Bab 1

Wanita dalam balutan mini dress hitam itu mengibaskan rambut ke belakang bahu. Kakinya melangkah dengan percaya diri, seolah dia memang datang karena ini wilayahnya. Bibir berisi milik si wanita tertarik membentuk senyuman manis, membuat banyak lelaki enggan berpaling.

Si cantik dengan make up bold yang menawan membuka pintu tanpa ragu. Membuat banyak mata di dalam sana menyorotnya dengan bingung. Krystal membawa tubuhnya masuk ke dalam ruangan VVIP itu.

"Hai, besties. Long time no see," sapanya santai. Tampak sudah terbiasa dan akrab dengan para manusia penuh kemewahan ini.

Devano merentangkan tangannya. Menyambut Krystal seperti biasanya. "Welcome, Queen Krystal."

Berbeda dengan Devano yang merupakan satu-satunya pria di sana, para wanita lain menatap penampilan Krystal dari atas sampai bawah. Tatapan mereka sangat meremehkan tetapi Krystal tidak terintimidasi. Lebih tepatnya, dia berusaha keras untuk tetap terlihat percaya diri.

"Gue kira kita engga bakalan ketemu lagi," ujar Alfa yang langsung terkekeh setelah menyelesaikan kalimatnya.

Krystal mengedikkan bahunya. Dengan percaya diri ia mendudukkan diri di kursi kosong sebelah Devano.

"Well, engga ada alasan kenapa kita engga bakalan ketemu lagi." Krystal menyilangkan kedua kakinya. "We're friend."

Diana tersenyum sinis dengan satu tangan terbuka di depan dadanya. Merasa lucu dengan ucapan Krystal yang cukup percaya diri.

"Lo sadar diri, dong. Sejak kapan kita berteman sama orang miskin."

Krystal dulu juga begitu, melihat seseorang berdasarkan sebanyak apa uang mereka. Dan dia tidak pernah sadar kalau hal yang menurutnya remeh itu malah menyakitkan.

"Udah lah, anggap aja ini perpisahan untuk dia," ucap Khloe menengahi. Wanita beramput pirang itu menatap Krystal. "Enjoy."

Krystal tersenyum tipis menanggapi. Diana yang memang tidak terlalu menyukai Krystal sejak dulu berdecak. Tetapi juga tidak lagi banyak bicara untuk menghina atau bahkan mengusir.

"Gue yang traktir, minum apapun yang lo mau," ujar Devano sembari melingkarkan lengannya pada bahu Krystal.

Wanita bermbut cokelat gelap itu mengamati suasana ruangan yang sudah lama tidak ia nikmati ini. Teman-temannya ternyata bisa bersenang-senang tanpa dirinya. Padahal dulu mereka selalu mengajak Krystal saat mau party.

Namun, sudah beberapa bulan ini dirinya dikucilkan. Dikeluarkan dari grup chat dan akun media sosialnya di unfollow. Kemudian mereka bersikap seolah tak pernah mengenal dirinya.

Krystal menggelengkan kepalanya pelan. Mencoba berhenti meratapi nasibnya.

"Gue nggak tau kalau kalian aslinya seperti ini," bisik Krystal pada Devano.

Matanya masih memperhatikan Diana, Alfa, dan Khloe yang sibuk berbincang.

"Ini sudah menjadi tradisi gak, sih? Yang miskin langsung dibuang dari geng."

Krystal tersenyum miring. Tentu saja dia tidak akan melupakan kebiasaan sinting itu.

"Lo miskin banget, ya, sekarang? Penghasilan lo dari mana dapetnya?" tanya Khloe yang blak-blakan.

Krystal sedikit tersentak, namun kembali seperti biasa di detik selanjutnya. "Om Andi masih suka ngasih uang, sih."

Om Andi yang dimaksud adalah adik laki-laki dari ayah kandungnya.

"Om Andi itu emang kaya juga, ya?" tanya Khloe pada Diana dan juga Alfa. Karena dirinya belum pernah bertemu dengan Om Andi sama sekali.

Diana mengangguk. "Lumayan, lah. Tapi ya biasa aja, engga kaya-kaya banget."

"Nnggak apa-apa dari pada kayanya karena korupsi," timpal Alfa yang berhasil membuat semua orang tertawa kencang.

Krystal memainkan lidahnya dalam mulut.  Tiba-tiba tangannya jadi gatal mau memukuli sesuatu. Sayangnya, ada sesuatu hal yang harus dia lakukan.

"Nge-roasting Krystal mulu dah lu pada," balas Devano yang menyingkirkan tangannya dari pundak Krystal. Hal iti berhasil membuat wanita cantik itu merasa lega.

Alfa yang merasa ingin ke toilet berdiri. Kemudian beranjak ingin menuju kamar mandi. Namun, tangannya menangkap sesuatu yang menarik. Alfa membelalakkan matanya, lalu menunjuk wajah Krystal dengan tegas.

