Chapter 22
Hati-hati Typo bertebaran dimana-mana!
Jangan lupa Voment oke guys jangan jadi sider wae wkwkwk 😂😂
^_^ Happy Reading ^_^
-_ Mr. Perfect Alexanders_-
"Selamat datang di Palermo Mr. Alexanders" Senyuman manis lelaki bernama Eric menyambut rombongan Alexander bersaudara di Bandara Palermo di daerah khusus parkiran pesawat pribadi orang-orang kaya.
"How are you, Ric?" Tanya Chris menyalami Eric. Eric membalasnya senang. Ia tersenyum formal kepada orang-orang yang turun bersamaan dengan Chris. Eric hanya mengenali Alexander bersaudara namun tidak dengan kedua wanita di samping Samuel dan Tristan. Di belakang mereka terdapat beberapa tangan kanan dan pengawal berpakaian formal.
"Iam good" Eric melirik kearah para wanita yang tak di kenalinya. Ini sedikit aneh karena biasanya seorang Alexanders tidak pernah repot-repot membawa wanita karena title mereka menganggap wanita hanya sebatas partner satu malamnya atau sekedar teman kencannya.
Chris mengerti dari lirikan Eric. "Perkenalkan dia Grace Kennedy dan dia Rachel Addison" Chris menunjuk Grace di samping Samuel dan Rachel di samping Tristan yang tampak menutupi tubuhnya dari Eric di balik tubuh Tristan. Grace hanya menatap santai kearah Eric dan tangannya pun bertautan dengan tangan Samuel. Kebalikan dari Grace, Rachel malah sedikit takut melihat Eric dan beberapa orang di belakangnya yang berwajah sangar. Walaupun Eric terlihat hangat dia adalah orang yang paling di takuti di Italia. Kebengisannya tertutupi dengan wajah tampan dan senyuman manis yang selalu di tebarkan oleh lelaki itu.
Eric mengangguk dan menyuruh semuanya masuk ke dalam mobil Van yang disediakan. Sedangkan untuk para tangan kanan Alexanders bersaudara dan beberapa pengawal di tempatkan di mobil terpisah. Lalu ketiga mobil itu melaju keluar dari bandara menuju mansion megah terletak di tengah-tengah gedung tinggi di tengah kota Palermo. Luas mansion ini sendiri seluas 1.5 km. Sudah tidak bisa dibayangkan berapa uang yang harus di habiskan untuk mendapatkan tanah permeter di kota padat penduduk.
Setelah sampai di mansion semuanya langsung bergegas masuk dan membagi tempat tidur. Mereka harus istirahat setelah perjalanan cukup jauh. Mengenai strategi mungkin sore akan di beritahukan kepada Alexanders bersaudara untuk mendukung pergerakan Eric bersama para pengikutnya. Malam harinya mereka akan langsung turun tangan untuk menemukan Angela yang di duga di sekap di basecamp mafia Sisilia.
Eric menunjukkan kamar tidur untuk digunakan Alexanders bersaudara, Grace dan Rachel di lantai 3 mansionnya. Untuk Chris mendapatkan kamar sendiri, Grace dan Samuel mendapatkan satu kamar begitu juga dengan Tristan dan Rachel.
Di dalam kamar, Tristan membuka suit yang digunakan dan menggantinya dengan pakaian casual. Celana pendek berwarna krem selutut dan kaos hitam dengan logo band di belakangnya. Suara teriakan dari depan kamar mandi mengagetkannya. Yang berteriak adalah Rachel. Rachel begitu kaget melihat Tristan half naked berganti baju di depan tempat tidur. Ia tidak terbiasa melihat pemandang seperti itu.
Tristan menatap lurus kearah Rachel dan langsung secepatnya menggunakan baju.
"Kau gila!" Jerit Rachel sambil memelototi Tristan yang tampak santai duduk di sofa setelah menggunakan baju tadi.
