Bab 13
Kryatal menguap lebar ketika sudah hampir dua jam dia ditinggal sendirian di kamar. Krystal adalah wanita yang cepat bosan dan sayangnya sang suami tidak peka dengan hal itu. Albirru tetap pergi dan tidak memberi tahu kapan akan pulang.
Karena sudah tidak tahan lagi, Krystal mulai beranjak dari ranjang dan meraih tas. Keluar untuk shopping atau sekedar makan mungkin bisa menghilangkan rasa bosannya.
"Percuma punya suami kalau ke mana-mana masih sendiri," ujar Krystal sembari berkaca, memperbaiki rambutnya yang berantakan.
Wanita itu memang tidak mengharapkan hubungan yang harmonis dengan Albirru. Namun, dia tidak menyangka kalau Albirru tega meninggalkannya sendirian.
Krystal memasuki sebuah restoran yang cukup terkenal. Ini adalah Jogja tapi Krystal malah memasuki restoran italia. Akibat rasa rindunya yang sudah lama tidak menikmati pasta, Krystal memesan banyak jenis makanan tersebut.
Wanita cantik dengan blouse biru itu memainkan ponsel sembari menunggu pesanannya sampai.
"Oh, sudah bisa datang ke sini ya sekarang? Kok sendiri? Albirru mana? Apa sudah cerai?"
Krystal mendongakkan kepalanya, menatap sengit Kania yang sudah berdiri di depan mejanya. Krystal tidak tahu kenapa wanita seperti Kania rela mempermalukan dirinya sendiri.
"Yang keluar dari mulut lo itu menunjukkan attitude lo yang sebenarnya," balas Krystal tenang. Tangannya mengibas mengusir Kania. "Sana pergi, urusan kita sudah selesai."
Kania menggigit bibir bawahnya. Tidak terima dengan dirinya yang malah diusir. Padahal Kania masih ingin mengeluarkan semua makiannya. Dia benar-benar menganggap Krystal sampah, karena berani menikah dengan Albirru setelah sempag menjadi selingkuhan Riki.
"Jalang gila!"
Krystal menggebrak meja cukup keras, membuat pengunjung kini memandang ke arah mejanya. Krystal sudah tidak peduli dirinya diperhatikan.
"Tamu nggak akan bisa masuk kalau tuan rumah nggak membuka pintu." Krystal menekankan setiap katanya yang terucap. "Kalau gue jalang, cowok lo apaan?"
Setiap kata yang keluar dari mulut Krystal begitu tajam, sampai membuat Kania bungkam. Wanita itu terlalu pandai bersilat lidah sampai membuat Kania kesal. Apalagi Krystal sama sekali tidak meninggikan suara, dan itu mampu membuat Kania semakin kehilangan diri.
Pelayan yang membawa satu nampan makanan dan minuman berjalan melewati Kania. Dan wanita itu dengan kurang ajar mengambil gelas minuman dan menyiramnya pada Krystal. Membuat semua orang terpekik kaget.
Termasuk si pelayan.
Kania tidak peduli. Ia tersenyum miring melihat wajah basah Kryatal.
"You deserve it, bitch!"
Krystal memejamkan mata, mencoba menahan amarahnya yang sudah sampai ubun-ubun. Dia sungguh malu dan tidak terima dirinya diperlakukan seperti ini.
Tangan putihnya mengusap wajahnya yang basah dengan telapak tangan. Lengket dan menjijikkan. Krystal tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya.
"Sini lo," kata Krystal sembari membuka matanya. Wanita itu menarik kerah baju Kania, membuat kaki wanita yang menghina dirinya jalang terpentuk meja.
"You deserve it too, my husky dog."
Krystal mendorong kepala Kania sampai terpentuk meja kaca. Darah langsung keluar dari dahi Kania meski tidak parah. Namun, itu sudah berhasil membuat Kania berubah parno dan berteriak heboh.
Pelayan restoran mencoba menenangkan Kania, tangannya ingin meraih Krystal namun berhasil ditahan oleh dua pelayan pria.
"Gue masih baik ya nggak ngehina lo di pernikahan kampret lo sama Birru. Tapi berani banget lo bikin gue berdarah gini, hah?"
Krystal menunjuk wajahnya yang basah. "Lo juga berani banget bikin wajah cantik gue berantakan kayak gini."
