13. Vanilla-5

Orang-orang bilang, hati nurani merupakan hal yang jarang dijumpai sekarang. Kebanyakan manusia zaman modern telah kehilangan hati nurani mereka. Dunia ini dipenuhi oleh manusia berhati busuk. Manusia berhati busuk sudah menjadi hal yang lumrah di sekitar kita. Sementara itu, manusia berhati murni sangat sulit ditemukan. Apabila suatu waktu manusia berhati murni muncul, maka orang-orang akan terkesima dan memuji-muji insan tersebut, laksana mereka telah menyaksikan suatu mukjizat yang turun ke muka bumi ini. Itulah mengapa, orang-orang lebih menyukai manusia berhati murni. Karena saking murninya sampai-sampai membuat orang lain ingin menodai kemurnian itu.

***

"Rumahnya besar sekali, ya." Vanilla terheran dengan ketampakan luar rumah itu.

Tampak pintu masuk rumah dipasangkan palang yang dipaku acak. Sepertinya daun pintu sudah lapuk sehingga dibuang. Si pemuda harus bersusah payah mencopot kayu-kayu itu, dengan bantuan perkakasnya, sekuat tenaga, hingga terlepas beberapa kayu yang memungkinkan dia dan Vanilla untuk masuk.

Menggunakan senter sebagai sumber penerangan, kedua insan itu masuk ke dalam rumah kosong. Dalam kegelapan, visi yang pertama kali dilihat ialah ruangan lumayan luas. Terdapat sofa panjang koyak di pinggir. Di seberang ada kursi-kursi kayu lapuk.

"Wah, jadi nostalgia. Dulu aku sering berkumpul bersama di ruangan ini," ujar si pemuda.

Vanilla mendapatkan suatu rencana dari hasil renungan. "Sepertinya kita harus berpencar."

"Kalau begitu, aku periksa di ruangan ini, Adik ke ruangan di dalam sana." Si pemuda mengarahkan senter ke lorong gelap yang lebih dalam. "Adik tidak apa-apa 'kan masuk sendirian?"

"Iya." Vanilla mengangguk setuju. Dia melangkah dahulu, meninggalkan si pemuda nan sibuk menyelidik ruangan. Hanya senterlah satu-satunya hal yang mendukungnya untuk berani. Langkah kaki dibuat pelan agar tak tercipta suara gaduh, meningat gantungan kunci di tas Vanilla sering kali gemerincing tanpa sengaja.

"Tubruk ..., aku akan menemukan pelaku yang sebenarnya ...."

Di kanan kiri lorong ini, banyak pintu, yang berarti juga banyak bilik. Kala Vanilla menemukan kamar yang kemungkinan toilet, badannya bergidik. Lantai pun dinding begitu kumuh, debu pasir memenuhi pojok dasar, bak mandi kering menyisakan lapisan kerak kehitaman.

"Tempat ini menjijikkan sekali ...."

Vanilla segera berlalu, mengalihkan fokus ke lorong kembali. Tahu-tahu, matanya menangkap seberkas cahaya buram yang memancar keluar lewat pintu terbuka. Menggunakan senter sebagai penuntun jalan, perempuan itu tertarik menuju ruangan tersebut, mengendap-endap, tanpa suara.

"Ada apa di sana?"

Sesampainya, kedua mata Vanilla terbelalak. Ruangan di dalam luas bagai auditorium, dengan dinding-dinding tinggi dan langit-langit dari asbes. Vanilla tercengung bukan main, senter segera dia matikan dan mulut dia bungkam. Terdapat sejumlah orang yang berkerumun, mengerubungi sesuatu, sibuk memainkan kamera. Ya, terdapat sejumlah perangkat kamera, tripod, layar, lampu bertudung. Juga, kasur busa. Vanilla tak percaya kala menampak seorang wanita di atas ranjang, tanpa busana. Dan, orang-orang mengelilinginya sambil membawa kamera.

"Astaga, ini pasti rumah bordil! Aku harus keluar dari sini!"

Remaja perempuan itu tertegun untuk beberapa saat. Badannya bergetar, mata terbeliak, mulut dikatup, napas tak beraturan. Mengumpulkan keberanian, perlahan kakinya melangkah mundur. Meraba-raba sekitar, dia coba mencari jalan di dalam kegelapan.

Terlonjak, tak sengaja tas dan punggung Vanilla membentur sesuatu. Tasnya berguncang, bisa-bisa barang di dalam keluar jika ritsleting terbuka. Perempuan itu segera berbalik. Rupanya dia menubruk daun pintu, yang tidak dikunci.

"Kamar apa ini?" Vanilla mendorong pintu perlahan.

Citra bilik nan cukup kecil ditangkap indra penglihatan Vanilla. Berkelip-kelip, matanya memproses visi di hadapan. Ada ranjang lagi. Suasana sangat kacau. Kasur busa nan apak lagi tersobek, seprai kusut yang terlipat tak beraturan, barang-barang berantakan di atas.

"Siapa pemilik kamar ini? Berantakan sekali .... Apakah kamar ini juga digunakan untuk 'itu'?"

