Chapter 30
Sedikit memberikan informasi kepada readers. Maaf jika keterlambatan update, karena author pikir dengan author mengupdate 3 chapter sekaligus bisa membuat author tidak di tagih untuk next chapter secepatnya. Readers membaca 1 chapter 5 menit sedangkan author bikinnya 5 jam, perbandingan begitu signifikan jadi mohon dimengerti. Author juga memiliki kesibukan, jadi di mohon mengerti. Jika Comment, tolong menggunakan bahasa yang baik ya, Jika tidak suka dengan cerita author silahkan membaca novel lainnya. Author membuat cerita ini terlalu vulgar dan menonjolkan kebebasan sex serta kekerasan karena sesuai dengan konsep dan tema Heteroseksual di sampul Novel. Jadi di Novel ini untuk umur 17+ Tahun ya, Mohon dimengerti. Kenapa mengambil tema ini, karena berlatar belakang New York. Kurang lebih seperti dalam cerita. Mungkin readers lebih tau jika Amerika menganut kebudayaan sex bebas, asalkan suka sama suka mereka akan melakukannya yang pastinya berbading terbalik dengan di Indonesia. Jika sering sekali mendapatkan ketypoan author mohon di maafkan, karena author juga manusia :)
Jangan lupa memberikan bintang 5, komen dan tip kepada Author. Terimakasih :)
-_Mr. Perfect Alexanders_-
Rambut coklat itu berkibar ketika topinya terjatuh karena musuhnya melakukan high kick kearahnya, hampir saja kepalanya melayang dan untung saja hanya mengenai topi hitamnya. Mata coklat itu menatap bengis kearah lawannya. Ia tak akan memberi ampun pada lawannya karena seharian ini moodnya dirusak oleh lelaki di depannya. Secepat kilat gadis itu berada di belakang lawannya dan menendang lutut belakang lawannya hingga sang lawan langsung berlutut di tanah. Lelaki itu hanya tersenyum dan melawan gerakan gadis yang membuatnya berlutut. Lelaki itu menghadap kearah gadis yang menjadi lawannya dan langsung melakukan penyergapan dengan posisi lelaki itu memeluk erat gadis itu dari arah belakang. Beberapa kali Gadis itu bergerak agar tangan yang melingkar ditubuhnya terlepas, namun tidak semudah itu.
"Lepaskan TRIS!" Seru gadis itu masih berusaha untuk melepaskan tangan Tristan namun dari Tristan sendiri semakin mempererat pelukannya. Tristan tersenyum kecil melihat gadis di pelukannya bergerak layaknya cacing kepanasana karena ingin secepatnya terbebas dari kungkungan dirinya.
"Aku masih merindukan gadis pemberontak ini" Ucap Tristan sambil berbisik di telinga Rachel. Nafas Tristan begitu dekat membuatnya merinding. Jarak yang sangat dekat begini membuat jantungnya berdetak dengan kencang. Tristan langsung membalikkan badan Rachel agar menghadap kearahnya. Rachel bukan terpesona dengan Tristan yang begitu tampan apalagi sedang berkeringat membuatnya semakin berdamage. Dia bukan orang seperti itu.
Rachel mengutuk mulut seksi Tristan yang mengatakan dia adalah gadis pemberontak. Rachel menatap kesal dan sewot bersamaan kearah lelaki di depannya namun Tristan hanya tersenyum miring yang mungkin bisa saja membuat wanita diluaran sana menjerit tidak bisa menahan aura ketampanan lelaki berdarah Amerika ini.
Tristan terus memperhatikan apapun yang bisa di lihatnya dari seorang Rachel. "Apa kau liat-liat" Sambar Rachel dengan judesnya. Tristan menjawabnya dengan senyuman miring.
"Tidak" Jawabnya pendek
"Bagaimana dengan kuliahmu?" Kini Tristan kembali bertanya.
"Nothing special. Sebentar lagi aku wisuda" Jawab Rachel sambil menjauh ketika Tristan mengendurkan pegangannya.
"Kemana Eric?" Tanya Tristan mengikuti langkah Rachel dan membuatnya sejajar bersampingan.
"Jangan pernah tanyakan masalah Eric padaku. Aku membenci dia!" Rachel mengakhiri ucapannya dengan nada sedikit tinggi. Rachel benci apapun yang berkaitan dengan Eric karena tadi pagi Rachel bertengkar dengan Eric mengenai masalah dia ingin berlatih menggunakan senjata namun semua keinginan Rachel sirna karena Eric menegaskan 'tidak ada senjata untuk perempuan' titahnya kepada seluruh bawahannya. Seperti yang kalian ketahui jika Rachel adalah peserta pelatih pertama perempuan dan tidak ada perempuan lagi untuk selanjutnya. Eric memperbolehkan Rachel mengikuti pelatihan bela diri atas permintaan dari Tristan. Mengapa Rachel tidak boleh memegang senjata? Itu semua sudah direncanakan oleh Tristan agar Rachel tidak mengalami hal yang tak diinginkan.
