Chapter 37
Jangan lupa memberikan tip kepada author, maaf sebelumnya lambat update karena author harus nyambi skripsian dan PKL. Thanks :*
-_Mr. Perfect Alexanders_-
Semua orang yang berada di ruangan tampak menatap Angela menjawab seperti keinginan mereka. Dari pihak Chris pasti berharap Angela akan tetap bersama Chris sedangkan pihak Wesley dan Nelson tentunya Aubree mereka akan tetap memilih di pihak mereka.
"Aaa..aku" Ucap Angela meragu ketika ucapan atau keputusan yang diambil ternyata salah.
Angela tiba-tiba berdiri dan segera menjauh dari 3 keluarga yang mengelilinginya, apalagi semua orang menantikan jawaban Angela.
Sebelum menjauh tangan Angela sudah di tarik kembali oleh Chris.
"Saat ini kabur bukan pilihan terbaik, jadi silahkan putuskan. Tapi ingat jika kau memutuskan untuk bersama Marcus aku tidak akan pernah mencarimu, dan hak asuh Baby Carl akan kudapatkan bagaimanapun caranya" Kini suara Chris terdengar tegas, tangannya masih menahan Angela agar tidak keluar dari ruangan.
Setelah ucapan yang dilontarkan oleh Chris membuat ruangan lebih terasa mencengkam. Bahkan Eric yang notabane nya orang luar tampak menatap Chris dan Angela dengan penasaran menunggu jawaban dari Angela.
"Aku butuh waktu untuk memikirkan dan menerima ini semua, jadi ku mohon jangan paksa aku untuk memberikan jawaban secepatnya. Seperti yang semuanya tau jika di awal yang melamarku adalah Marcus dan yang menyiapkan segala pernikahan dan berani mengambil keputusan menjadi daddy sambung untuk baby Carl. Aku pasti yakin jika Marcus mengambil keputusan itu sudah sangat matang. Bukan malah mengancurkan hari pernikahan kami, seperti yang kamu lakukan hari ini!" jerit histeris Angela.
Tubuhnya menunduk memeluk lututnya, air mata yang selama ini di tahan kini keluar. Bahkan ingin sekali rasanya melampiaskan kekesalan, kemarahan dan kekecewaannya hari ini kepada Chris. Menonjok atau menampar tampak kurang untuk bajingan brengsek yang sudah menghancurkan di hari bahagianya.
Chris tanpa basa-basi langsung memeluk tubuh Angela dan menggendong tubuh Angela masuk ke dalam pelukannya. Semua orang masih setia menatap kedua insan yang bisa-bisanya di tengah situasi seperti ini masih bermesraan. Marcus yang melihat kejadian itu geram, namun tubuhnya ditahan oleh Adam karena sahabatnya itu mengetahui jika Marcus pasti langsung akan memukul Chris jika tidak ditahan.
"Aku tau jika aku salah, tapi aku tidak akan membiarkan orang yang kucintai akan menikah dengan orang lain selain aku, apalagi dia adalah ibu dari anak ku" Ucap Chris lembut sambil menyisipkan rambut Angela di belakang telinganya. Bahkan tangan 1 nya lagi digunakan untuk menghapus air mata di pipi Angela. Tak lupa pula senyum menawannya tak lepas dari bibir tebal seorang Chris Alexanders.
"Jangan seperti ini. Bisa-bisa aku kembali mencintaimu, Huaaaaa" Mewek Angela seperti anak kecil yang meminta permen namun tidak di turuti. Dengan penuh kasih sayang Chris langsung memeluk Angela, tuxedo mahal yang di kenakannya bahkan sudah basah akibat air mata Angela.
Samuel, Tristan, Eric, Houston serta Adam tampak tersenyum ketika kelakuan Angela seperti anak kecil tidak mencerminkan seorang ibu beranak 1.
"Jangan menangis pumpkin, apakah tidak malu dengan baby Carl?" Chris memegang kedua bahu Angela lalu menunjuk baby Carl di gendongan Kaitlyn. Baby Carl tampak tenang dan mata birunya menatap bingung kearah kedua orang tuanya serta tangannya yang dari tadi menjulur ke depan minta di gendong.
"Baby Carl!!" Seru Angela menuju kearah ibu mertuanya dan mengambil baby Carl ke gendongannya. Lalu kembali ke tempat duduk di samping Chris.
Tangan mungil baby Carl menggapai wajah Chris tak lupa pula dengan ocehan-ocehan ala bayi yang di keluarkan oleh baby Carl. Tubuh baby Carl kini sudah diambil alih oleh Chris. Baby Carl tampak senang bahkan begitu menggemaskan tingkah lakunya yang membuat semua orang yang melihatnya pasti tersenyum ditambah dengan orang tuanya yang berada di dekat bayi lucu itu.
