Part 1 - Preman
"Lily Murphy!!!!!!"
Lily, yang semula bergulat dengan rasa kantuknya sembari menguatkan mata supaya tetap bisa terbuka, sontak terlonjak dan segera menegakkan badannya saat Mrs Giselle memanggil namanya dengan suara yang sangat menyeramkan. Bagaimana tidak menakutkan, Mrs Giselle memiliki suara berat seperti suara laki-laki dan volume suara yang tidak main-main.
Lily berdiri dan menghampiri Mrs Giselle yang berdiri beberapa langkah menghadap dirinya dengan satu tangan dia letakkan di pinggang sedangkan satu tangan lagi membawa map berwarna hitam yang terjulur ke arah Lily.
Lily yang sekarang sudah berdiri di depan Mrs Giselle hanya bisa menatap dengan raut wajah pasrah dan dua tangan yang dia tautkan.
"Ada apa Mrs Giselle?"
"Apa ini??!! Apa ini yang kau sebut bekerja!!! HAHH !!!! Lakukan lagi kali ini lakukan dengan benar!!" teriak Mrs Giselle sambil menyodorkan map hitam tadi ke arah Lily dengan keras.
Dengan lemas, Lily berjalan kembali ke mejanya dan membuka beberapa lembar kertas di dalam map tadi. 'Bagus... bagus sekali ...' batin Lily, bahunya semakin melesak. Kertas-kertas laporan yang dia kerjakan dua hari lalu dikembalikan Mrs Giselle. Sayangnya Mrs Giselle tidak memberitahukan apa kesalahan yang dia buat.
Kalau tidak sedang berhadapan dengan Mrs Giselle, Lily mungkin bisa menanyakan di mana letak kesalahan yang dia buat. Sayangnya, hal yang sama tidak bisa diterapkan untuk kasus yang satu ini. Bertanya kesalahan apa yang dia buat ke Mrs Giselle berarti berkomitmen penuh melakukan kesalahan kedua.
"Paling tidak aku tidak mengantuk sekarang," rintih Lily lemah pada dirinya sendiri. Karena di hadapannya pun masih bertumpuk tugas yang harus dia selesaikan, Lily memasukkan map hitam tadi ke dalam tas, berniat lebih baik untuk mengerjakan di apartemen nanti.
Sisa hari di kantor pun, Lily gunakan dengan fokus di depan komputer dan tabel-tabel yang sudah biasa dia kerjakan sehari-hari. Dia sudah bekerja di SD Inc. atau kepanjangan dari Smiths Dynasty Incorporation, perusahaan pemilik banyak mall mewah di Amerika dan Inggris, selama dua tahun.
Apa jabatannya? Lily sudah cukup beruntung mendapatkan jabatan di sini walaupun bisa dibilang dia hanya bagian administrasi yang tidak lebih sebagai pesuruh untuk mengerjakan laporan-laporan dari karyawan lain yang memiliki jabatan lebih tinggi darinya.
Gaji yang dia dapatkan juga sudah sangat membuatnya bersyukur. Ya walaupun dia tidak bisa benar-benar menikmati gajinya karena setiap bulan, uang yang dia dapatkan dari SD Inc. hanya tinggal kurang dari dua ratus dollar karena dia harus melunasi hutang yang ditinggalkan mendiang ayahnya.
Untuk bisa menyambung hidup, Lily mengajar private selepas kerja. Karena itu, dia cukup sering mengantuk menjelang sore saat di kantor seperti hari ini. Ironis, dia harus berterima kasih kepada amukan Mrs Giselle yang membuat kantuknya benar-benar hilang.
Saat jam kantor telah selesai, Liy bergegas membereskan barang-barang miliknya karena masih ada pekerjaan selanjutnya yang menunggu. Dia tidak memiliki teman dekat di kantor ini bukan karena tidak ada yang menyukainya, hanya saja dia membatasi pergaulan dengan teman-teman kantor karena dia tidak memiliki waktu untuk hang out bersama mereka.