Rachel pun kesal dengan Tristan karena pada saat dirinya ingin duel dengan Leon kemudian Tristan datang ke camp pelatihan dan mengajak Rachel berduel. Padahal saat yang paling ditunggu-tunggu oleh Rachel bisa duel dengan orang nomer 1 di pelatihan ini. Leon adalah murid langsung ajaran dari Eric, sama sepertinya namun entah mengapa selalu Leon yang dibicarakan oleh teman sepelatihannya karena Leon orang yang terbaik dari lainnya tentunya selain Eric.
Wajah cemberut Rachel begitu menggemaskan membuat Tristan tanpa sadar mengecup bibir Rachel. Kecupan Tristan yang begitu tiba-tiba membuat Rachel membeku tak berkutik seakan masih mencerna yang barusan di lakukan oleh Tristan. Bahkan mata Rachel membelalak ketika sudah tersadar.
"TRISTANNNN!!!!" Jeritnya sambil mengangkat tangannya untuk memukul Tristan. Sebelum Tristan terkena pukulan dari Rachel, Tristan langsung menghindar dan mengangkat ponsel di sakunya yang sudah berdering dari tadi.
"Ada apa?" Suara Tristan mendingin ketika menjawab panggilan di ponselnya. Melihat itu Rachel mengurungkan diri untuk tidak memukul Tristan.
"Oke aku akan kesana" Putus telpon sepihak dari Tristan.
"Ayo ikut, Angela sudah mengalami kontraksi" Tristan langsung menarik tangan Rachel, sedangkan Rachel hanya terlihat pasrah saja mengikuti keinginan seorang Tristan Alexanders.
-_Mr. Perfect Alexanders_-
"Bagaimana perjalanan selama ke Indonesia?" Suara lemah lembut itu menyapa suaminya saat suaminya baru saja datang dari perjalanan bisnis ke negara Asia tersebut.
"Baik-baik saja tidak ada kendala" Ucap Chris sambil menaruh tas di atas meja. Wanita itu mendekat dengan Chris dan membantu Chris untuk melepaskan dasi suaminya. Jangan lupakan jika wanita itu selalu tersenyum melihat suami yang di cintanya.
"Bolehkah aku berbicara denganmu?" Tanya Long Feng
"Bukankah kita sekarang sedang berbicara?" Ucap Chris acuh sambil membuka pakaiannya.
"Aku ingin berbicara serius denganmu" Kini Long Feng memegang tangan Chris membuat Chris hanya berfokus kepada wanita yang statusnya sudah menjadi istrinya.
"Aku ingin anak darimu Chris!" Jerit tertahan Long Feng. Dia selama ini memendam apapun tentang keinginan, kemauan dan perasaannya. Bahkan orang lain tidak mengetahuinya termasuk ayahnya.
"Aku menginginkan hubungan yang normal seperti pasangan-pasangan lain, hanya sesederhana itu. Dari awal kita menikah kau sama sekali tidak pernah menyentuhku, bahkan kita sudah menikah lebih dari 6 bulan. Aku ingin memiliki anak, aku ingin mengandung seperti banyak wanita di luaran. Aku ingin kau memperhatikanku, tapi kamu selalu acuh padaku Chris! Apa alasanmu untuk menikahiku jika kau sendiri tidak ingin memiliki anak denganku!" Luapan emosi terpendam Long Feng kini sudah terasa lega ketika meluapkan apa yang di pendamnya.
Chris memutuskan jarak diantara mereka, hingga tidak tersisa sejengkalpun. Bahkan wajah Chris sudah terlalu dekat dengan Long Feng membuat Long Feng menutup matanya karena ia berharap karena curahan hatinya akan terlaksana saat ini juga. Besar harapnya Chris menciumnya, namun itu hanya khayalannya. Nyatanya kini Chris hanya diam menatap Long Feng dengan jarak sedekat itu, lengan kekarnya sudah menarik pinggang Long Feng agar semakin menempel pada tubuhnya. Beberapa saat tanpa ada suara dan gerakan membuat keheningan diantara mereka.
"Ini yang kau inginkan?" Chris berbicara tepat diatas bibir Long Feng. Nafas hangat Chris menerpa bibir Long Feng yang sangat siap untuk dicium. Long Feng yang sedari tadi memejamkan mata kini menatap Chris memohon. Chris membalasnya dengan senyuman meremehkan.
Langan Chris yang tadi memegang pinggang Long Feng langsung di lepaskan begitu saja, membuat Long Feng terjatuh pada sofa bed di bawahnya.
"Aku ingin mandi dan beristirahat, tidak ada waktu untuk itu" Ucap Chris yang semakin menjauh dan hilang di balik pintu kamar mandi.
