Chapter 33

Jangan lupa memberikan bintang 5, komen dan tip kepada Author. Terimakasih :)

Hati-hati typo bertebaran dimana-mana!

-_Mr. Perfect Alexanders_-

Hari demi hari sudah terlewat. Kini hari yang ditunggu-tunggu oleh keluarga Wasley dan Nelson. Keluarga besar dari kedua mempelai begitu ramai memenuhi tempat pemberkatan. Bukan hanya dari pihak keluarga namun juga ada dari pihak relasi dari kedua perusahaan Wesley Corp dan Nelson Corp. Banyak sekali laki-laki tampan dengan berbagai warna tuxedonya serta jenis kain yang meneriakkan harga mahalnya, sedangkan untuk perempuan memakai gaun dengan banyak model dan membuat mereka berlomba-lomba memamerkan gaun terbaiknya.

Di sudut tempat acara terdapat lelaki tampan berbalut tuxedo coklat tua sedang menggendong anak lelaki kecil bertuxedo sewarna. Anak itu terlihat sangat imut dan menggemaskan. Apalagi dengan mata birunya yang begitu nyentrik, rambutnya yang tumbuh tebal itu disisir rapi persis seperti lelaki yang menggendongnya. Model baju yang mereka kenakan kembar hanya perbedaan ukuran saja.

Sering kali lelaki itu menciumi seluruh permukaan wajah anak kecil di gendongannya bahkan kepala nya juga tak luput dari ciumannya karena terlalu gemas. Anak kecil itu hanya tertawa senang bahkan mulutnya mengeluarkan tawa senang membuat beberapa orang di dekatnya pasti perhatiannya akan tertuju dengan kedua insan yang begitu serasi untuk menjadi seorang ayah dan anak.

"Hai Marcus" Sapa Grace yang baru saja datang dengan Samuel. Marcus hanya membalas senyuman kepada pasangan serasi tersebut.

"Selamat atas pernikahanmu" Ucap Samuel sambil berjabat tangan dengan Marcus.

"Haiii baby Carl!!!" Teriakan cempreng Rachel yang baru saja datang bersama Tristan.

Setelah mendekat Rachel langsung mengambil baby Carl ke gendongannya. Sedangkan Tristan hanya diam dan mengikuti kemanapun Rachel akan pergi.

"Kemana Adam dan Ren?" Tanya Tristan pada Marcus sedangkan Marcus sedari tadi memperhatikan baby Carl di gendongan Rachel yang tampak begitu bahagia. Ia sangat bersyukur baby Carl di lingkupi oleh orang-orang terkasih.

"Mereka bersama Angela. Biasa, ritual pelepasan adiknya jadi pastinya ada adegan menye-menye. Aku tidak suka itu makanya aku dan baby Carl keluar sembari menyambut para tamu" Kini Marcus benar-benar luar biasa, begitu tampan dan aura kebahagiaannya jelas terlihat sekali. Mungkin dia bisa menikahi gadis kecil impiannya.

"Aku dan kak Grace akan mengunjungi kak Angel. Para lelaki tetaplah disini menemani pengantin prianya. BYEEEE!!!" Teriak Rachel sambil menarik tangan Grace dan baby Carl masih anteng di gendongannya. Sedangkan Marcus, Samuel dan Tristan hanya cengo melihat kebar-baran Rachel, mereka bahkan menggeleng kecil tidak percaya jika ada gadis se bar-bar itu. Pantas saja Tristan menjulukinya gadis pemberontak. Sangat cocok dengan sifatnya.

Setelah sampai di ruang tunggu pengantin perempuan, Rachel dan Grace masuk. Mereka melihat aura didalam ruangan itu tampak sedih. Di dalamnya terdapat Abraham dan Adam sudah menangis sesegukan di hadapan Angela. Ayahnya Marcus hanya berusaha menenangkan Abraham, namun itu sangat mustahil. Bayangan Angela kecil masih sering bermain lari-lari atau petak umpet bersama Adam dan Marcus. Tapi kali ini dia tidak menyangka jika anaknya akan menikah. Secepat itu rasanya waktu berlalu, walaupun ada rasa segan di diri Abraham mengenai sisi buruknya dulu namun di tepisnya karena Angela sendiri meminta Abraham harus datang di pernikahan anak kandungnya. Walaupun dia tidak menjadi orang tua yang baik setidaknya dia sangat bangga memiliki anak dengan hati sebesar Angela. Bisa memaafkannya sedangkan Abraham merasa tidak pantas untuk di maafkan.

