Bab 11
Tidak banyak orang yang diundang dalam acara pernikahan Albirru dan Krystal. Karena mereka berdua sepakat untuk mengadakan pernikahan yang sederhana. Meski Luna merasa kecewa karena rumah terasa tidak ada bedanya, namun, rasa senangnya jauh lebih besar.
Riki datang dengan Kania, membuat Krystal rasanya ingin mengubur diri hidup-hidup. Khawatir kalau dua manusia itu mengadu tentang sikapnya pada Luna.
"Jangan khawatir apapun, semuanya aman," bisik Albirru yang tentang kekhawatiran Krystal.
"Ngapain mereka berdua diundang?" tanya Krystal setengah berbisik. Tatapannya masih menyorot pada dua manusia itu yang sedang bercanda dengan teman Albirru yang lain.
"Mereka masuk circle terdekat aku," balas Albirru santai. "Tapi jangan diambil pusing, aku udah bilang mereka untuk menutup mulut."
Krystal memutar bola matanya malas. Meski sedikit kesal tapi perkataan Albirru cukup membuat hatinya merasa lega. Luna yang melihat Albirru mengobrol santai dengan Krystal tersenyum. Dia sangat lega putranya itu sudah menikah, dengan wanita yang cantik pula.
Meski sebenarnya dia juga bertanya-tanya tentang latar belakang keluarga Krystal.
"Nenek?"
Kaisar mendudukkan dirinya di sebelah Luna, tatapan matanya menyorot pada kedua kakaknya yang mengobrol di ruang keluarga. Sementara dirinya berada di ruang tamu bersama Luna. Teman-teman Albirru sendiri sudah heboh di ruang makan, terdengar berisik dengan celetukan receh yang saling bersahutan.
"Mama, kamu nggak makan?" tanya Luna. Wanita paruh baya itu juga senang dengan adanya Kaisar yang masih muda.
"Sudah kenyang malah," kata Kaisar sembari menepuk perutnya. Membuat Luna dengan gemas mencubit pelan perut Kaisar. "Mama kenapa ngelihatin mereka mulu? Kenapa nggak nyamperin aja?"
Luna menggeleng. "Biar mereka bisa mengobrol dan saling mengenal. Mereka kan sekarang sudah jadi pasangan suami istri, jadi harus lebih banyak menghabiskan waktu berdua. Kamu mau punya keponakan yang lucu, 'kan?"
Wajah Kaisar langsung berubah ngeri mendengar kata keponakan. Dia masih belum siap kakaknya itu memiliki anak. Kaisar takut kalau dirinya akan diabaikan nantinya, dan lagi pula Kaisar tidak begitu menyukai bayi.
"Kalau mengobrol doang ya gak bisa jadi bayi," jawab Kaisar. "Mereka harus masuk kamar dan...."
Kaisar mendelik ketika mulutnya dibungkam oleh Luna. "Kamu jangan ngomong sembarangan. Tau hal begituan dari mana kamu ini, dasar bocah jaman sekarang."
Kaisar melepaskan tangan Luna yang membekap bibirnya. Remaja itu kemudian mendengus. "Kan wajar kalau aku tau, namanya juga udah dewasa."
Sekarang giliran Luna yang mendengus. "Dewasa apanya, masih bocah gitu."
Inilah tidak enaknya menjadi yang termuda menurut Kaisar. Tidak peduli sudah seberapa tua usianya, dia tetap saja selalu disebut bocah.
Krystal menoleh ke arah adiknya, bibirnya tanpa sadar tersenyum manis melihat Kaisar yang sudah akrab dengan Luna. Ia bisa merasakan rasa nyaman dari tatapan mata Kaisar yang berbinar.
"Kaisar seneng banget deket sama Mama," ujar Krystal yang membuat Albirru menoleh. Kemudian mengangguk setuju. Siapapun bisa melihat kalau remaja SMA itu sudah menganggap Luna sebagai ibu kandungnya.
"Bagus lah," balasnya singkat.
"Kaisar belum pernah melihat Mama sama sekali sejak bayi, kecuali dari foto," ujar Krystal yang jadi teringat dengan kehidupannya.
Albirru menoleh, memperhatikan wajah Krystal yang seperti menahan tangis.
"Mama meninggal waktu melahirkan Kaisar," lanjut Krystal sembari menatap Albirru. Kemudian terkekeh begitu menyadari suaminya itu menatap dirinya kasihan.
