31. Strawberry-2

Orang-orang kebingungan. Panik merajalela, hinggap pada benak siapa pun yang mengetahui informasi bahwa seseorang telah hilang. Pak Lupine lenyap, keberadaannya tidak diketahui siapa pun; sudah dicari ke mana pun, tidak kunjung ketemu; telah dihubungi berbagai pihak pun, tidak ada yang tahu--kecuali bagi para siswa 2-E.

Tiga remaja itu, Tubruk, Strawberry, dan Gold, menyusul--atau tepatnya mengekor--si ketua kelas yang agaknya tahu eksistensi si wali kelas. Wajar, Robusta adalah anak kesayangan Pak Lupine, barangkali begitu secara luarnya. Mereka memutuskan untuk mengikuti Robusta karena tak sengaja bertemu di jalan. Tubruk serta Strawberry juga mengajak Gold--laki-laki bertampang serius pula memiliki model rambut cepak--atas alasan tak sengaja.

“Apa benar ini jalan menuju tempat persembunyian Pak Lupine?” tanya Gold, bisa jadi dia agak ragu ketika menerima ajakan dua temannya.

“Iya, jangan remehkan informasi yang dimiliki Ketua kita,” jawab Strawberry.

Singkat cerita, setelah menyusuri jalan rahasia, berbelok ke persimpangan rahasia, melalui akses masuk rahasia, dan menyisiri setapak yang juga rahasia, keempat remaja tersebut telah sampai di tempat nan dimaksud.

Sebuah ruangan luas dengan nuansa biru gelap nan dominan, dipenuhi barang-barang elektronik yang memiliki banyak kabel serta porta. Komputer, monitor, CPU, tertata di setiap sisi. Terdapat pilar berdiameter besar di tengah dengan layar utama terpasang melingkar. Ada sejumlah rak kerangka besi bertingkat yang diisi peranti keras--mungkin sudah tidak terpakai atau sebagai suku cadang.

Perhatian Robusta tertuju pada meja di ujung ruangan yang di atasnya ramai perkakas. Tiga remaja lain mengikuti langkah si laki-laki menghampiri meja tersebut. Ditemukan sebuah monitor yang terhubung dengan berbagai kabel. Layar yang awalnya statis kini menayangkan suatu video.

Keempat remaja itu saling berdekatan untuk menyaksikan tayangan rekaman gambar hidup. Strawberry membeliakkan mata kala menangkap sosok Pak Lupine pada monitor, duduk dengan menautkan tangan di atas meja.

Pria tinggi besar tersebut tersenyum penuh kemenangan, seakan mengejek siapa pun yang menonton videonya. Si wali kelas nan mengenakan setelan jas hitam memasang pose serius, seolah-olah mengajak para spektator untuk ikut dalam perbincangan mendalam.

“Selamat pagi, anak-anak kelas 2-E-ku. Bagaimana kabar kalian? Ah, aku harap baik-baik saja. Aku yakin kalian tidak saling bunuh-membunuh, ‘kan? Eh--? Ups! Tidak seharusnya aku berkata seperti itu. Baiklah. Anak-anakku, sudahkah kalian memetik pelajaran dari peristiwa terakhir di Perbukitan X? Apa makna yang kalian peroleh? Bisa kalian sebutkan? Baik, bagus. Sekarang aku akan berikan beberapa nasihat kepada kalian, anak-anak kelas 2-E, yang telah menerima kemalangan yang sama sekali tidak kalian harapkan dan tidak kalian bayangkan.

“Mulai sekarang, kalian harus berjuang sendiri. Ya, aku sebagai wali kelas harus mengundurkan diri karena telah gagal menjalankan tugas. Aku yang seharusnya melindungi kalian malah menjerumuskan kalian ke dalam bahaya, dan sekarang bahaya itu harus kalian tanggung seumur hidup--setidaknya jika umur kalian panjang.

“Aku menyesal sudah lalai dan menyebabkan semua tragedi ini. Sebagai wali kelas yang seharusnya membimbing kalian, aku meminta maaf yang sebesar-besarnya. Ini semua salahku. Sebenarnya aku ingin melatih kalian untuk menjadi pribadi yang baik dan berkualitas. Aku hanya ingin kalian mengerti itu.

“Sekarang adalah poin pentingnya. Robusta, sebagai ketua kelas, apa yang akan kau lakukan mulai sekarang? Tragedi yang sebenarnya baru akan dimulai, lo! Mau kauapakan teman-temanmu di kelas 2-E? Pilihan ada di tangan kalian! Mau kaubuat saling dukung, saling pasrah, atau bahkan saling bunuh pun, terserah! Nah, Robusta, pilihan mana yang akan kalian pilih? Hidup atau mati?

“Membiarkan semua orang di kelas 2-E hidup dalam kesengsaraan, atau menuntun semua orang di kelas 2-E menuju jurang kematian?”

Tayangan video berakhir, meninggalkan monitor dalam keadaan layar statis. Robusta membisu, menundukkan kepala. Strawberry tercenung, tak percaya atas apa yang dia saksikan barusan.

Robusta kembali menguasai dirinya, tangan mengulur, mengubah posisi monitor menjadi telungkup. “Pak Lupine tidak ada di sini,” ujarnya, tenang.

Tubruk berseru, “Orang itu pasti sedang bersembunyi di suatu tempat!”