"Adikku akan menikah sebentar lagi" Mewek Adam sambil memeluk Angela, bahkan dia sudah tidak peduli dengan imagenya yang dianggap tidak gantleman berbanding terbalik dengan tubuhnya yang cowokable. Ia sangat tidak menyangka Angela mendahuluinya untuk masalah pernikahan.

"Makanya kakak cepatlah cari pacar dan nikahilah" Ucap Angela membalas pelukan Adam. Bahkan sesekali tangannya menepuk pelan punggung Adam. Jangan lupakan jika Angela selalu tersenyum dihari bahagianya.

"Maafkan daddy, Bree" Sesal Abraham namun tidak jelas kesalahan yang mana harus di maafkan Angela.

"Sudah daddy, Aubree sudah memaafkan seluruh kesalahan daddy ataupun mommy. Semoga mommy sudah tenang di sana" Lirih Angela.

'Aubree sudah memaafkan mommy. Aubree berterimakasih kepada mommy yang sudah melahirkan Aubree, yang sudah melindungi Aubree dari daddy. Terimakasih atas segalanya mom' batin Angela.

"Sudah tidak perlu menangis, aku tau jika sahabatku sangat hebat, kuat dan tegar. Tersenyumlah di hari bahagia mu" Kini Grace yang memeluk Angela. Angela menahan air matanya agar tak merebak keluar dan mungkin akan menghancurkan riasan yang sudah di buat berjam-jam oleh make up artist.

"Come to mommy baby Carl" Seru Angela sambil merentangkan tangannya kearah baby Carl yang masih di dalam gendongan Rachel. Setelah baby Carl dalam gendongannya dia menciumi gemas anaknya. Begitu tampan dan lucu di balik tuxedo senada dengan Marcus.

"Dia begitu mirip dengan daddynya" Celetuk Abraham membuat Angela tersedak ludahnya sendiri. Daddy yang mana yang dimaksud oleh Abraham. Chris sebagai daddy kandungnya atau Marcus sebagai calon ayahnya.

Samuel dan Tristan hanya diam membisu karena dia sangat paham jika baby Carl mirip sekali dengan Chris. Bahkan jiplakan Chris versi bayi.

-_Mr. Perfect Alexanders_-

"Bagaimana apakah kita bisa menjalankan plan A?" Ucap lelaki bermata biru menatap lelaki lebih muda darinya yang sedang duduk di kursi sebelahnya. Lelaki lawan bicaranya hanya mengangguk seraya berfikir.

"Sepertinya bisa. Akan kusuruh anak buahku turun terlebih dulu" Kata lelaki bersuit hitam itu. Lalu memegang earpiece dan mengomandokan beberapa anak buahnya dan menjalankan aksinya.

"Tunggu saja dulu, jika waktunya tiba kamu harus turun ke tempat tujuan sesuai dengan plan A" Ucap tenang lelaki itu.

"Bagaimana jika plan A gagal Ric?" Tanya lelaki bermata biru itu masih di dalam mobil. Jaraknya lumayan jauh dari resort pernikahan Angela dan Marcus namun view mobil itu sangat jelas terlihat dari sini.

"Tidak ada kata gagal bagi seorang Eric. Percayalah padaku Chris" Ucap Eric sambil tersenyum penuh misteri.

"Tuan semua sudah siap di jalankan dari perintah tuan. Korban sudah berhasil diasingkan ke dalam mobil kami" Lapor salah satu anak buah Eric dalam pendengaran dari earpiece nya. Eric tersenyum puas dan menatap Chris dengan raut wajah 'Sudah ku katakan jika semua akan berjalan lancar'. Chris lega dan ini waktu yang tepat untuk dirinya beraksi.

"Aku akan keluar sekarang. Kamu bisa mengeksekusi dia tanpa ada Alexanders ataupun ada" Ucap Chris sambil bangkit keluar dari dalam mobil dan merapikan tuxedo hitam yang digunakan.

"Selamat berjuang dan semoga berhasil!" Teriak Eric menyemangati Chris seperti remaja puber. Bahkan tangannya mengepal dan dijunjung setinggi kepalanya. Benar-benar menggelikan. Sedangkan Chris tidak memperdulikan Eric dan tetap berjalan menuju tempat yang diinginkan.

