KisahSekolahKita! -14

Wew, chap 14~

Ini fic multichap terpanjang saya lho~ (yee, isinya juga cuma cuilan-cuilan kisah kasih di sekolah, ada yang nyata ada yang kaga juga)

Saya seneeeng deh, makasi banyak untuk para readers yang senantiasa ngikutin ni ff gaje, nungguin update dari saia, nagih update dari saia /har har /gak kok

Oke abaikan opening ini, kita lanjutkan /har har

=KisahSekolahKita #14=

[Nama]

"Mik!" seru Piko ketika melihat gadis bersurai cherry di kantin.

"Hah?"

"Eeeeeeh..."

Piko langsung jawdrop karena responnya luar biasa.

Gimana ga luar biasa? Tiga suara yang berbeda meresponnya.

Hatsune Miku, cewe kelas XI MIPA *sensor* yang merupakan salah satu anggota klub fujo.

Zatsune Miku, cewe kelas XI IPS *sensor* yang terkenal galak, judes, serem, yangire, coretwibucoret psikopat dan serem-serem lainnya.

Hagane Miku, mahasiswi PPL yang ngajar Bahasa Inggris. Piko masih utang 5 tugas dan 2 kali remidi.

"Mi... ki... Furukawa maksudnya..." ucap Piko tengsin. Auto ambil langkah seribu.

[Nama -2]

Suatu hari, di sebuah kelas baru.

"Hakune Machi." ucap gadis berambut pirang sambil mengulurkan  tangannya.

"Kagene Himeka, salam kenal~" ucap Himeka sambil menyambut tangan Machi.

"Himeka, ya?"

"Iya!"

30 menit kemudian...

"Tadi namanya siapa sih..." batin Machi sambil mengamati Himeka, berusaha mengingat nama orang yang belum lama dia ajak kenalan.

[Ingat]

"Oh iya... namanya Hime... Hime saha ya..." batin Machi.

"Hime?"

Yang dipanggil belum peka.

"Hime!"

Yang dipanggil noleh dikit.

"SUKI SUKI DAISUKI, HIME! HIME! KIRA KIRA RIN--"

Himeka sweatdrop.

[Malam]

"Gila, ini masih kurang banyak banget. Kita bakal qerja lembur bagai quda sampe malem." gumam Ritsu sambil menscroll file presentasi yang kebanyakan slidenya masih kosong.

"Sampe malem?" keluh Lily. "Gua gak bisa, emak gue ngelarang pulang malem."

"Ya pulang pagi lah." sahut Akaito santai.

PLETAK!

"Sembarangan ae lu cabe keriting!" sembur Lily setelah melempar Akaito dengan mouse milik Neru.

[Anterin]

"Yaudah gue anterin, mau gak?"

PLETAK!

Tadi mouse, sekarang speaker bluetooth yang dimiliki oleh Neru juga. Kasian speakernya.

"BAPA GUE GALAK, BEGO! GUE YANG KENA JUGA ENDINGNYA!"

[Makan]

"HABEDE YUUUUUUUUUU!"

"Makasih gaes. Oh iya. Nih buat bareng-bareng." ujar Yuu sambil meletakkan beberapa jenis snack di meja, mulai dari keripik kentang, keripik singkong, keripik micin (?), makaroni goreng, donat indomie, bahkan es kepal prenagen stasiun kota sebelah (!?) juga ada.

"YEEEEEEE! MAKASIH YUUUUUU!"

Acara salam-salaman dilanjutkan makan-makan. Kayaknya mereka lupa kalo masih di sekolah dan masih jam pelajaran. Sampai suara pintu terbuka mengagetkan.

"Pagi, anak-anak!"

"PAK ARS!?"

Wuah.

Panik panik.

Bubar bubar.

Makannya nanti. Disimpen disimpen.

"Gak papa gak papa. Setiap pelajaran saya boleh makan."

"Boleh makan, pak!?" ulang Kikaito riang gembira. Dia siap ngeluarin taperwer isi nasi kare. Biar kenyang sekalian.

