balas Krystal tak pasti.
Riki berdecak, kemudian memberikan ponselnya pada Krystal. "Ketik nomor kamu kalau kamu masih mau kita bertemu lagi."
Krystal diam sebentar, memiringkan kepalanya terlihat berpikir. Lalu, meraih ponsel Riki dan mengetikkan nomornya.
"Hati-hati aja sama Riki kalau pesan gue," ujar Aldo yang mendapat delikan tajam Riki setelahnya.
Wanita cantik itu mengembalikan ponsel Riki, lalu berdiri. "Aku buru-buru banget. Semoga kita bisa ketemu lain kali."
"Santai aja, kita semua selalu menyambut cewek cantik," balas Vicky yang sejak tadi hanya diam.
"Mau diantar?" tawar Riki dan Krystal menggeleng.
"Okay, maybe next time," imbuh Riki.
"See you, guys," kata Krystal sebagai ucapan perpisahan. Wanita itu berbalik dan tatapannya betabrakan dengan lelaki ysng pernah dia temui di club.
Krystal mengumpat dalam hati ketika lelaki itu malah berjalan ke arahnya.
"Oy, Albirru!"
Krystal menoleh pada Aldo lalu kembali menatap lelaki yang bernama Albirru itu. Krystal kembali merutuk karena mereka ternyata saling kenal. Bisa gawat kalau Albirru menceritakan kelakuannya di Club.
"Lama amat dah lu. Si cantik udah mau pergi lo malah baru dateng," ujar Aldo masih heboh sendiri.
Albirru mengangkat sebelah alis, melihat Krystal dengan tatapan datar andalannya.
"Hai, kita pernah bertemu sebelumnya di club."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top