Dengan langkah besar Rachel ke arah Tristan dan langsung menarik Tristan ke luar kamar. Ia mengusir Tristan tanpa kata. Tristan malah tak bergeming sama sekali karena tarikan Rachel tak dapat menggerakkan sedikit tubuh tinggi besarnya, jelas kekuatan Tristan jauh lebih kuat daripada Rahcel yang pendek dan kurus.
"Pergilah kau" Kini Rachel menatap Tristan kesal karena apapun usahanya untuk mengusir Tristan tidak berjalan mulus.
"Apa hak mu untuk mengusirku?" Tristan menatap lurus kearah Rachel. Sebelah alisnya terangkat membuat kesan 'mengesalkan' bagi Rachel.
"Kau bilang apa hak mu? Jelas saja ini kamarku. Kau bisa meminta kamar lagi pada Eric. Jangan mengangguku!" Jengkel Rachel. Tristan membalasnya dengan senyuman kecil dan miring. Membuat Rachel semakin berang.
"Apakah kau tidak puas memaksaku untuk ikut bersamamu ke sini, yang awalnya aku tidak mau ikut. Aku ingin tetap menjalankan terapiku dan melanjukan kuliahku!" Rachel sudah mengambil tepat di sofa single samping Tristan. Biarkan kali ini ia mengeluarkan uneg-uneg yang ditahannya selama ini. Mata Rachel menatap tajam kearah Tristan.
"Kau yang membuatku lumpuh selama hampir 1 bulan ini, apakah kau bisa mengingat hal itu Mr. Alexanders yang terhormat. Tidak bisa kah kau merasa salah dan meminta maaf dengan tulus. Kau jugalah yang membunuh ayahku dan mengambil semua aset keluargaku, apakah kau merasa masih kurang? Aku sudah jatuh miskin tak memiliki apapun. Aku tau jika ayahku memiliki hutang padamu tapi bukan dengan cara kau menahanku dan menyuruhku untuk melakukan apapun yang kau mau. Bagaimana aku bisa melunasi hutang ayahku jika kau sendiri tidak memperbolehkan kemanapun setelah aku sembuh" Cerca Rachel. Tristan menatap Rachel dan melihat wajah kesal dan sendu saat bercerita.
"Kau sudah di nyatakan sembuh dan tidak perlu menjalani terapi lagi" Jelas Tristan.
"Aku sungguh membencimu. Apalagi saat kau berhasil menghindar dari tendanganku" Rachel menatap tajam Tristan yang tersenyum geli. Ia selalu kesal ketika mengingat hal itu.
"Jangan salahkan aku, aku hanya menghindar untuk pertahanan diri" Tristan sangat menyukai Rachel dengan wajah kesalnya. Ia terlihat lucu apalagi saat ini dia menggunakan bathrobe putih karena Rachel baru saja selesai mandi.
"Sialan kau" Umpat Rachel dengan bergumam.
Tristan yang mendengar itu sedikit kesal dan memajukan tubuhnya berdekatan sehingga hidung mereka bersentuhan. Rachel kaget dengan pergerakan kilat Tristan langsung melotot. Tapi jantungnya tidak sehat jika berdekatan dengan Tristan, apalagi posisi yang begitu intim seperti ini. Tristan nampak sedikit menindihi Rachel. Siapa yang bisa menolak aura ketampanan seorang Alexanders bahkan dia juga tidak bisa menolak karena bisa berdekatan dengan seorang Alexanders adalah keberuntungan.
Mata biru itu menatap dalam kearah Rachel. Rachel bahkan menahan napas karena wangi maskulin Tristan begitu menggodanya. Sabar Rachel, kau tak boleh bar-bar. Tristan melirik kearah bibir ranum Rachel yang sedikit terbuka.
"Mulutmu begitu tajam, sweety. Apa perlu harus aku mengajarimu sopan santun untuk mulutmu yang kurang ajar ini" Tangan Tristan mengelus bibir Rachel, menjalankan dari sudut bibir ke sudut bibir lainnya. Rachel semakin terbelalak menatap tak percaya Tristan.