Namun entah kenapa, teman-temannya masih saja suka mengajaknya bergabung dengan mereka. Seperti siang tadi. Hillary dan Edward dengan penuh semangat mengajaknya ke klub baru yang berada hanya beberapa blok dari kantor mereka sepulang kerja hari ini. Tentu saja, kalau Lily bisa dan kalau mampu, dia tidak akan berpikir panjang dan langsung bergabung dengan mereka. Sayangnya, dia masih harus mengajar dan dia tidak bisa sembarangan membatalkan pertemuannya. Kedua, dia tidak akan mampu membeli walaupun cuma segelas minuman di kelab. Kalaupun bisa, dia akan tidak akan mampu bertahan di hari-hari setelahnya.
Tepat pukul enam sore, Lily bergegas ke stasiun bawah tanah dengan membawa pulang beberapa tugas kantor. Waktu mengajarnya berlangsung selama dua jam dan dia mengajar dua anak namun tidak di hari yang sama. Dia hanya bebas hari Jum'at, Sabtu, dan Minggu.
Jarak rumah keluarga yang membayarnya untuk mengajar dari kantor cukup dekat. Sayangnya, dia harus menghabiskan waktu sedikit lama untuk kembali ke apartemen. Mengeluh? Tidak. Dia bisa bertahan dengan satu impian yang dipegangnya. Saat dia berhasil melunasi hutang Ayahnya, dia akan mencari rumah di pedesan dan menetap di sana. Hidup dengan tenang. Impian yang cukup sederhana namun tidak dengan Lily. Dia harus bersabar untuk sepuluh tahun kedepan paling tidak.
*
"Kau mulai bekerja besok?" Tanya Lucas Smith kepada anaknya yang fokus dengan permainan billiard di depannya
Layton Smith hanya menjawab ayahnya dengan dehaman yang diikuti dengan suara mace billiard yang beradu cukup kencang berkat sodokan stick yang didorong olehnya.
"Kau sudah menelpon Ibumu sejak kau kembali ke New York?" Lucas kembali melontarkan pertanyaan.
Kali ini Layton berhenti dan menatap tajam ke arah pria tua yang sedang duduk di sofa tidak jauh darinya sambil menikmati whiskey di gelas kaca yang dipegangnya.
"Aku pikir kita sudah sepakat tidak akan pernah lagi membicarakan orang itu," rahang Layton mengeras dan dia terlihat sangat jelas membenci apa yang barusan Lucas katakan. Lucas hanya bisa mengangkat kedua tangan tanda menyerah disertai senyum tipis di bibirnya.
"Baiklah, Ayah mau tidur dulu. Good luck with your first day tomorrow."
Lucas pun mengangkat bokongnya dan berjalan ke arah pintu yang membawanya keluar dari ruangan billiard mansion tersebut.
Walaupun Lucas sudah pergi, perasaan tidak enak yang dia tinggalkan untuk Layton masih tertinggal di sana. Dengan penuh amarah dan tenaga yang kuat, pria itu melemparkan stick billard ke meja.
*
Lily sudah selesai merevisi laporan yang dikembalikan Mrs Giselle kemarin. Karena itu, segera setelah dia menyalakan komputernya, Lily bergegas ke ruangan Mrs Giselle.
"Masuk," sahut wanita berumur empat puluhan yang sudah menjabat sebagai General Counsel.
Dengan perlahan, Lily membuka pintu kaca ruangan tersebut dan berjalan ke arah meja Mrs Giselle dan meletakkan dokumen yang dibawanya di atas meja Mrs Giselle. "Sudah kuperbaiki Mam," kata Lily.
"Oke. Kau boleh pergi."
Lily yang sudah berbalik dan hendak melangkah keluar, sontak berhenti saat Mrs Giselle kembali memanggil namanya dengan cukup lantang.
"Yes Mam," jawab Lily kembali menoleh dengan satu tangan masih menahan pintu yang sudah terlanjur setengah terbuka.
"Bawa notes mu dan ikut aku dan beberapa senior yang lain untuk meeting di ruangan Golden Gate. Mr Lucas Smith akan memperkenalkan anaknya yang bergabung dengan kita hari ini sebagai Vice President yang baru. Kau sudah baca email blastnya kan pagi ini," terang Mrs Giselle sambil menandatangani beberapa berkas di depannya tanpa menoleh sedikit pun ke arah Lily.