"Permisi Tuan, Nyonya. Saya ingin menyampaikan jika sedikit ada masalah di ballroom" Ucap Ren yang baru saja datang. Kepalanya menunduk hormat kepada tuan dan nyonya besar Alexanders.
"Ada apa Ren?" Tanya Abigail ibu dari Tristan membuka suara. Abigail mengenal Ren karena Tristan pernah berdiskusi dengan Ren saat Abigail mengunjungi di perusahaan anaknya itu.
"eee.eee... It-ituuu" Ucap Ren terbata-bata seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ada apa Ren" Kini Tristan berbicara dengan nada dinginnya, pandangannya menatap datar karah Ren.
Ren berusaha menghilangkan gugupnya. Bahkan untuk menelan salivanya saja terasa berat.
"Di ballroom ada insiden yang melibatkan nona Rachel dan nona Grace tuan" Ren berbicara sambil menunduk hormat ke arah tuannya.
Tristan baru menyadari keduanya telah tidak ada di tempat, mata birunya melihat kearah tempat sebelumnya Rachel dan Grace namun keduanya tidak ada. Sial mereka tidak ada!
Semua orang yang berada di ruangan itu langsung bergegas mengikuti Ren. Tristan dan Samuel tampak tergesa-gesa karena ini menyangkut gadis mereka.
Tibalah semuanya di hallroom tempat sebelumnya berlangsungnya pernikahan Chris dan Angela. Semua mata terbelalak melihat keadaan tempat yang sebelumnya indah namun sekarang sudah kacau balau.
Tepat ditengah hallroom terdapat Rachel yang nampak mengatur nafasnya dimana Grace berada dibelakangnya sambil bersembunyi ketakutan. Di depan mereka terdapat lelaki tampan usia awal 30-an dengan perawakan tinggi dan atletis sedangkan disekitar lelaki tersebut terdapat beberapa bodyguard dengan sikap siap siaga, para bodyguard juga memiliki pistol pada tangan mereka yang tentu saja diarahkan kepada kedua gadis di hadapan mereka.
"Apakah anda tidak apa-apa tuan muda?" Tanya salah satu bodyguard kepada tuan muda di belakangnya. Kepalanya menoleh kepada orang yang dilindunginya dan memastika jika tuan muda nya tidak kenapa-kenapa.
"Alah baru tinju gitu doang langsung di amankan sama bodyguard-nya, dasar lemah!" Decih Rachel meremehkan lelaki dihadapannya. Bahkan ibu jarinya menyapu hidungnya ala Jackie Chen di film-film action-nya. Lalu Rachel kembali ke sikap siaganya yaitu dengan tubuh miring sekitar 45 derajat, tangan kedepan dan tak lupa pula sikap kuda-kuda.
Lelaki bermata abu itu menatap Rachel dengan penuh amarah, harga dirinya direndahkan oleh bocah kecil itu. Apalagi dengan tidak elitnya dia mendapatkan tinjuan di bagian tulang pipinya dari gadis yang baru saja menghinanya. Gerakan dari gadis bermata coklat itu sangat tiba-tiba karena pada saat baru saja dia menggandeng tangan Rachel dan menginginkan Rachel mengikutinya namun naasnya yang ada dia mendapatkan bogeman mentah dari gadis kecil yang dia sendiri tidak tau datangnya kapan dan berasal dari mana. Yang dia ingat hanya tubuh jangkungnya sudah tersungkur jatuh di dinginnya granit lantai dan merasa sakit di bagian pipi tempat dimana gadis berambut coklat ini menunjunya.
"Mau lihat kekuatanku?" Tantang lelaki itu dengan angkuh dan sombong. Lalaki bermata abu itu dengan mengangkat salah satu alisnya seakan menantang Rachel. Jangan lupakan bibirnya sudah tercetak jelas senyuman cemooh merendahkan gadis bermata coklat yang tubuhnya jauh lebih kecil dan lebih pendek darinya.
Sepersekian detik selanjutnya terdapat sebuah peluru yang melewati pipinya, namun hanya menggores bagian lapisan epidermisnya saja tetapi tetap saja darah keluar dari gesekan peluru dan kulitnya. Bahkan dirinya pun tidak perlu turut turun tangan untuk memberi pelajaran pada gadis itu yang tampak sangat shock. Bahkan tubuhnya menegang dan matanya pun melotot kearah lelaki dihadapannya.
Melihat pipi gadis bar-bar di depannya membuat lelaki bermata abu itu tersenyum miring, isyarat matanya pun berkata 'see' serta tersenyum lebar menyiratkan puas atas bawahannya yang memberi pelajaran pada gadis di hadapannya.