"Atau kau harus menerima hukuman manis dariku, sweety" Jari jemari Tristan bergerak menuju leher jenjang Rachel dan turun lagi membuka tali bathrobe yang digunakan Rachel. Tristan bertujuan membuat Rachel takut padanya agar tidak pernah mengumpat kepadanya. Sungguh wanita kecil yang pemberani.
"Apa maumu!" Teriak Rachel menantang.
"Aku terbiasa akan mendapatkan apapun yang kuinginkan, semua tidak pernah sulit. Kecuali kamu yang begitu pembangkang, membuatku semakin tertantang" Tristan tersenyum kecil. Ia harus sekali-sekali memberikan pelajaran pada gadis pemberani dihadapannya agar tidak mengumpat lagi. Ia kembali mengingat bahkan ketika gadis itu diambang kematian ia masih bisa mengumpati Tristan. Gadis yang menarik.
Kedua tangan Tristan kini menurunkan bathrobe sebatas bahu membuat Rachel semakin terdiam tak berkutik apapun. Rachel masih shock dari perkataan Tristan, apalagi senyuman kecil Tristan yang begitu menawan walau hanya senyuman kecil membuat Rachel membeku menatap keindahan yang begitu nyata di hadapannya.
Tristan bangkit dan meninggalkan Rachel yang masih di posisi semula.
"Sialan aku dikerjain lagi" umpat Grace dengan suara tertahan.
Di kamar lain Grace masih membongkar koper Samuel untuk mengambilkan baju Samuel. Samuel sendiri berteriak meminta dalaman dan baju dari arah kamar mandi. Wajah Grace memerah ketika sudah mendapatkan dalam Samuel di tangannya, melihat benda itu membuat Grace salah tingkah.
"Cepatlah Grace, Atau kau harus melihatku telanjang di hadapanmu sekarang. Aku juga merasa tidak keberatan tentang hal itu" Teriak Samuel di balik pintu kamar mandi. Kepala Samuel berada di tengah-tengah pintu.
"Jangan!!! Iyaa ini untukmu" Teriak Grace ketika Samuel ingin keluar dari kamar mandi dengan keadaan full naked. Tangannya lalu menyerahkan pakaian yang akan digunakan Samuel.
"Thanks" Samuel kembali masuk ke dalam kamar mandi memakai pakaian yang dibawakan oleh Grace.
Samuel mendekat kearah Grace yang menatap kearah keluar dari lantai 3 di balkon. Samuel pun mengecup hangat leher Grace membuat Grace terkejut karena kehadiran Samuel. Namun selang tak berapa lama Grace tersenyum manis melihat Samuel melemparkan senyuman menawan untuknya. Samuel membalikkan tubuh Grace agar menghadap kearahnya.
"Aku ikut dalam misimu untuk menyelamatkan Angela ya?" Tangan Grace sudah berada di dada bidang Samuel, matanya pun menatap memohon agar di perbolehkan ikut bersama Alexanders bersaudara.
"Tidak Grace, aku tidak ingin menempatkan dirimu dalam bahaya. Biar kami saja yang mengurusnya. Aku janji, aku akan menyelamatkan Angela dengan keadaan baik. Kau bisa pegang omonganku" Samuel mengambil tangan Grace dan menggenggamnya. Setidaknya Grace percaya dengan omongan Samuel ketika lelaki itu menariknya dalam pelukan hangatnya.
-_Mr. Perfect Alexanders_-
Dua lelaki sebaya sudah berada di depan pintu. Keduanya sudah menggunakan pakaian formal hitam seperti yang lainnya, dengan sebelah earpiece tersumpal di telinga kanannya. Semua itu mereka kenakan agar mereka berhasil menyamar menjadi salah satu anggota organisasi gelap.
"Semoga penyamaran kita tidak diketahui orang lain, Dam" Marcus mendekatkan diri dan membisiki kata itu pada sahabatnya yang berdiri tegap dengan wajah serius menjaga pintu di belakang mereka.