'Tentu saja aku belum baca email sama sekali. Begitu datang aku langsung ke ruanganmu,' batin Lily dengan lemas. Belum lagi harus ikut meeting. Pekerjaan dia cukup banyak. Nanti di sana dia hanya mencatat beberapa hal yang berkaitan dengan department mereka dan kembali menulis report yang rapi, efektif, dan sistematis untuk Mrs Giselle dan beberapa atasan yang juga mendapat undangan meeting.
Sayangnya keluhan panjang itu hanya berhenti di otaknya. "Baiklah," jawab Lily dan kali ini dia berhasil melangkah keluar dari ruangan Mrs Giselle tanpa tambahan tugas lagi.
*
Lily pun mempersiapkan buku catatan miilknya dan menunggu Mrs Giselle keluar. Wanita itu pasti langsung memanggil dirinya dengan suara yang lantang jika sudah waktunya untuk menghadiri meeting. Ada beberapa orang di meja administrasi selain dirinya tapi entah kenapa lebih banyak orang menyerahkan tugas mereka ke Lily, terutama Mrs Giselle.
Kalaupun Lily mengerjakannya dengan cepat, itu lebih karena Lily tidak memiliki kegiatan lain selain bekerja dan mengajar.
Dia memutuskan membaca email yang masuk satu per satu sembari menunggu Mrs Giselle. Sekitar tujuh belas menit kemudian, Mrs Giselle keluar dan menyebutkan beberapa nama dan nama Lily yang paling akhir. Dengan sigap, nama-nama tadi langsung berdiri dan berjalan di belakang Mrs Giselle yang sudah lebih dulu melangkah dengan sangat percaya diri.
*
Ruangan Golden Gate merupakan salah satu ruangan meeting paling exclusive dan mewah di gedung ini. Ruangan ini hanya akan dipakai jika peserta meeting melibatkan para direksi. Ruangannya cukup luas dengan view menghadap gedung-gedung bertingkat yang menjadi ciri khas kota New York. Tentu saja pemandangan ini adalah pemandangan yang mahal.
Saat ini ruangan Golden Gate disusun semacam bangku sekolah di mana beberapa meja panjang dengan kursi satuan berjajar menghadap ke arah yang sama. Di depan meja dan kursi ini, diletakkan meja dan empat kursi yang terlihat lebih mewah dan berkelas dibandingkan kursi-kursi yang menghadapnya.
Lily duduk di bangku paling belakang. Saat kursi satuan di ruangan ini mulai terisi penuh, seseorang yang Lily bahkan tidak tahu apakah dia karyawan Smiths Dynasty Incorporation atau bukan, empat orang lainnya menyusul memasuki ruangan dan menempati empat kursi di depan yang menghadap mereka.
Lily tentu mengenali satu orang di sana, Lucas Smith, president director perusahaan ini. Ruangan saat itu hening, tidak ada satu pun yang berani bersuara. Lily memperhatikan pria tingi tegap dan tampan di samping Mr Lucas. Saat melihat sosok pria itu, Lily semakin menyipitkan mata. Tidak mungkin. Sepertinya bukan. Tapi Lily yakin itu dia. Tanpa disadari dan tanpa diinginkannya, Lily menatap sosok pria itu dan mulutnya berkata – entah kenapa suaranya kali ini terdengar lebih lantang dan jelas - "Preman."
Mungkin kalau saja ada beberapa orang saja yang berbicara saat itu, apa yang dikatakan Lily tidak akan terdengar oleh siapapun. Sayangnya ruangan saat itu sangat hening. Benar-benar senyap. Dan satu kata Lily tadi menggema di seluruh ruangan, membuat semua orang memutar kepala dan menatapnya dengan tajam.
Bukan tatapan orang-orang itu yang mengintimidasinya. Namun sosok yang dia panggil preman yang sekarang juga menatapnya dengan senyum seringaian menakutkan tepat ke arah Lily. Sejak saat itu, menit itu, detik itu, Lily tahu, hari-harinya di kantor mungkin akan lebih mengenaskan daripada yang sudah dilaluinya.
*
Haloo ... lega rasanya bisa kembali publish cerita di Wattpad. Semoga tambah banyak yg baca ya. Aamiin. Jadi please please please jangan lupa vote dan komen. Yg belum follow q, boleh dong minta follownya juga.
[Published on Friday, August 6, 2021]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top