KisahSekolahKita! -21 (YHAA)

Selamat pagi siang sore malam, readers sekalian! Setelah dipikir (sok) saya memutuskan untuk memperpanjang sedikiiiiiiit saja book ini. Boleh kan? :3

Book ini didedikasikan untuk semua alumni corona yang sudah ikhlas kehilangan asyiknya perayaan wisuda, tak mengalami indahnya perayaan kelulusan yang diharapkan, namun tetap dipaksa memutar otak demi sekolah dan universitas impian, demi masa depan yang penuh harapan. Kalian kuat! Saya juga angkatan corona, kok. Lulus SMA tahun ini~

Juga untuk kalian yang sudah tak betah dirumah, sudah rindu suasana sehari-hari. Senolep-nolepnya kalian, akui saja, setidaknya ada beberapa hal yang kalian rindukan ketika kalian sedang membaca tulisan inu sambil tiduran.

Tak lupa untuk kalian, para support-ku yang selalu menantikan update fic ini! Aku sayang kalian semua. <3

Author note mode off, action!

[snmptn]

"WIDIH MANTAP! KETERIMA DONG SNM GUE!" teriak Rin.

"Kuliah kok gacha? Sore wa haram desu." respon Len.

"Iri bilang bos!" Rin joget-joget pakai kacamata thug life.

"IDIH RNG DOANG!"

[sbmptn]

"Bacot babi, ente mah pinter! SBMPTN aja jebol!" damprat Rin.

"Maaf ga ngincer. Maunya sih SBMPTNT—"

"Apaan lagi? Cuma nambah T doang."

"Seleksi Bersama Menentukan Perempuan Terbaik Nan Terpercaya."

Kagamine Len, 18 tahun, sudah ngebet nikah.

[coret coret]

"Oi, lu besok ikutan gak coret-coret seragam?" tanya Gakupo pada Kaito.

"Gak ah, gue trauma." Kaito menyesap es teh, kenapa es teh? Karena es krimnya pas habis. "Dulu esde, nyoret buku temen segaris, dia bales nyoret sebanyak ayat surat al baqarah."

[luar negeri]

"Bodo amat sama kuliah di perguruan negeri, gue bakal di luar negeri." Yumemi Nemu berikrar dengan mata bersinar-sinar.

"Ngomong luar negeri, tau-tau swasta." Oliver menguap.

[pns]

"Mohon maaf nih ye, makin nggak level. Kedinasan pro!" Nemu menepuk dada sekuat menepuk bedug.

"Dih budak calon mertua." Oliver memalingkan muka.

"Ora PNS mertua ora welcome coy!" curhat Nemu ambyar.

[misuh]

"Fukase mau daftar apa?" tanya Oliver pada sang kawan yang tengah mengutak-atik laman lembaga tes masuk perguruan tinggi.

"Pendidikan Bahasa Inggris, Liv."

"Banyak gaya. Padahal bisanya ngomong fuck you doang."

Fukase membanting laptop. "Fuck you."

[lokasi tes]

"Kalian milih tempat tesnya dimana?" tanya Luka siang itu pada Lily dan Iroha.

"Gue di Institut Teknologi Bacot. Lu dimana?" jawab Iroha.

"LHO, UDAH MULAI PENDAFTARAN!?" Iroha lari pulang, buru-buru daftar ujian.

"WOIIIII, LU KAN UDAH KETERIMA JALUR SNM BEGO!"

[missused]

"Kok galau?" tanya Lui pada Piko sambil dengan kurang ajarnya duduk di atas meja.

"Iya, nih. Gua mau ambil IT kan..." jelas Piko tapi nggantung.

"Ya gak papa kali, kan lu emang jago urusan gituan?" respon Lui. "Lu ikut lomba juga sering menang tuh?"

"Masalahnya entar kalo orang pada tau, malah disuruh benerin kulkas, benerin TV, benerin lampu merah..." Piko headbang di meja.

[berprestasi]

"Pengen nyoba daftar Universitas Gendeng Miring sih..." ucap Fukase sambil membereskan stofmap berisi dokumen lengkap.

"Nyoba jalur prestasi nggak?" tanya Miku.

"Prestasi? Misuh itu prestasi bukan?"

"...kayaknya iya kalau ada piagamnya."

Fukase pun langsung meminta Neru membuatkan desain piagam juara lomba misuh tingkat nasional.

[meremehkan]

(Spesial untuk kalian yang bercita-cita atau sedang kuliah di bidang seni)

"Neru, udah daftar UTBK?" tanya Renri santai.

"Belom."