"Semoga saja" Ucap Adam tanpa suara menatap sekilas kearah Marcus lalu kembali menatap lurus depannya. Menghindari kecurigaan anggota lain jika mereka adalah orang yang di selundupkan. Atau bisa dibilang menyelundupkan diri di lingkaran hitam organisasi gelap yang paling terkenal di Sisilia.
"Bagaimana kita mencari Angela jika mansion ini begitu luas?" Tanya Marcus berbisik.
"Jalankan plan A, sekarang!" Balas Adam sambil berbisik juga.
Lalu keduanya memutuskan mencari ke lantai dasar bagian sayap kiri.
-_Mr. Perfect Alexanders_-
Rombongan pasukan Eric sudah tiba di Mansion yang tuju. Beberapa orang baru keluar dari mobil yang terpisah dengan pasukan Eric. Orang itu adalah Alexanders bersaudara dan Rachel, di belakang mereka juga ada beberapa tangan kanan dan pengawal pribadi yang di bawa dari New York.
Jangan menanyakan mengapa hanya Rachel yang ikut, tidak dengan Grace. Karena kekeraskepalaan Rachel dengan alibi mungkin dia bisa membantu orang yang membutuhkan keahlian medisnya. Dalam peperangan bersenjata tidak menutup kemungkinan adanya luka tembakan bukan? Padahal yang membuat Rachel kekeh ikut karena ia merasa ini kesempatan langka memacu adrenalin mudanya untuk melakukan hal apapun yang membuatnya tertarik. Ia sangat tertarik dengan orang yang bisa memegang senjata. Mungkin kedepannya dia ingin belajar untuk mengangkat senjata. Sepertinya terasa menyenangkan.
Sedangkan Grace tetap di mansion Eric memilih mengikuti perkataan Samuel untuk tetap tenang dan menunggunya membawa Angela dalam keadaan sehat. Ia tak ingin menampatkan dirinya dalam bahaya, yang ada malah dirinya menyusahkan Samuel. Dia bukan tipikal wanita yang bisa bela diri. Ia hanya pure wanita 100% dengan kegiatan berbelanja, skincare-an dan berjalan-jalan. Hidupnya dihabiskan untuk bersenang-senang. Itulah gunanya Hidup.
Di halaman mansion sudah terdapat 1 baris lelaki berpakaian hitam dan di tengahnya terdapat lelaki berusia senja sedang tersenyum kearah rombongan yang baru saja tiba, menyambut keadatangan tamu yang tak diundang.
"Selamat datang kembali di mansion kami, Eric" Lelaki paruh baya itu tersenyum manis kearah Eric.
"Halo paman Elden, bagaimana kabar paman? Sepertinya sudah semakin tua seperti uban di rambutmu juga semakin banyak" Eric tersenyum mencemooh kearah paman dari pihak ayahnya itu menyapanya. Elden yang diejek seperti itu mengetatkan rahangnya menahan emosi, kelakuan keponakannya semakin berani dari terakhir kali dia menemuinya.
Elden menerbitkan kembali senyumannya. "Seperti yang kau liat, aku semakin tua dan masih bugar untuk menjadi ketua organisasi ini" Lelaki tua itu mendekatkan diri kearah ponakannya.
"Dalam rangka apa kau mengunjungiku? Tidak seperti biasanya kali ini kau membawa pasukan yang cukup banyak heh?" Elden masih terlihat santai. Walaupun dia sudah paruh baya namun masih terlihat lebih muda dari umurnya. Apalagi tidak terdapat lemak berlebihan di tubuh Elden. Orang tua yang tampan.
"Aku ingin mengambil kembali seseorang yang disekap oleh anakmu yang psycho, paman" Balas Eric membalas santai seperti pamannya. Senyuman pun tak pernah tertinggal dari bibir Eric.
Tanpa aba-aba Eric bersama anggotanya langsung masuk dan menyebar ke seluruh bagian mansion untuk mencari ruang penyekapan Angela.
Alexanders bersaudara, Grace, tangan kanan dan para pengawal pribadi Alexanders masih setia di depan mansion menemani Elden dan anggotanya.