Long Feng mengehela nafas kasar, ia begitu bingung bagaimana lagi berhadapan dengan sifat Chris yang seperti itu selama ini. Selain menggindarinya Chris juga mencueki habis habisan Long Feng. Pernah suatu pagi Long Feng sudah menyiapkan sarapan tentunya Chris untuk sarapan bareng yang ada Chris melengos pergi tidak mengindahkan ajakan Long Feng.
Setelah membersihkan diri dan menggunakan pakaian Chris melengos ke dapur karena dia haus. Tangannya membuka kulkas dan mengambil sebotol air mineral. Matanya berhenti ketika melihat secup kopi beku. Kopi yang mengingatkan tentang Angela, kopi penuh dengan kenangan pertama kali berjumpa dengan Angela. Kopi yang mengingatkan tentang pernyataan atas perasaannya kepada wanita bermata hijau itu.
Mengenang semua ingatan tantang Angela begitu membuat Chris merindukannya. Chris merindukan senyuman, tingkah laku dan seluruh apapun yang berhubungan dengan Angela. Membuatnya menitikkan air mata, dengan tak sadar tangannya sudah memeluk cup kopi beku dan di letakkan di depan dadanya seakan-akan memeluk Angela. Dingin yang di dapatkan cup kopi itu tidak di rasakannya, yang dirasakannya hanya kerinduan yang memuncak pada wanita yang dicintainya.
Selama 6 bulan lebih ini Chris sama sekali tidak pernah menggubris Long Feng yang notabanenya sudah menjadi istrinya, apalagi seperti yang diingikan oleh Long Feng. Memiliki anak? itu semuanya mustahil. Chris menikahi Long Feng bukan karena dia mencintai ataupun menginginkan harta yang dilimpahkan oleh ayah Long Feng namun ada alasan khusus yang pastinya kalian sudah tau.
Bahkan selama menikah dengan Long Feng, Chris selalu mengenggelamkan dirinya dalam pekerjaan agar tidak merasa kerinduan pada wanita yang sudah mengisi hatinya. Walaupun pada kenyataannya bahwa dirinya lah yang tega untuk menyakiti hati rapuh itu.
Selama ini pula dia tidak pernah tidur dengan siapapun termasuk dengan istri sahnya. Beberapa kali dia ke night club untuk menghilangkan Angela dalam pikirannya hingga salah satu jalang mendekati dirinya. Bukannya menerima perlakuan jalang itu seperti biasanya, kali ini Chris marah dan mendorong keras hingga jalang itu terjatuh. Bahkan beberapa kali ia berkunjung night club itulah yang terjadi. Bukan mabuk yang di dapatkan namun kemarahan untuk dirinya karena semakin dia berusaha menghilangkan Angela pada pikirannya membuatnya semakin mengingat Angela bahkan seluruh kenangan manis kebersamaan mereka terus memutar dalam otak Chris. Ada saat beberapa hari sebelum keberangkatannya ke Indonesia dia menemui investor yang kebetulan melewati New York City Times Square. Tempat itu begitu mengingatkan dengan Angela. Sesampai di mansion Chris mengamuk, membanting seluruh barang yang di lihat didepan mata. Ia benar-benar gagal mengenyahkan bayangan Angela, itu yang membuatnya marah pada dirinya sendiri. Ia seharusnya membenci Angela, bukan malah mengingatnya.
Chris langsung berlutut di lantai. Ia memendam kerinduan pada Angela selama ini. Dengan gilanya dia membayangkan jika Angela sekarang berada di pelukannya. Mata birunya tertutup sempurna membayangkan kehangatan tubuh Angela ketika berada di pelukannya bahkan ia merasakan aroma rambut Angela. Mata itu tidak bisa berhenti mengeluarkan airnya karena tidak bisa nemahan kerinduan yang memuncak pada gadis bermata hijau.
"Aku merindukanmu, Aubree Nelson" Ucapnya di sela tangisan, tangisan yang sangat memilukan. Tidak pernah ada yang membuatnya menangis kecuali Angela. Tubuh kekar itu tampak lemah ketika apapun yang berhubungan tentang Angela, bahkan mengalahkan rasa marah dan bencinya yang mendalam.
Benar kata orang jika cinta akan mengalahkan segalanya, termasuk benci.Long Feng menyembulkan kepalanya di balik pintu. Long Feng menatap punggung Chris yang bergetar sambil memegang cup kopi beku yang mulai mencair dan menetes ke lantai. Ia sangat mengerti jika Chris pastinya sendang menangis.
"Aku tau kau begitu mencintainya, tapi setidaknya berusahalah untuk mencintaiku karena aku istrimu" Bisik Long Feng menahan isak tangis di balik dinding sambil memegang dadanya yang terasa menyakitkan
Begitu menyedihkan kisah cintanya. Dia yang mencintai Chris namun Chris mencintai orang lain.
-_Mr. Perfect Alexanders_-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top