"Lah?" Renri mengangkat alis. "Bukannya lu udah mantep banget mau masuk DKV dari jaman kelas 10?"

"Nggak direstuin sama emak." gerutu Neru.

"Bukannya katering emak lu desainnya juga elu yang buat? Kan terpercaya gitu?" Renri mengangkat alis.

"Pas gue bikinin, dia ngomong 'minta bikinin gituan aja masa pada pake bayar' kesel gua Ren, sumpah."

"..."

"Pengen resign aja, capek punya emak kek gitu." Neru headbang di meja.

[pra-aksara]

"Lily, kenapa jawaban ulangan kamu begini?" Matsudappoine-sensei menyodorkan kertas ulangan yang dikerjakan Lily beberapa hari lalu.

"Oooh, itu huruf hieroglif! Huruf Mesir Kuno itu!"

"Iya saya tahu, kenapa dipakai ngerjain soal Fisika?"

"Daripada kertasnya nggak keisi apa-apa, Bu."

[coconut]

Wil memandangi potretnya di buku tahunan, halaman foto ekstrakulikuler.

Yuu yang menyadari betapa tidak santainya muka Wil saat memelototi buku tahunan pun berucap, "Santai aja kali ngeliatinnya."

"Dibohongin kakak kelas gua ternyata, Yuu."

"Dibohongin gimana?"

"Ikut pramuka, ikut tonti, katanya bakal terkenal, bakal banyak yang suka, badan kebentuk jadi bagus... Nyatanya makin berotot kaga, femes kaga, dekil iya."

"Makanya baris-barisnya sambil nonton Jojo atau Dragon Ball." jawab Yuu asal.

[telat]

Flower dan Fukase mangap.

Baru jam tujuh lewat satu menit, iya serius 07.01 gini, portal menuju neraka—maksud saya gerbang sekolah telah ditutup.

"Ini ngga ada toleransi 1 menit 15 detik apa?" Flower tanpa rasa bersalah sama sekali menendang batu di sebelahnya yang padahal tidak melakukan apa-apa.

"Bangsat." Fukase menarik jaketnya lagi, lalu berbalik. "Pulang aja yuk, apa nongki rumah gua gitu."

"Gas."

[telat -2]

"Uwaaaaah."

Jam tujuh lewat tiga menit, portal isekai yang kita sebut dengan gerbang sekolah kembali memakan korban.

Kali ini Otomachi Una dan si kembar Kagamine yang mangap di depan gerbang.

"Gimana, nih? Mana gua kalo pulang jauh bener." Rin menendang batu yang sama dengan yang ditendang Flower tadi—mungkin besok batunya resign, minta jadi buah-buahan saja.

"Fukase biasanya open house." Len mencari kontak Fukase (ternyata dia menyimpannya dengan nama kontak Memelord ngga ada akhlak) lalu meneleponnya.

"Apaan jam segini nyariin, mesti kesiangan." bacotan Fukase pun keluar.

"Tau aje. Gua sama Rin, sama Una juga. Posisi?" tanya Len.

"Baru aja nyampe rumah. Tadi gua kesiangan juga sama Flower."

"Wah bahaya nih, abis ngapain kalian?"

"Belom ngapa-ngapain, babik. LU MAU KESINI APA ENGGA!? GUA KUNCIIN NIH!"

"FIX MAEN KUNCI KUNCIAN MAU MELAKUKAN HAL-HAL NONSUCI NIH!"

"UDAH BURUAN CEPET, DARIPADA PIKETNYA NYIDUK ELU SEKARANG!" Fukase menutup telepon dengan tidak manusiawi.

[basecamp]

"PUNTEN MAMAAAAANG, SAMLEKOOOOM!" Una masuk ke rumah Fukase dengan tata krama yang sempurna, sempurna untuk membuat pemilik rumah masuk.

"Beuh, kelean ternyata. Masuk masuk!" Flower sudah dengan santainya rebahan di sofa milik Fukase dan seragamnya sudah berganti dengan jersey basket miliknya.

"Udah ada rencana-rencana bolos ini mah, sampe bawa baju ganti." komen Rin.

"Engga juga, waktu classmeeting nih tuan rumah pinjem jersey gua, kebetulan belom dibalikin. Gua pake deh mumpung lagi nongki disini." ucap Flower santai.

"Beuh. Bisa gitu ye." Una duduk di karpet, buka toples rengginang sembarangan.

"Anjay mabar." Fukase berucap random saat keluar dari kamar. Ternyata habis ganti baju.

"Sering-sering open house gini lah." Len ikut rebahan di karpet.

[bolos]

Tiga puluh menit setelah Len, Una, dan Rin tiba di rumah Fukase.