"Untuk apa Mr. Alexanders terhormat kemari yang seharusnya kalian tidak boleh disini" Elden menghilangkan rasa paniknya karena Eric pasti mencari Jemmy. Mengenai Angela, Elden sudah mengetahui karena ia tau obsesinya Jemmy begitu besar pada Angela mulai selama Senior High School. Ia juga selalu mendukungnya demi kesenangan anak semata wayangnya.
Elden mengenali Alexanders bersaudara. Siapa yang tidak mengetahui orang paling berpengaruh di dunia karena perekonomian yang ditimbulkan dari perusahaan Alexanders berdampak begitu besar pada dunia.
Chris tersenyum dingin kearah Elden. Ia sudah mengetahui semua informasi tentang Elden dari Eric. Ia bisa saja langsung melayangkan tembakan ke kepala Elden namun di tahannya ia sebisa mungkin menghindari pertumpahan darah seperti yang Eric inginkan. Eric juga tidak ingin ada korban jiwa karena ini adalah organisasi milik pamannya, yang notabanenya masih keluarganya.
"Anak semata wayangmu menculik gadisku, Tuan" Suara bariton nan dinginlah yang keluar dari mulut Chris. Matanya menatap tajam kearah Elden. Di belakangnya terdapat Samuel dan Tristan yang masih tak bergeming dari tadi. Mengenai Rachel, gadis itu ikut bersama Eric karena dia ingin langsung ikut andil dalam penyelamatan Angela. Dia mengatakan dia bisa melindungi diri karena dia adalah gadis pemegang sabuk hitam taekwondo selama Senior High School. Tristan awalnya tidak memperbolehkan, namun gadis itu kekeh. Tristan semakin kesal pada Eric yang mengatakan bahwa dia akan menjaga baik-baik Rachel. Tristan pun memperbolehkan dengan syarat Rachel harus menggunakan rompi anti peluru buatan khusus perusahaan Tristan yang dijamin lebih bagus dan lebih tahan terhadap peluru apapun yang mengenai rompi itu.
Mata Elden langsung terbelalak kaget. Apakah ia tak salah dengar. Gadis seorang Chris Alexanders? Jemmy pasti sudah gila karena terobsesi dengan gadis milik Alexanders. Mencari masalah dengan Alexanders berarti siap akan dimusuhi seluruh dunia, karena sebegitu besar pengaruh Alexanders di dunia. Seluruh dunia pun tahu lebih baik menjadi sekutu Alexanders daripada menjadi musuh Alexanders. Elden tersenyum kaku merutuki kebodohan anaknya berani bermain-main dengan Alexanders. Ia juga memikirkan bagaimana di masa yang akan datang tentang organisasinya, melihat Jemmy sudah mencari masalah dengan Alexanders.
Terdengar suara teriakan Rachel dari earpiece yang semua kenakan. Tristan langsung berlari mencari Rachel, namun saat di samping Elden Tristan berhenti dan berbisik "Jika salah satu anggotamu melukai Rachel barang setitik pun, aku akan membuat perhitungan padamu, kakek tua" Ancam Tristan dan langsung berlari kearah dalam mansion.
"Jika kau bermain-main dengan kami, kami dengan senang hati menerimamu. Tapi pastikan organisasimu akan rata dengan tanah" Kini Samuel mengancam Elden. Wajah Elden sendiri semakin mempias, 2 kali serangan dilayangkan Alexanders dalam waktu berdekatan. Ancaman itu mutlak karena seorang Alexanders tidak pernah bermain-main dengan ucapannya.
"Mission complete. Sandra masih hidup berada di ruangan pojok lantai satu di bagian sayap kanan, clear" itu suara Eric melalui earpiece.
Chris dan Samuel bersama pasukannya langsung menuju tempat yang diinformasikan Eric, meninggalkan Elden dan anggotanya masih diam di depan mansion.