Chris memantapkan langkahnya. Tubuh tegap itu membelah orang yang sedang sibuk lalu lalang dan datang di pernikahan kedua mempelai pengantin. Namun sepasang pengantin itu belum sama sekali menunjukkan hidungnya padahal waktu sudah melewati 5 menit dari estimasi acara.

Chris duduk di salah satu kursi ditemani oleh orang-orang yang tak dikenalnya, namun orang-orang itu tentu saja mengenal Chris. Mustahil orang yang memiliki koneksi ekonomi teratas di dunia tidak mereka ketahui.

Setiap teguran dan sapaan yang di terima Chris, dia hanya membalasnya dengan senyum formal. Karena ia tak ingin dianggap orang yang sombong. Ingatkah ada pepatah yang mengatakan jika sudah berada di atas jangan terlalu sombong karena ada kalanya nanti kita pasti memerlukan mereka yang di bawah. Ia sangat menganut prinsip itu. Maka dari itu dia sangat di segani oleh seluruh orang dan lebih banyak orang ingin menjadi sekutunya bukan lawannya.

Sesekali beberapa gadis cantik berusaha menggodanya dan memberikan senyuman terbaik untuk Chris namun tidak di gubris karena kini pandangan matanya tertuju pada pintu berwarna putih di belakangnya yang bisa di pastikan jika Angela akan timbul dari sana menuju altar.

Di sisi lain. Angela sedang menggigiti kukunya cemas karena jam sudah melewati jam acara namun Marcus hingga sekarang masih belum muncul di altar. Bahkan pasturnya sudah siap dan menunggu mempelai pengantin pria.

Adam pun turut cemas dan beberapa kali menelpon ponsel Marcus namun tidak aktif.

"Ini sudah lewat dari 15 menit. WO nya sudah mendesak kita" Kata Ren sambil beberapa kali melihat kearah jam tangan Rolex yang melingkar di pergelangan tangannya.

Di belakang Ren tak jauh darinya terdapat sepasang orang dengan pakaian rapi dan terdapat bet nama melingkar di lehernya menandakan mereka adalah wedding organizer.

"Kemana perginya Marcus" Kini Abraham juga tampak ikut cemas memikirkan hilangnya bakal calon mantunya di hari pernikahan.

Grace dan Rachel berusaha menenangkan Angela yang sedang cemas. Tapi anehnya disini Samuel dan Tristan tidak bertindak seperti biasanya melainkan hanya bediam diri di sofa yang disediakan di ruang tunggu. Keduanya tidak ada membuka pembicaraan dan hanya diam dengan pandangan menatap lurus kedepan.

"Tenanglah kak. Kak Marcus akan datang walaupun terlambat. Ini adalah hari yang di tunggu-tunggu nya jadi tidak mungkin dia membatalkan pernikahan impiannya. Mungkin saja dia sedang ada urusan bisnis mendadak" Ucap Rachel sambil mengusap lembut punggung Angela berusaha menenangkannya.

"Iya benar" Sahut Grace sambil menganggukan kepalanya membenarkan perkataan Rachel.

"Daddy akan keluar dengan Daddy Marcus untuk mencari Marcus ya. Kalian tetap tinggal disini bersama Aubree" Putus Abraham keluar bersama ayah Marcus, berusaha menyuruh bawahannya melacak keberadaan Marcus.

"Maaf Miss. Jika tidak ada mempelai pria, setidaknya anda harus keluar untuk menampakkan diri kepada seluruh tamu undangan" Ucap perempuan salah satu pegawai wedding organizer yang dari tadi berada di ruangan yang sama dengan mereka.

"Baiklah" Putus Angela langsung bangkit dan diikuti dengan Grace dan Rachel yang mengapit Angela di tengah mereka. Sedangkan Adam dan Ren di belakang para gadis mengikuti kemanapun para gadis itu berjalan.

Tanpa di ketahui jika Samuel dan Tristan bahkan sudah senyum yang terkembang dengan lebar menghiasi bibir mereka. Keduanya langsung ber-tos ria tanpa meninggalkan suara dan mereka saling memandang bahagia jika rencana mereka berhasil.

-_Mr. Perfect Alexanders_-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top