"Iya. Santai aja mah kalau pelajaran saya. Yang penting kalian tetep dapet ilmunya. Oke?" ucap pak Ars sambil tersenyum.

"SIAP PAK!" seru para siswa sambil melanjutkan makan.

[nanya]

Rana pusing tujuh keliling. Soal kimia di hadapannya pengen dia robek sekarang juga.

Oh iya. Sejak SMP kalau Rana kepepet nggak bisa ngerjain, selalu aja dia nanya kakak kelas.

Tanyain ah.

"Mas. Mas Yuuma?"

"Hoam. Napa dek?" Yuuma menguap. Baru bangun dari tidur di tengah ujian.

"Ini mas. Bisa yang ini nggak?" Rana menunjuk soal konfigurasi elektron.

"Aku kan IPS dek." ucap Yuuma sambil merem lagi.

[jangan tidur mas]

Oliver dengan niat mengerjakan soal ujian Bahasa Inggris. Mumpung bisa.

Dan di sebelahnya, ada mas-mas yang sering dimarahin bu Maika. Tidur dengan damai seolah nggak terjadi apa-apa.

Emang sih pengawas hari ini bukan bu Maika, (penonton jangan kecewa ya) tapi ada sesuatu yang membuat Oliver merasa harus membangunkan Yohio yang katanya kakak kelas terbangsat seangkatan.

"Mas, Mas Yohio."

Yang dibangunkan tidak merespon.

"Mas Yohiooooooo."

Yohio malah makin kencang ngoroknya.

"Mas Yohio jangan tidur mulu laaaah!" Oliver setengah berteriak.

"Napa sih. Gapapa lah udah pada biasa juga. Daripada rame. Ganggu aja sih." omel Yohio.

"LJK nya ketetesan iler mas."

NANI!?

Yohio terkejud. Terbangun. Bener aja, bagian nomer 1 sampai 5 terlihat basah.

"Bu minta LJK bu!" Yohio langsung memburu pengawas.

[Masker]

Mapel kedua ujian hari ini. Oliver melihat ada yang berbeda dari Yohio. Masker. Bukan masker hijau tipis apalagi masker wajah. Masker kain tebal warna hitam.

"Mas kok pake masker?"

"Biar kalo ilernya netes ga kena LJK lagi."

[Pengawas]

Duh, ujian matematika. Moga-moga pengawasnya bersahabat. Amiiin.

"Pagi anak-anak!" sapa pak banci terong-- eh pak Gakupo dengan senyum bak matahari.

"PAGI PAK GAKU!" jawab para murid semangat. Eits, jangan jenang duku, eh jangan senang dulu, jangan-jangan pengawas satunya galak ni.

"Sama siapa pak?" tanya Rin.

"Liat aja nanti." jawab pak Gaku santai sambil membagikan kertas lembar jawab.

"PAGI SEMUANYA!"

"YEY PAK ARS!"

"Oit jangan senang dulu, yang njaga bareng saya ini galak, tapi boong." kata pak Ars sambil membagi lembar soal.

"Dikerjakan sebisanya aja, nanti kumpulkan boleh langsung keluar!" seru pak Gaku.

"Siap pak!" jawab para siswa.

[telpon]

Aoki hampir ngiler di kelas. Bosan. Ngantuk banget. Pengen tidur tapi gurunya killer to the extreme.

Insting jail muncul.

Iris lazuardi Aoki bergerak kiri-kanan. Menoleh ke belakang. Mencari-cari orang yang sekiranya bisa dinistakan.

(lalu author berbisik; tu disana.)

Nah. Mantab.

Deretan depan meja guru, baris kedua dan belakang-belakangnya. Para pejuang mobalog sedang berperang ria.

Dan disini Aoki bersama smartphone-nya, siap menelepon salah satu dari mereka.

Entah kenapa yang dipilih Nigaito. Antara karena Aoki tahu Nigaito memakai role archer alias marksman yang kalau lepas-kendali-dikit-dikeroyok-mampus-sudah, atau karena authornya ngeship mereka berdua. Ea. Ehe he he.