"Tidak perlu ikut campur dengan urusanku, bocah kecil. Aku hanya berurusan dengan Grace bukan kamu" Nada rendah, mengancam dan wajah flat nya tidak menunjukkan ekspresi apapun membuat siapapun bergidik ngeri tak terkecuali para bodyguard nya.
"Apakah tuan muda ini tidak mengerti jika sudah ditolak oleh kak Grace. Jadi kak Grace harus menggunakan bahasa apa lagi selain bahasa manusia, mau pakai bahasa planet Mars hah? Lagipula tuan muda ini juga memaksa kak Grace untuk ikut denganmu kan, sudah jelas jika kak Grace gak mau ikut dan tuan muda ini tetap memaksakan kehendak, dasar pemaksaan" Rachel menekankan nada bicaranya pada kata tuan muda, berusaha untuk merendamkan amarahnya karena semua mata tertuju pada mereka saat ini.
"Jika berani lawanlah aku dengan tangan kosong dan tanpa ada perlindungan dari bodyguard mu tuan muda. Oh iya ngiming-ngiming kiti bilim birkinilin" Ucap Rachel mengulurkan tangan ke depan untuk berjabat tangan dengan tuan muda sombong ini. Kalimat terakhir Rachel ditujukan pada tuan muda sombong itu untuk mengejek, tak lupa juga raut wajahnya juga di buat-buat agar lebih mendukung ejekannya.
"Minggirlah kalian!" Titah tuan muda itu kepada para bodyguard-nya. Bahkan tangannya juga menyingkirkan bodyguard yang melindungi tubuhnya. Dengan segera para bodyguard itu menyingkir dan mengikuti instruksi tuan mudanya. Mereka percaya tuan mudanya tidak akan terluka karena dia adalah pemegang sabuk tertinggi di karate.
"Benjamin Frankie" Ucap Ben sambil menjabat tangan Rachel. Masih dengan senyuman mencemooh yang bertengger di bibir tebal Ben.
"Rachel Addison" Balas Rachel dengan wajah senyum sejuta pesonanya seakan melupakan luka yang di perbuat oleh bodyguard Ben, namun di balik itu terdapat dendam yang cukup kuat yang pastinya akan disalurkan sebentar lagi, karena sebentar lagi ada pertarungan antara Rachel dan Ben.
Keadaan ballroom yang tadinya suasana bahagia kini sekarang menjadi tempat ajang adu kekuatan kedua orang yang berbeda jenis kelamin dan perbedaan tubuh yang sangat signifikan membuat semua mata tertuju pada kedua orang itu.
Rachel langsung melepaskan heels setinggi 7 sentimeter dan merobek gaun panjangnya menjadi diatas lutut karena memang bajunya terbuat dari bahan brokat tipis yang tetap memperlihatkan kaki mulusnya. Sedangkan Ben melepas semua aksesorisnya dan tuxedonya yang tentunya diterima oleh bodyguard nya meninggalkan kemeja navy , vest coklat dan celana kain kualitas premium berwarna senada dengan kemejanya.
Lalu keduanya menjauh dengan jarak kurang lebih 2 meter dengan keadaan semuanya sikap siap untuk saling menyerang satu sama lain.
"RACHEL!!!" Teriak Tristan langsung memecahkan fokus seluruh orang yang berada di ballroom dan semua menatap kearah keluarga Alexanders yang baru saja datang.
"Benjamin" Gumam Samuel rendah menyiratkan kebengisan yang begitu ketara. Kedua tangannya sudah mengepal erat bahkan buku-buku jarinya sudah memutih menandakan kemarahan yang sudah memuncak.
"Siapa dia?" Tanya Angela pada Chris yang masih memeluk pinggangnya. Chris mengusap punggung Angela menenangkan Angela yang tampak mulai panik karena tak terpikir bahkan acara pernikahannya begitu berantakan. Apalagi dengan keadaan ballroom yang sudah kacau balau seperti ini. Semua orang mengelilingi Rachel dan Ben karena penasaran atas apa yang dilakukan keduanya selanjutnya.
"Benjamin Frankie. Dia adalah orang yang terobsesi dengan Grace. Aku, Samuel dan Tristan sudah berusaha untuk melindungi Grace dari obsesi Ben yang menginginkan Grace menjadi istrinya karena permintaan Samuel namun ternyata mereka bertemu disini karena Ben menerima undangan dari pihak Nelson Corp" Ucap Chris membuat orang sekitar mendengar pernyataan dari Chris.
-_Mr. Perfect Alexanders_-
Sorry ges baru balik karena emang baru selesai semua urusan magang, skripshit dan berkas-berkasnya. Terimakasih sudah menunggu. Lup lup gess.
Jun-JunFish
Monday 5 Sep 22
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top