"Kamu pasti juga nggak punya kenangan banyak sama Mama kamu," balas Albirru prihatin. Dan Krystal menggeleng, dia masih memiliki delapan tahun kenangan bersama sang Mama.
"Aku masih lebih baik dari pada Kaisar, dia beneran nggak pernah ngerasain kasih sayang dari Mama. Kesibukan Papa juga membuat kami tidak dekat dengan beliau. Bisa dibilang, selama ini aku dan Kaisar dekat karena kami saling membutuhkan kasih sayang."
Albirru memang sudah tahu semua latar belakang keluarga Krystal. Dia juga sudah membaca semua profil dan sepak terjang Darma Wijaya dalam dunia politik. Namun, Albirru tidak pernah menyangka kalau sosok seperti Krystal nyatanya juga bisa sangat terluka seperti ini.
Tanpa sadar, tangan Albirru menarik tubuh Krystal ke dalam pelukannya. Membuat si wanita terkejut bukan main.
"Kamu ngapain?" tanya Krystal yang merasa aneh. Ini seperti bukan Albirru yang biasanya.
"Biar dikira so sweet," balas Albirru cuek. Dia bukan tipe pria yang pandai mengungkapkan perasaan.
"Hillih."
"Besok kamu sama Kaisar pindahan ke sini, bawa semua barang-barang kalian," ujar Albirru sembari menepuk kepala Krystal pelan. "Kepindahan sekolah Kaisar juga akan segera aku urus."
Krystal mendongak, menatap rahang Albirru yang tegas dan bersih dari bulu-bulu. Tanpa sadar tangannya yang cantik menyentuh, mengelus lembut rahang Albirru membuat si lelaki langsung menjauhkan kepala.
"Krystal agresif, ya?" Aldo yang sejak tadi mencuri-curi pandang pada pengantin baru itu berceletuk heboh. Membuat semua orang kini menoleh ke tempat Albirru dan Krystal.
Pasangan pengantin baru itu spontan menjauhkan diri. Riki menatap Krystal dengan pandangan tajam, masih tak menyangka kalau mantan kekasih dua harinya itu menikah dengan sahabatnya sendiri.
Krystal yang menyadari tatapan Riki jadi bertambah malu.
"Biarin, pengantin baru," balas Kaisar dari ruang tamu. Membuat semua orang jadi menyemburkan tawa mereka.
Krystal yang sudah kepalang malu langsung menatap Albirru. "Ayo pergi aja."
"Mereka akan semakin heboh kalau kita pergi," balas Albirru santai. "Kalian diem dong, kita berdua jadi canggung," katanya yang mendapat sorakan heboh.
Krystal rasanya ingin menenggelamkan diri saja sekarang. Ia benar-benar malu diperhatikan begini.
***
"Kalian berniat bulan madu ke mana?" tanya Luna ketika mereka makan malam bersama. Pasangan pengantin baru itu saling menolehkan kepala. Mereka bahkan tidak kepikiran sama sekali dengan hal itu.
"Masih belum kepikiran," jawab Albirru yang langsung mendapat decakan dari Luna.
"Bulan madu itu keharusan bagi pengantin baru."
"Nggak ada aturannya, Ma."
"Nggak ada aturannya di hidup kamu, Biru. Belum tentu Krystal juga, siapa tahu istri kamu itu ingin bulan madu. Kamu yang peka dong," ujar Luna yang kesal sendiri.
Ia malu pada Krystal dan Kaisar karena tidak mendidik Albirru dengan benar. Wanita paruh baya itu lalu melihat Krystal yang hanya diam saja.
"Maafin anak Mama yang nggak peka ini, ya, Krys," ujar Luna dengan wajah sendunya.
Krystal tersenyum manis. "Nggak apa-apa, kok, Ma. Udah biasa."
Albirru menoleh dengan datar. "Apa-apaan itu?"
Luna menepuk lengan anaknya cukup keras. "Kamu emang nggak peka sama sekali. Ayo Krystal, kita ngobrol di ruang tamu kalau sudah selesai makan."
Krystal mengangguk. Sedangkan Albirru berusaha menahan dirinya agar tidak tersenyum. Keputusan yang benar dengan menikahi Krystal. Karena wanita itu mampu membuat Luna lebih ceria, meski dirinya yang jadi banyak dimarahi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top