Suara motor legendaris—otokotokotok—terdengar, lalu berhenti di depan basecamp tercihui kesayangan anak-anak SMA Crypton.

"WOOOI FUKASE!" toa supersonik nan imut milik Piko menggelegar seiring ia melangkah masuk bersama Taito.

"Bocah edan... " Fukase membukakan pintu dan mendapati keduanya sama-sama tidak mengenakan seragam. "...ini sih emang niatnya ga masuk sekolah njir."

"Gua tidur ya, capek tanding PS semaleman." Taito langsung rebahan dan ngorok di pojok ruang tamu.

"Buset." Piko melepas sendal jepitnya. "Gua juga ngantuk nih, tidur dulu." Piko ikutan ngorok di sisi Taito.

"Pelor..." Fukase geleng-geleng.

[guru]

"Emak lu bukannya guru ya?" Una bertanya.

Fukase mengangguk. "Hooh."

"Terus kok anaknya malah buka basecamp pusat penampungan orang telat dan bolos gini?"

"Ya gapapa kan? Orang emak ane dulu juga kek kita-kita gini. Pernah ngerasain sekolah, males, bolos. Lebih bar-bar malah. Emak mah jujur, terus dia bilang kalo yang namanya sukses ga bisa diukur dari nilai, ga bisa diukur pake duit, tapi seberapa berguna anda bagi orang lain, gitu."

Una manggut-manggut. Memotivasi memang, masalahnya yang ngomong Fukase.

Memotivasi? Mungkin tepatnya MEMEtivasi.

[susah]

"Kalo emak gue cerita ke gue, dia berangkat sekolah nyebrang kali lah, lewat hutan lah, lewat tebing lah..."

"Keren amat. Itu mau sekolah apa mau jadi ninja wawrior?" tanya Fukase.

"Itu dia! Padahal kata nenek, dulu dia gak sekolah."

[gitar]

Hari ini, Lui bawa gitar ke sekolah. Buat apa? Dimainin pas jamkos dong, kemahalan kalo buat nampol kepala setan Maika. Gitar baru beli masa mau dirusak? Lagian nampol kepala guru juga durhaka itungannya.

Genjreng.

Genjreng.

"Lui?" Yukari mendekati Lui yang tengah genjreng-genjreng. "Nyanyi yuk!"

"Mau nyanyi apa?" Lui mencoba stay cool, padahal jantungnya goyang de spasi to.

"Ummm. Ren'ai Circulation?"

"Boleh boleh!" Lui langsung semangat. Asupan loli stonks.

"Se, no!" (Lui)

"Demo sonna nja~" (Yukari)

"Da~me! Mo sonna nja~" (Lui)

"Ho~ra!" (Yukari)

"Kokoro wo shinpai suru yo motto-moto~" (Both)

"Dosa apa aku, tidak bisa merasakan keuwuan seperti mereka..." Gumiya pundung di pojokan.

[playlist]

Bermodalkan latihan gitar selama tiga hari, Gumiya bertekad bulat menikung Lui.

"Gumiya bisa main gitar sekarang?" Yukari menatapnya berbinar-binar. Nampaknya teori 'cowok kalo main gitar gantengnya nambah' adalah fakta pada cewek ini.

"Bisa lah!"

"Denger dong! Satu lagu aja!" Yukari antusias. Gumiya beringas.

Mamamia.

Jemari Gumiya menempatkan diri, siap mengatur kunci. Genjrengan mulai mengalun di tengah suara ghibah anggota kelas yang sedang menikmati jamkos.

Yukari masih antusias.

Gumiya berdehem, siap menyanyi.

"NU HUNA HINU HUNA HINU HIYEEEK!"

Yah, mau gimana lagi? Playlist Guniya isinya lagu-lagu random.

[jendela]

Kalian tahu kegunaan jendela?

"WOI ANAK OSIS MAU LEWAT SINI!" Kikaito koar-koar sambil ngintip dari jendela.

Satu kelas panik.

"MAKEUP SATUIN MAKEUP SATUIN!" Sonika memberi komando.

Para siswi kisruh menyimpan alat make up yang mereka bawa di pouch milik Sonika. Sonika lalu menyembunyikannya di jendela yang tidak bersebelahan dengan koridor—sisi kiri kelas.

Aman.

[tempat sampah]

"YANG NGEPES BUBAR ANYING BUBAR!" toa supersonik Moke gantian berkumandang

Laptop Dell—yang kebetulan merknya juga Dell—langsung ditutup tanpa ampun. Stik PS dengan LED RGB nan estetik milik Yukashi langsung digulung sembarangan, dimasukkan ke kresek, lalu dibuang ke tempat sampah. Untungnya pengelolaan sampah di kelas ini cukup baik, para siswa sangat tertib dalam memilah sampah. Kresek berisi stik PS Yukashi tak akan menyenggol plastik siomay maupun sisa susu kotak.