Ikon telepon dipencet. Kita tunggu.

SASAGEYOOO SASAGEYOOO, SHINZOU WO SASAGEYOOOOO--

"KONTORU!"

(maaf kasar sebentar /har har)

Semua mata terfokus pada Nigaito. Mulai dari squad mobalog yang kaget dan kzl karena temennya mendadak AFK, murid dan guru yang kaget karena teriakan yang sangat family friendly dari Nigaito, dan ada beberapa siswa bau bawang yang hampir joged dengar lagunya.

Kondisi Nigaito? Paling-paling tewas... tewas di mobalog maksudnya.

[Ambigu]

Ya, disini Akaito berada. Ruangan sempit ini. Keringat membanjiri tubuhnya. Wajahnya pucat, tetapi pipinya merah. Nafasnya tak beraturan. Jantungnya berdegup kencang.

Haruskah ia melakukannya di sini? Di bilik toilet sekolah berdinding tipis seperti ini? Bagaimana jika ketahuan orang lain? Bukan tak mungkin hidupnya hancur jika sampai ada yang tahu.

Bagaimanapun juga, ia sudah tak tahan. Akaito menarik nafas panjang. Berusaha menenangkan dirinya, walau sebenarnya ia tetap tegang. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitarnya, ia memulai aksinya.

Tangannya membuka resleting dan ikat pinggang. Celananya turun. Dengan satu tangan, Akaito menutup mulutnya.

"Ahn..."

BROT JEBROT

PREEEEEEEEEEEET

DUUUUUUT

"...kimochi..."

Akaito Shion, XI MIPA 3, berak di WC sekolah untuk pertama kalinya.

[siram]

Akaito keluar dari WC dengan hati berbunga-bunga. Mikuo yang sedang mencuci tangan mengernyitkan dahi.

"Lu kenape tolol? Bahagia banget." ucap Mikuo toxic.

"Keliatannya abis ngapain?" ujar Akaito dengan muka lemes keenakan. Iya tau kalo ambigu.

"Pasti abis berbuat tidak senonoh ni orang."

"ANJIR KOK LU NUDUH GITU!?"

"Makanya itu resleting naikin dulu goblok. Gue tau lu abis--"

Belum selesai Mikuo bicara, bau busuk tak berperikemanusiaan menginterupsi indera penciumannya.

"LU BOKER KAGAK LU SIRAM!? HUEEEEEEK!" Mikuo yang tadi toxic berubah jadi kayak orang keracunan. Muntah-muntah tiada ampun di toilet.

"YAMAAF ANJIR GUE LUPA!" Akaito langsung lari ke bilik WC yang menjadi korban kebiadaban tinjanya tadi. Disiramnya sampai bersih. Bahkan sebotol pembersih lantai ia tuang semua ke dalam kloset.

"Shet..." geram Mikuo sambil mendobrak pintu toilet.

Akaito hanya memasang wajah datar sambil menaikkan retsleting celananya saat melangkah keluar dari toilet.

[ambigu -2]

Semua nampak berbeda di mata Rei.

BRAK!

"Shet..." Mikuo mendobrak pintu kamar mandi dan mengelap mulutnya.

Dan di belakangnya, Akaito, menaikkan retsleting dengan muka datar.

Rei berdiri mematung. Entah mengapa, semua terlihat sangat... yaah... sesuatu.

Wajah Rei memerah. Lalu ia berteriak,

"AKHIRNYA GUE ADA BAHAN BUAT KLUB FUJODANSHI!"

[ambigu -3]

Luki mengeluarkan novel sci-fi yang belum selesai dibacanya. Jemarinya meraba bagian atas buku tersebut, menyentuh pembatas lalu membukanya. Lengkap dengan iPod menyetel lagu favoritnya, headset tercolok di telinga, volume maksimal. Melalui pagi dengan tenang, tidak seperti teman-temannya, yang sedang sibuk menghindari kejaran sang bendahara.