Sesampai di ruang sekap Angela. Chris melihat Angela duduk diujung kasur. Rambut auburn Angela yang tampak bersinar dan rapih kini kusut dan kusam. Wajahnya pun sangat pucat sekali. Pipinya tirus dan tubuhnya tampak jauh lebih kurus dari yang terakhir kali dilihatnya.
Chris melangkah lebih cepat dan langsung merengkuh Angela ke dalam pelukannya. Bibirnya mengucap syukur karena Angela masih baik-baik saja walaupun terlihat kurang sehat.
"Kau baik-baik saja?" Chris menatap Angela. Angela membalasnya dengan anggukan. Ia kembali menarik Chris kedalam pelukannya agar tetap memeluknya. Pelukan hangat Chris yang dirindukan, apalagi wangi maskulinnya yang menenangkan.
Di luar ruangan Angela terdapat Rachel dan Tristan yang saling berhadapan. Rahel masih memegang sebelah lengan kanannya yang terdapat luka sayatan. Tangannya menekan darah yang keluar dari luka itu. Tristan berdiri kaku melihat kearah luka Rachel yang mengalirkan darahnya hingga ujung jarinya dan menetes atas lantai.
"Maaf, aku tidak bisa menghindar karena gerakan mereka yang bersamaan begitu tiba-tiba" Rachel tersenyum palsu agar Tristan tidak khawatir padanya. Ia melihat Tristan mengetatkan rahang menahan amarah. Matanya lalu menatap tajam setajam belati kearah Eric yang tersenyum tanpa merasa bersalah yang berdiri tak jauh dari Rachel dan Tristan.
"Aku menyuruhmu untuk menjaganya bukan membiarkannya terluka" Aura gelap Tristan menguar dari tubuhnya. Namun ancaman Tristan tampak seperti suara anak kucing mencicit bagi Eric. Ia tak pernah takut ancaman dari orang selama ini. Yang ada hanyalah orang-orang yang berusaha menjilat dirinya agar menjadi bagian dari organisasinya. Apalagi dengan jabatannya sebagai Ketua Organisasi Mafia, dia bukanlah orang sembarangan. Ia terlalu sering menerima ancaman dari orang-orang namun tidak ada satu pun orang yang bisa melakukan ancamannya kepada Eric. Orang yang mengacamnya bahkan lebih dulu mati sebelum mengancam. Begitu sadis dan bengis sekali di balik senyuman tampan milik Eric.
Eric berjalan kearah Tristan dan menepuk pundak Tristan sebanyak dua kali. "Dia akan baik-baik saja setelah menerima beberapa jahitan di lengannya. Tenang dia tak akan mati. Orang yang memberikan luka itu sudah ku habisi juga. Lagi pula gadismu adalah tipe wanita kuat dan pemberani bahkan dia bisa melawan membuat lawannya jatuh pingsan" Eric berlalu diikuti dengan anggotanya dan meninggalkan semuanya.
Tristan langsung berbalik kearah Rachel. "Sudah ku katakan, seharusnya kau tak perlu ikut kemari" Gertakan gigi Tristan terdengar.
"Aku bukan anak kecil lagi yang perlu dijaga, aku bisa menjaga diriku ada kamu ataupun tanpa kamu!" Kesal Rachel dan meninggalkan Tristan. Kakinya melangkah kearah mobil dan mengambil kotak P3K di dashbord mobil. Tangan kirinya mengambil jarum dan benang untuk melakukan penjahitan darurat. Dia tak bisa terus-terusan menahan darah dengan tangannya.
Setelah membersihkan luka dengan cairan Saline. Tangannya langsung mulai menjahit lukanya. Walaupun sangat menyakitkan, dia bisa menahan itu semua tanpa proses anestasi. Rachel percaya dia adalah gadis yang sangat kuat. Alisnya mengkerut kala menahan sakit ketika jarumnya sudah menembus kulitnya. Bahkan dia menggigit bibir ketika rasa sakit menyerangnya. Tidak bisa dibayangkan bagaimana rasanya menjahit luka tanpa anestasi.