Petugas OSIS masuk.

Yukashi berdoa, "Moga-moga tadi Ted nggulung kabelnya bener... Gamau tau kalo rusak harus di ganti..."

[kaos kaki]

"Dek, kalo kaos kaki warnanya beda kiri kanan bakal kena poin dobel gak?" tanya Miki.

"Hah?" Rana sweatdrop.

"Masalahnya saya gitu." Miki melepas sepatu hitamnya, memamerkan kaos kaki beda warna—kaos kaki kiri warnanya merah motif huruf X, kaos kaki kanan warnanya ungu muda motif bunga-bunga.

"Gapapa, saya juga nge-ship FukaFlower soalnya kak."

Mission passed—mission passed kepala bapak kau.

[tawon]

Hari yang tenang.

Kita mulai pelajaran Bahasa Inggris. Apa bahasa inggrisnya rumah?

Eh, salah.

Para siswa dan siswi sedang menyalin catatan mengenai Past Perfect Tense dengan sangaaaaaat tenang, setenang arwah Kaori Miyazono.

Namun semua berubah saat negara tawon menyerang.

Beneran negara tawon.

Cuma seekor doang sih, tapi yang heboh semua betina kelas.

"UWAAAA TAWON!" Miku merunduk karena tawon itu masuk dari jendela yang berada tepat di sebelahnya.

"EH EH TAWON TAWON!" Aria tak kalah heboh, sembunyi di basah meja. Mayu peluk-peluk Anon, sedangkan Kanon bersembunyi di bawah buku.

Maksudnya, buku tulis buat nutupin kepala, gitu.

"Lebay banget sih cewek-cewek." ucap Teiru sebal.

"Oi Teiru, awas!"

"Hah—"

HAP.

Teiru Sukone, 12 IPA 4, tawonivora.

[bunga]

"Eh, Oliver!" Rana membuka pembicaraan dengan si bocah berambut kuning. "Minggu depan kan wisudaan, Kak Ted cocoknya dikasih bunga apa ya?"

Haduh, si Rana ini. Tak ada capek-capeknya mencoba memikat hati para senpai. Oliver sampai tengeng mendengar curhatan si kepang dua tentang kakak kelas yang sebenarnya gak keren-keren amat, gak penting-penting amat.

"Bunga tabur."

[promnight]

"Mizki!" teriak Meika. "Lu ke promnight ngajak siapa?"

"Kita masih kelas 11, bego!"

[celana]

"Kamu kenapa ke sekolah pakai celana jeans gini?" Lenka menghardik Yuuma yang tengah duduk santai di koridor.

"Ya udah saya buka saja Bu..." Yuuma tanpa tedeng aling-aling menurunkan resleting dan memelorotkan celana jeans yang diprotes Lenka—Yuuma tetap mengenakan celana dalaman tentunya, kalau tidak pakai mana berani dia melakukan kegiatan ekstrim begini.

"...GAK GITU KONSEPNYA WOI!"

[karma]

"Oi, Kaiko." panggil Iroha.

"Kenapa?"

"Gua keknya kena karma deh." Iroha meremas ponytail-nya.

"Karma gimana?"

"Gua keterima di pendidikan, padahal kalo diajakin ghibah guru paling semangat. Bayangin deh..." Iroha pundung dengan aura yang terlalu suram untuk dideskripsikan.

"Yee bahlul, dibilangin daftar filsafat aja, ngeyel."

[rutinitas]

"Permisi Pak!" Galaco masuk kelas tanpa rasa berdosa sama sekali. Les tambahan setiap pagi untuk kelas 12 hukumnya wajib. Mempersiapkan materi ujian—katanya, iya kalau yang les nggak pada ngantuk.

"Saya lihat-lihat kamu kalau les pagi telat lima menit tiga puluh sembilan detik terus, kok gitu?" tanya Kiyoteru. Mari kita abaikan fakta mengerikan kalau Kiyoteru sangat memperhatikan jam, menit, dan detik kedatangan murid-muridnya sampai sedetil itu.

"Sebenarnya datangnya dari tadi Pak, cuma saya BAB dulu."

Author note mode : ON

Noh mamam :< maap ya selera humor dan selera school life saia anjlok kelamaan dirumah

semoga bisa menyegarkan timeline kalian yang penuh dengan boneka boneka

Author note mode : OFF

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top