Setelah lima halaman ia baca, ia menyadari sesuatu yang aneh. Bagian telinga dan leher sebelah kanannya terasa hangat. Ia bisa mendengar nafas seseorang dengan jarak yang sangat dekat.

Luki menoleh. Ah, kesalahan besar.

Iris kuning Yuuma menatapnya balik. Hidung mereka hampir bersentuhan.

Sebenarnya Luki bisa menjotos dagu Yuuma, menampol kepalanya, bahkan menendang otongnya. Tapi, Luki hanya diam saja. Mematung. Mungkin saking kagetnya.

"Kenapa oi." Kalimat itu terlontar dari Luki. Alih-alih mendapatkan jawaban, Yuuma masih menatapnya tajam.

Dan Luki melakukan kesalahan lagi. Bukannya menyerang (bukan menyerang dalam artian seme, tapi melakukan hal yang sudah saya sebutkan seperti menjotos Yuuma) Luki malah mundur.

Kesalahan fatal. Belakang Luki tembok. Yuuma langsung bertindak lebih jauh.

DON

Iya, kalian gak salah denger. Saat ini Luki sedang di-kabedon Yuuma.

Mati gue.

Apalagi tempat duduk Luki di pojok paling depan dekat pintu. Pintu kelas saat ini terbuka lebar. Tontonan yang sungguh luar biasa.

Wajah Luki seolah terbakar. Tubuhnya mulai berkeringat dingin.

Manuver mengejutkan selanjutnya dari Yuuma. Wajahnya semakin mendekat. Tatapannya tetap mengarah ke Luki. Intens.

Dengan suara berat nan seksi, ia berucap pelan, "...bayar kas, cuk."

Dan di belakang mereka, Galaco Shibasaki, sang bendahara baru merangkap kapten klub fujodanshi, tersenyum puas.

Luki bersumpah menyesal memilih Galaco jadi bendahara.

[fanservice]

Galaco menghitung duit (kas) dengan puas. Tercapai sudah target kelas untuk memfotokopi materi sejarah peminatan.

Tidak, kepuasan sebenarnya bukan karena itu. Karena fanservice dari Yuuma dan Luki tadi pagi. Beberapa foto sudah diamankan dengan kamera HP dan kamera polaroid miliknya. Tinggal pilih yang bagus, cetak, lalu pasang di mading. Luar biasa. Yuuma tidak hanya pandai menagih kas, tetapi juga ahli membuat fanservice.

Galaco meneliti buku kas lagi. Lio, Lily, Yukashi, dan Mikuo belum bayar. Ia langsung mengetik pesan singkat untuk Yuuma.

"DAFTAR ORANG UNTUK DI KABEDON : ..."

[komandan]

"Ih, Moke-senpai kece deh." puji Tianyi saat melihat peleton inti alias paskibraka yang sedang berlatih.

"Oh, komandannya yak?" tanya Rion.

"Yap. Mimpin 30 orang aja bisa, apalagi mimpin rumah tangga." ujar Tianyi.

[ambil alih]

"Menurut gue sih malah harus hati-hati ya..."

"Maksudnya apaan?"

"Komando dari pelatih aja diambil alih apalagi pacar orang."

"Lha emang situ punya pacar?"

"Kagak."

"Lagian pacar situ kan ga bakal diambil alih sama Moke-senpai juga. Moke-senpai kan gak humu."

[berdua]

"Terus ini apaan?" tanya Rion sambil menunjukkan foto mading terupdate SMA Crypton.

Di rubrik fujodanshi.

Zhiyu Moke yang sedang jalan bareng Rinto.

[jalan]

Emang susah jadi cowok. Jalan sendiri dibilang jomblo. Jalan berdua dibilang maho. Jalan bareng-bareng dibilang boyband.

KisahSekolahKita #14 END!

Maafkan kefujoan saya yang kambuh gais /har har

Oh iya once again makasih buat semua yang sudah support ea. Dapet #17 di vocaloid, buset dah /shy /har har

Sekian yak lagi males buat author note /har har

~jejekeju yang suka matcha juga /har har

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top