"Kenapa?" tanya Devano yang langsung ikut menoleh pada Krystal. Kemudian tatapannya jatuh pada tangan wanita itu yang berada di dalam tasnya.

"Dia ngambil sesuatu, dasar maling!" seru Alfa keras. Rasa untuk segera memasuki kamar mandi meluap entah ke mana.

Devano langsung merebut tas Krystal yang dicegah oleh si pemilik. "Apaan, sih, kalian? Gue mana mungkin nyuri."

"Ya kalau nggak siniin tasnya, buktiin," balas Khloe yang jadi ikut menarik tas Krystal.

Krystal menggigit bibir bawah, tangannya gemetar. Khawatir dengan sesuatu yang akan terjadi setelah ini. Melihat Khloe membalikkan tas sampai semua isinya keluar membuat Krystal lantas menutup mata. Ia pasti akan dihajar setelah ini.

"WHAT THE FUCK?" teriak Devano ketika melihat dompet dan ponselnya ada di dalam tas Krystal.

Krystal mengumpat dalam hati. Merutuki dirinya yang kurang pro dalam mencuri. Habis sudah riwayatnya. 

Khloe yang merupakan teman paling bar-bar langsung menjambak rambut Krystal. Mengumpulkan rambut Krystal menjadi satu dan menariknya dengan keras, membuat si pemilik rambut merintih kesakitan.

"Sakit woy lah, lepasin!" teriak Krystal sembari mencoba menarik rambut Khloe.

Diana yang juga sama geramnya melayangkan tangan. Menampar wajah Krystal sampai wanita itu menoleh ke samping. Khloe yang tidak puas malah mendorong tubuh kurus Krystal sampai jatuh ke lantai.

"Kalau nggak ada uang ya kerja, jangan nyuri," ujar Khloe keras.

"Atau kalau engga mau susah-susah amat nyari pacar kaya sana. Sugar daddy lagi tren tuh belakangan," ucap Alfa dengan sinis.

Devano mendengus. Tak mencoba untuk menghentikan kelakuan bar-bar tiga wanita itu.

"Anak sama bapak kok gak ada bedanya. Sama-sama tukang nyuri semuanya," ucap Diana sewot.

Krystal menggigit bibir bawahnya. Gemuruh dalam dadanya kian hebat ketika mereka sudah mengkaitkan kelakuannya dengan sang ayah. Tidak akan ada anak yang terima kalau orang tua mereka diremehkan.

"Lo ada urusan sama gue ya jangan ikut nyenggol bapak gue," sentak Krystal keras.

Wanita itu berdiri, mencoba tidak terlihat takut dengan Khloe dan Dian yang begitu mengintimidasi. "Kalian kalau ngomong jangan lupa ngaca juga. Biar bisa liat kesalahan diri sendiri juga."

Tak tahan dengan tingkah Krystak yang sok, Khloe kembali maju berniat memberikan tamparan. Namun, Krystal justru meludahi wajah Khloe.

"Shit!"

"Apa yang lo lakuin, hah?" teriak Devano kesal. Tangan beroto miliknya mendorong Krystal menjauh.

"Gak usah dorong-dorong lo banci! Gue bisa pergi sendiri."

Devano tersenyum sinis. Kemudian tangannya melempar beberapa lembar uang seratus ribu ke depan wajah Krystal. "Nih biar lo gak bingung mau nyari di mana lagi abis ini. "

Devano memandangi tubuh Krystal yang sexy dan juga menawan. "Cewek sexy kayak lo kok bisa kepikiran nyuri."

Harga diri Krystal terluka. Meski yang dia lakukan tidak bisa dikatakan benar, tetapi dirinya tidak pantas di hina begini. Apa kabar mereka semua yang justru seenaknya kayak binatang?

"Dasar hewan biadab semua kalian," umpat Krystal geram sembari membawa tasnya keluar dari ruangan VVIP itu.

Dia sepertinya memang sudah gila dengan berpikir mencuri itu pekerjaan yang mudah. 

Krystal menunjukkan jari tengah pada semua orang di sana, menimbulkan sorakan riuh yang meremehkan dirinya. Kemudian dengan raut wajah kesal Krystal memilih pergi. Ia turun ke lantai bawah, melewati tangga yang gelap. Ia berniat langsung pulang saja, karena sudah tidak ada yang bisa dia lakukan di sini.

Namun, tatapannya tanpa sengaja melihat sosok pria tampan. Krystal memicingkan matanya, meneliti penampilan pria itu yang mahal. Kryatsl tersenyum miring, wajah tampan yang tampak kesepian itu sepertinya bisa ia dekati.

"Hai," sapanya begitu sudah mendekat. Tanpa ragu Krystal mendudukkan dirinya di sebelah pria itu. "Gue Krystal."

Si lelaki dengan kemeja hitam itu hanya menoleh sekilas. Tidak menunjukkan minat sama sekali pada Krystal.

"Lagi butuh teman cerita?" tanya Krystal sekali lagi. Masih berusaha menarik perhatian si tampan.

"Gue.... "

"Stay away from me, bitch."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top