Vanilla coba mencermati kembali. Rupanya di atas kasur terdapat celana dalam. Penasaran, dia melangkah makin masuk. Berikutnya tanpa sengaja sepatu Vanilla menginjak sesuatu. Si perempuan menungau, mengambil sebuah plastik ber-zipper. Di dalamnya terdapat lembar kertas kecil. Kertas foto.

Vanilla menyalakan senter dan mengarahkan ke foto. Itu adalah foto Tubruk, berpakaian formal.

"Tu—Tubruk...? Tubruk! Tubruk, ini benar kau?"

Vanilla seperti tercekik, napasnya serasa berhenti. Untuk menyakinkan diri, dia mengambil celana dalam di atas kasur. Benar, ditemukan noda kering warna putih di bagian dalamnya. Jelas sekali bahwa itu adalah bekas mani.

"Tubruk! Ini! Ini! Apa ini benar? Astaga...! Apa kau menjadi pekerja seks di rumah bordil ini?"

Vanilla tercengang bukan main. Apa yang ditampaknya benar-benar nyata. Foto Tubruk itu. Noda di celana dalam itu.

Seketika terdengar cekikik wanita, diikuti suara desah bergairah. Vanilla panik, "Dari mana suara itu berasal?" Bisa jadi sumbernya dari ruang besar mirip auditorium sebelumnya. Apa yang orang-orang lakukan di sana? Benak Vanilla dipenuhi segala pikiran buruk.

Wanita.

Tubruk.

Celana dalam dan air mani.

Tubruk, apakah kau menjadi gigolo dari tante girang?!

"Jadi selama ini ...." Vanilla membungkam mulut. "Tubruk, jadi selama ini kau—kau adalah ... mainan milik tante girang?"

Selama ini Tubruk menjadi mainan orang dewasa. Orang dewasa tak bernurani yang sesuka hati menghancurkan masa depan generasi muda. Tubruk terus-menerus menahan segala siksaan ini. Mengapa Tubruk sampai rela melakukan hal sebejat ini? Apakah selama ini dia dipaksa?

Memang benar, Tubruk dipaksa! Tubruk terus dipaksa selama hidupnya! Dia dipaksa, tidak diberi kesempatan untuk melawan! Dia terus dipaksa!

Karena Tubruk sudah tidak bisa memuaskan mereka, Tubruk diputuskan untuk dibuang! Untuk membuang Tubruk, orang-orang dewasa itu memberi paksaan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara tragis! Ya, Tubruk dipaksa menembak mati sepuluh temannya dan lalu bunuh diri!

Ini adalah kebenaran! Aku harus segera melaporkannya!

Vanilla lantas berlari keluar, melalui lorong gelap. Salah satu ritsleting tasnya sedikit terbuka. Dia tetap berlari, terus berlari.

Tanpa sepengetahuan Vanilla, lembar foto dalam plastik zipper yang jatuh di atas lantai, terbalik. Ada sebaris tulisan. "Untuk Vanilla". Semua orang tahu bahwa foto itu sebenarnya foto yang jatuh dari tas Vanilla saat pemiliknya terlonjak.

Vanilla terus berlari, tak peduli jika menimbulkan kebisingan. Senter mati dibawa. Tungkai melangkah lebar-lebar. Lengan menekuk, berayun bergantian.

Saat sampai di ruangan depan, Vanilla menghentikan lari. Ada sosok si pemuda kantoran, berjejak dekat pintu keluar.

Kakak ini pasti juga termasuk ke dalam orang-orang dewasa itu ... !

"Bagaimana, Dik Vanilla? Menemukan sesuatu?"

Di mata Vanilla, pemuda yang berdiri di ambang tersebut tampak gelap, membentuk sosok hitam mengerikan. Seringaian tajam serta mata membeliak terlukis di wajahnya. Sebelum sosok mengerikan itu menangkapnya, Vanilla terlebih dahulu berlari menerjang, lalu, karena si sosok menghindar, akhirnya Vanilla berhasil kabur. Perempuan tersebut langsung terbirit-birit meninggalkan rumah kosong.

"Dik Vanilla...?" Pemuda itu memasang tampang terheran kala Vanilla melewatinya begitu saja, lari bagai kesetanan.

***

Tubruk, aku pasti akan menyelamatkanmu. Tunggu saja.

Di malam yang dingin, Vanilla memasukkan amplop ke dalam kotak pos di trotoar. Dia tampak layu. Seragam kusut. Dia tak peduli apabila orang-orang menegurnya: apa yang dilakukan anak sekolahan yang masih berkeliaran malam-malam?

Selesai urusan, Vanilla berjalan, terus berjalan tanpa arah. Menyasari trotoar, tepi jalan raya, hingga akhirnya dia sampai di sekolah. Keadaan malam hari dalam sekolah begitu sepi. Hanya lampu menyala yang menemani. Tidak dijumpai petugas keamanan, entah mengapa.

Karena gerbang digembok, Vanilla melompati pagar dengan tinggi sekitar dua meter, tak peduli bila kain roknya sobek. Setelah usaha keras, Vanilla berhasil masuk. Dia berjalan menuju ruangan berplat "Gudang".

###

17 Juni 2020

Yosh, bab depan bakal menceritakan Vanilla saat akan mati ('^')b dan kebenaran yang dia dapatkan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top