Robusta menyatakan suatu usulan nan mencengangkan. Lelaki itu akan mencari keberadaan Pak Lupine, membawanya ke semua teman-teman untuk kemudian beramai0-ramai mengakhiri hidup pria tersebut. Setelah si ketua kelas menemukan Pak Lupine, dia akan memberi tahu lewat SMS.

“Aku tahu di mana dia bersembunyi.” Robusta mengakhiri penjelasannya dengan mantap.

Tubruk, Gold, dan Strawberry tidak bisa berkata apa-apa lagi selain menatap khawatir ketua kelas mereka. “Robusta ….”

***

Situasi kelas 2-E tak sedamai sebelum-sebelumnya. Tidak pernah sesunyi ini. Padahal semua murid hadir saat itu. Perempuan pendek berambut sebahu, Milk, membawa sebuah mangkuk kaca yang berisi banyak gulungan kertas kecil. Dia tawarkan satu per satu siswa yang duduk pada bangku masing-masing untuk mengambil segendang kertas. Milk tak lupa menyuruh tutup mata sebelum menjulurkan tangan ke dalam mangkuk, menguji peruntungan melalui metode undi acak ini.

Robusta berdiri di depan kelas, menuliskan sesuatu di papan tulis putih. “Seperti yang sudah disepakati sebelumnya, kita akan melakukan gerakan pemberontakan. Kita akan mati satu per satu. Terserah bagaimana caranya. Bunuh diri, kecelakaan, dibunuh. Bebas. Yang penting kalian diberi waktu tiga hari untuk mengakhiri hidup, dengan urutan sesuai nomor yang akan kalian dapatkan nanti. Mengerti semua?”

Semua orang pasrah, tak terkecuali Strawberry “Ketua, aku ingin mati pertama kali. Sebagai bintang kelas, aku ingin memberikan contoh yang terbaik kepada teman-teman kita.” Perempuan rupawan itu menurut saja ketika disarankan Robusta mengambil kertas paling dekat permukaan.

Seusai semua murid mendapat gelungan kertas, yang diambil menurut nomor urut, Robusta selaku ketua kelas memberi aba-aba dari depan ruangan untuk membuka gulungan serentak. “Semuanya, buka!”

Milk, sebagai sekretaris kelas, mendata setiap hasil dan dituliskan ke buku catatan serta pada papan tulis.

Permohonan Strawberry terkabulkan. Idola sekolah itu benar-benar mendapatkan angka 1, seperti yang dia harapkan. Ketika Robusta ditanyai, dia menjawab bahwa itu hanyalah kebetulan saja. Adik kembar Strawberry, Smoothies, memperoleh nomor setelah kakaknya, angka 2. Robusta menerima giliran akhir, angka 32. Sementara Tubruk meraih antrean sebelum akhir, angka 31.

Siapa sangka? Undian gulungan kertas digunakan sebagai penentu urutan kematian siswa-siswi 2-E. Hal itu sinting, tetapi benar-benar terjadi!

Strawberry menatap secarik kertas di tangan. Perempuan idola sekolah tersebut perlu menyusun strategi terbaik untuk melancarkan rencana yang hanya bisa dia lakukan sekali seumur hidup.

***

Di sebuah kamar mandi besar dengan lantai serta dinding tegel biru langit, terdapat bak model alcove yang tertutupi oleh papan-papan kayu, tersusun rapi lagi rapat. Entah bagaimana caranya. Uap air memenuhi ruangan, membentuk semacam kabut.

Di saat Smoothies mendobrak pintu bagaikan orang kemasukan, berlari sekencang mungkin menuju bak, membuka satu per satu papan kayu, semuanya sudah terlambat. Tubuh Strawberry mengapung dalam air panas tanpa busana. Kulitnya memerah serta melepuh, bibir serta kelopak mata membengkak. Cairan kuning kecokelatan mengeruhkan bak.

Smoothies menangis histeris, menjerit sejadi-jadinya. Perempuan itu bersimpuh di samping bak, meratapi jasad yang sudah tak bernyawa. Baju serta rambut ikal panjangnya basah oleh air. Dia bisa merasakan panas nan kuat dari uap air yang menguar.

Masa Smoothies hendak menyentuh tubuh sang saudari, jarinya tak sengaja terkena air panas. Perempuan itu langsung mengurungkan niat, lalu tampaklah efek kulit memerah.

Tidak jauh dari situ, terpampang secarik kertas yang diberi laminating dan dipaku pada dinding keramik.

Dear my friends at Class 2-E,

Ini semua demi kebaikan kalian. Bunuh diri ini kulakukan sebagai titik start gerakan pemberontakan yang kita rencanakan. Satu per satu dari kalian akan mati. Harap patuhi kesepakatan yang kita setujui di awal. Semoga semuanya berjalan dengan lancar. Maaf kepada adikku Smoothies karena tidak bisa merayakan ulang tahun bersama :(

Pesan untuk Ketua: Semangat!

Salam manis,

Strawberry

###

Daftar urutan nomor hasil undian acak:

1: Strawberry
2: Smoothies
3: Excelsa
4: Jamaica
5: Vanilla
6: Latte
7: Sugar
8: Silver
9: Salt
10: Kona
11: Preanger
12: Zinc
13: Lotis
14: Water
15: Americano
16: Luak
17: Pacamara
18: Gold
19: Chocolate
20: Tropical
21: Colombia
22: Cappucino
23: Liberica
24: Gayo
25: Milk
26: Milkshake
27: Tamarind
28: Caturra
29: Arabica
30: Espresso
31: Tubruk
32: Robusta

###

16 Juli 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top