Tristan melihat gerak gerik Rachel di depan mobilnya sedang kesusahan menjahit lukanya. Tristan langsung menghampiri gadis itu. Setelah sampai di depan gadis itu ia langsung mengambil alih yang tadi di kerjakan gadis itu dan melanjutkan menjahit hingga selesai.
Rachel tertegun melihat Tristan begitu lihai memainkan alat tempur kedokteran layaknya orang profesional. Ia juga yakin jika orang awam pun jarang bisa menggunakan itu selain seorang di bidang kesehatan.
"Bagaimana kau mengetahui teknik itu?" Tanya Rachel masih speecheles melihat Tristan tampak serius dalam menjahitnya. Bahkan rasa sakit yang seharusnya hadir, kali ini tidak terasa.
"Sudah terlalu biasa bagi seorang Alexanders" Jawab Tristan sekenanya. Tangannya kini memilitkan beberapa kali benang dan menyambungkan pada benang di seberangnya agar saling mengait dan menutup lukanya. Tak lupa ia menggunting benang yang dirasa berlebihan. Jahitan terakhir sudah selesai dilakukan Tristan dengan baik. Lalu Tristan mengembalikan alat jahit pada Rachel.
Rachel mendengus kesal seraya memutarkan matanya. Bisa-bisanya lelaki di depannya masih bisa menyombongkan kekuasaannya. Ingin rasanya menjahit mulut lelaki itu dengan jarum jahit di tangannya, lelaki ini benar-benar sombong. Memang benar jika lelaki itu memiliki semuanya jadi wajar saja jika dia bisa menyombongkan apapun yang ada pada dirinya.
"Teknik itu adalah jurus andalan profesorku. Dia melakukan itu selama operasi. Teknik yang kau gunakan adalah teknik rumit yang pernah dilakukan profesorku. Beliau pernah mengajarkan kami teknik itu namun kami semua masih bingung dan mengeluh tak mengerti, maka dari itu beliau mengajarkan kepada kami teknik yang lebih mudah" Rachel kini menatap Tristan dengan penasaran.
"Bisa saja aku adalah guru dari profesormu" Jawab Tristan sambil tersenyum miring. Ia melihat wajah Rachel tampak bingung lalu berubah menjadi menatapnya tajam. Baru saja Rachel ingin melayangkan pukulan kepada Tristan, dengan gesit Tristan menghindarinya dan pergi kedalam mansion melihat keadaan Angela, Chris dan Samuel.
"Mau kita apakan mereka semua? Kita bisa saja membuat markas ini hancur saat ini juga" Samuel tampak santai bersender di sebelah pintu.
"Biarkan Eric saja yang mengaturnya. Aku tak memiliki waktu untuk mengurusi hal yang tidak penting seperti ini. Yang kuinginkan hanya Jemmy untukku!" Ancam Chris dengan nada rendah. Ia tak ingin meninggikan suaranya karena bisa menganggu tidur Angela yang di dalam pelukannya.
"Kebetulan aku juga memiliki urusan bersama Eric nanti akan ku sampaikan" Ujar Tristan lalu pergi entah kemana.
Chris langsung membawa Angela ke dalam mobil bersama dengan Samuel dan Kenzo. Di dalam mobil hanya terdapat Greg sebagai supir dan Rachel yang sibuk menutup lukanya dengan perban.
"Kemana Tristan?" Tanya Chris pada Rachel. Dia membaringkan Angela di pangkuannya.
"Katanya dia akan ke Palermo menemui Eric. Dia juga menyuruh kita untuk kembali ke New York, dia akan kembali sendiri setelah urusannya selesai" Jawab Rachel sambil mengistirahatkan tubuhnya di kursi mobil. Tubuhnya terasa pegal karena aktivitas hari ini, apalagi ini sudah larut malam, ia juga butuh istirahat.
"Good Night , My Love" Kini Chris membisikkan kata itu tepat diatas telinga Angela yang sudah tertidur.
-_Mr. Perfect Alexanders_-
Jangan lupa Vomment ya guyss.
Regrads,
Jun-JunFish
20/3/2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top