Kania menggeram marah. Dia berteriak mengumpat pada Krystal yang hanya membersihkan wajah dengan lap.
"Ini kenapa cuma gue yang dipegangin gini sih?"
"Karena cuma lo yang kayak reog!"
Kania menyikut salah kedua pelayan pria yang menahan lengannya. Kemudian maju berniat memberikan tamparan pada Krystal namun tagannya berhenti di udara. Seseorang menghentikan tangannya dan mencengkramnya dengan kuat.
Krystal membulatkan mata melihat Albirru yang berdiri tepat di depan dirinya. Dilihat dari belakang saja, Krystal bisa merasakan kemarahan lelaki itu.
"Berani banget lo bikin masalah sama istri gue!" kata Albirru dengan suara tenang tapi jelas ada kemarahan yang tersirat.
"Dia duluan yang mulai," balas Kania membela diri.
Albirru yang sedari tadi mengamati pertengkaran dua wanita itu tentu tidak percaya. "Mau liat CCTV?"
Kania membungkam mulutnya, tidak bisa membalas pertanyaan Albirru.
"Lo udah kenal gue dari lama, Birru. Harusnya lo tau gue orang yang kayak gimana!" Kania berteriak dengan lantang.
Krystal jadi heran, kemana Riki si pawang reog ini? Peliharaannya sedang membuat kekacauan kok nggak muncul?
"Karena gue tau lo dari lama makanya gue heran lo bisa kayak gini! Kelakuan lo kayak sampah tau, nggak? Gue udah bilang, kan, kalau Krystal adalah milik gue. Dan gue nggak suka ada yang ganggu dia, termasuk lo!"
Krystal tertegun dengan kalimat panjang Albirru. Lelaki itu membela dirinya saja sudah suatu keajaiban. Apalagi mengatakan Krystal adalah miliknya. Perasaan kesal Krystal langsung menguap begitu saja. Digantikan dengan perasaan berbunga dan mulut yang tidak bisa menahan senyum.
Kania yang melihat Krystal tersenyum berdecak. "Dasar gila!"
"Apa gue harus telepon Riki?" tanya Albirru sembari menghempaskan tangan Kania. Lelaki itu merogoh kantong celananya.
"Jangan! Gue bakan pergi sekarang," kata Kania dan mendengus kesal setelahnya.
Albirru mengangguk senang. Tangannya menunjuk dahinya sendiri, tempat di mana Kania berdarah. "Jangan lupa diobatin. Biar otaknya nggak keluar dari sana."
Krystal menutup mulutnya menahan tawa. Albirru bisa meledek juga ternyata.
Kania berbalik dengan wajah kesal, dia malu dengan semua mata yang memandang ke arahnya. Krystal yang lebih dulu mencari masalah dengannya, tapi, dia yang lebih dipermalukan.
Setelah melihat punggung Kania menghilang dari balik pintu restoran, Albirru berbalik. Tangannya menyentil tiga kali dahi Krystal dengan cukup keras.
"Lo ngapain, sih? Sakit."
"Punishment."
Albirru meminta beberapa pegawai yang menengahi perkelahian dua wanita tadi pergi. Lelaki itu kemudian duduk di kursi depan Krystal.
"Kenapa bikin masalah?"
"Elo tau dia duluan yang mulai," balas Krystal kesal. Tadi dibuat melayang sekarang kembali dijatuhkan.
"Kenapa diladeni?" tanya Albirru lagi. Nadanya tenang tapi Krystal bisa meraskan lelaki itu merasa kesal dengan dirinya.
"Dia ngatain gue jalang dan nyiram gue sama minuman. Emosi siapa yang nggak tersulut? Lagian kamu apaan, sih? Tadi membela sekarang menyudutkan."
Albirru menghela napas dengan berat. "Aku cuma nggak mau kamu terlibat masalah di depan publik. Malu-maluin."
"Kalau Kania nggak datang juga tadi aku anteng menikmati pasta," balas Krystal sewot.
Albirru menatap datar pada Krystal yang selalu membalas ucapannya dengan bantahan. "Emang nggak bisa dengerin aku aja? Kenapa harus membantah terus?"
"Itu bukan bantahan, Albirru." Krystal menatap tajam pada suaminya. "Itu pembelaan aku."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top