Bab 16

Louis menatap cengo pada Albirru, kemudian menoleh pada Krystal yang juga sama-sama diam. Bingung harus mengatakan apa karena Krystal sendiri juga tidak membantah. Louis menggerakkan kepalanya ke belakang, menatap Anita yang sedang memperhatikan pasangan di depannya ini.

Ini sebenarnya ada drama apa, sih? Apa dirinya sedang di prank? Atau Krystal sedang mengikuti acara televisi?

Albirru mengambil beberapa paper bag belanjaan Krystal dan menyuruh wanita itu membawa sendiri. Lalu, dia mengambil sisanya untuk ia bawa juga.

"Ayo pergi," ajak Albirru dengan suara datarnya. Lelaki itu menyeret Krystal seolah sedang menyeret sampah. Benar-benar kasar dan cepat.

"Pelan-pelan dong," seru Krystal ketika mereka sudah keluar dari dalam Cafe.

Jujur saja, ada perasaan malu ketika dirinya ditarik paksa begini. Dia sudah seperti istri yang ketahuan selingkuh. Terlebih banyak pasang mata yang memperhatikan dirinya.

"Birru!"

Albirru melepaskan tangan Krystal. Menghembuskan napas dengan keras kemudian melanjutkan langkah, meninggalkan Krystal yang melongo.

"Heran gue! Tuh anak kerasukan atau kepalanya habis kebentur? Aneh banget, sialan!"

Sepanjang perjalanan ke hotel, baik Krystal atau Albirru tidak ada yang membuka suara. Keduanya bungkam. Kalau Krystal malas berbicara, Albirru lebih merasa jengkel dengan Krystal. Wanita itu sudah memilikinya sebagai suami, namun masih bisa berkeliaran dengan lelaki lain.

Bahkan ketika mereka sudah berada di hotel pun, keduanya masih setia menutup mulut. Mereka sama-sama mementingkan ego.

Krystal yang sudah tidak tahan langsung mendekatkan diri pada Albirru. Dia duduk di sebelah suaminya yang sedang membaca buku.

"Birru?"

Tidak ada jawaban. Krystal melipat bibirnya ke dalam.

"Albirru?"

"Hm."

Krystal memutar bola matanya malas. "Emang enak diem-dieman begini? Kayak orang lagi bertengkar tau!"

Albirru memberikan lirikan sinis selama beberapa detik. Membuat Krystal jadi mendengus kesal.

"Kenapa, sih, kamu?" tanya Krystal yang mulai menunjukkan raut wajah kesal. "Jangan kayak anak kecil!"

"Siapa yang kayak anak kecil?"

"Ya kamu lah! Dateng marah-marah terus diem aja. Padahal kamu sendiri yang mulai pura-pura nggak kenal sama aku. Harusnya aku yang marah sama kamu!" sentak Krystal.

Wanita itu benar-benar kesal karena merasa sikap Albirru.

"Bukan aku yang mulai, tapi kamu," balas Albirru dengaj wajah datar. Ia sudah menutup bukunya dan sedang memberikan tatapan tajam pada Krystal.

"Aku?" Krystal menunjuk wajahnya sendiri. "Emang aku ngapain, hah?"

Lekaki itu menaikkan sebelah alisnya. Berdebat dengan wanita memang selalu melelahkan. Mereka selalu punya sejuta cara untuk kembali mendebat dari pada meminta maaf.

"Kamu jalan sama cowok lain," balas Albirru sembari mendengus. Keluar juga kata-kata yang merangkum segala perasaannya.

"Memang kenapa kalau aku sama cowok lain? Cemburu?" tanya Krystal sambil menepuk pelan bahu si suami. "Iya? Kamu cemburu?"

Albirru memutar bola matanya malas. "Apaan sih? Itu konyol!"

Krystal mencebikkan bibir. "Konyol dari mana? Kamu seharusnya nggak perlu marah kalau kamu nggak cemburu. Apalagi kamu juga jalan sama cewek lain tadi," balas Krystal tajam.

Albirru mengerutkan dahinya bingung. "Cewek lain? Anita maksudnya?"

"Bodoamat, nggak tau namanya."

"Dia temen aku."

"Louis juga temen aku."

"Kami nggak sengaja ketemu di jalan, dan niatnya cuma mau mengobrol sebentar," balas albirru memberikan penjelasan.

"Aku dan Louis juga begitu."

"Itu konyol," bantah Albirru dengan cepat. "Kalian kayak akrab banget, kayak kenal udah lama dan emang janjian mau ketemu!"

Krystal mendelik. Benar-benar, ya, nih suami. Ngajakin ribut mulu.

"Lah kamu sama Anita juga kayak akrab banget. Muji dia cantik segala," balas Krystal tak terima.

"Itu bentuk sopan santun, ya kali aku bilang dia jelek," jawab Albirru yang sudah semakin kesal. "Udah lah, kamu ngeselin."

Krystal mendelik dengan mulut terbuka. Albirru benar-benar mengesalkan. Krystal sampai kebingungan harus mengatakan apa sekarang. Berdebat dengan Albirru memang tidak baik untuk kesehatannya.

***

Pukul sepuluh pagi, pasangan pengantin baru itu sudah tiba di Jakarta. Keduanya langsung menghabiskan waktu untuk istirahat, karena memang sangat kelelahan. Setelah perdebatan panjang yang mengesalkan kemarin malam, keduanya sama-sama tidak bisa tidur.

Luna yang melihat kedatangan putra dan menantunya itu merasa sedih. Dia tahu kalau mereka berdua tidak bulan madu dengan bahagia. Terbukti dari wajah kedunya yang kaku, tidak seperti pasangan yang baru saja selesai honeymoon.

"Aku pulang, Ma."

Kaisar dengan wajah lebam dan sudut bibir yang berdarah memasuki ruang tamu. Membuat Luna langsung menghampirinya dengan wajah khawatir.

"Kamu kenapa, Kai?" tanya Luna dengan raut wajah bingung. Tangannya menyentuh luka lebam di wajah Kaisar,  menghasilkan rintihan ngilu dari bibir si remaja.

"Kenapa udah pulang? Ini belum waktunya pulang."

Krystal muncul dari dalam kamar dengan wajah bantalnya. Seketika matanya langsung membelalak melihat wajah lebam Kaisar.

"Kenapa? Habis berantem sama siapa?"

Kaisar meninggalkan kedua wanita itu. Dia memilih merebahkan dirinya di sofa panjang. Wajahnya meringis kesakitan saat punggung menyentuh sofa. Rasanya semua tulangnya mau patah saking sakitnya.

"Jawab, Kai. Ada apa?" tanya Krystal dengan tidak sabar.

"Biasa, anak muda. Tawuran," katanya.

Krystal mendelik. Tangannya dengan spontan menjewer telinga sang adik dengan keras. Bahkan sampai membuat tubuh Kaisar terangkat.

"Kamu gila, hah? Kenapa ikut tawuran coba? Kenapa nyari masalah mulu, sih, hah? Tinggal sekolah yang bener aja kok susah banget," teriak Krystal di sebelah telinga Kaisar.

Luna yang merasa kasihan dengan Kaisar menarik tubuh menantunya menjau. "Sudah, Krys. Kaisar sedang sakit itu, lho. Diobatin dulu aja lukanya."

"Nggak perlu!" jawab Krystal dengan menatap tajam adiknya. "Biarin aja, Ma. Dia ikut tawuran biar wajahnya jadi jelek begitu, kok. Buat apa diobatin? Sia-sia ntar dia ikut tawuran!"

Kaisar mengusap telinganya yang terasa panas. Remaja laki-laki itu menatap Luna dengan pandangan seakan meminta tolong.

"Jangan gitu, dong. Kasihan Kaisar," balas Luna dengan lembut. Tangannya mengusap pelan lengan Krystal, mencoba membuat si menantu lebih tenang.

"Ada apa, sih?" Albirru berjalan mendekat. Berdiri di sebelah sang mama. Wajah bantalnya membuat Krystal berdecak karena terlihat sangat imut.

Namun, Albirru malah menafsirkan sebagai tanda kemarahan Krystal.

"Kaisar katanya ikut tawuran," kata Luna menerangkan.

Albirru menatap Kaisar, kemudian mengangguk dan mengacungkan ibu jarinya. "Bagus. Tawuran aja nggak usah sekolah."

Kaisar menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal sama sekali. "Ada alasannya kok kenapa tawuran."

"Kenapa? Apa alasannya? Biar dikira jagoan?" balas Krystal sewot.

Wanita itu benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah adiknya. Padahal dulu Kaisar tidak pernah membuat ulah. Kenapa sekarang rasanya adik laki-lakinya itu suka sekali membuat masalah?

"Udah lah, kesel Kakak sama kamu," ujar Krystal kemudian pergi. Meninggalkan ketiga orang itu yang terdiam.

Albirru menghela napas, ingin ikut pergi juga.

"Kak?" panggil Kaisar dengan lembut.

Albirru menoleh dengan alis terangkat sebelah. "Apa?"

"Besok wali disuruh ke sekolah."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top