Chapter 17

Hati-hati Typo bertebaran dimana-mana!

Jangan lupa Voment oke guys jangan jadi sider wae wkwkwk 😂😂

^_^ Happy Reading ^_^

-_ Mr. Perfect Alexanders_-

Mendengar suara nyaring mengalihkan pandangan semua orang pada sumber suara. Dari sumber suara terdapat 2 buah mobil tabrakan. Bagian depan kedua mobil itu rusak dan kepulan asap berasal dari kap mobilnya pun memperparah keadaan kecelakaan.

Semua orang berteriak kaget dan segera menolong kedua pengendara mobil itu. Beberapa orang yang lainnya menelpon ambulan agar datang ke tempat kejadian.

Tristan berada di perjalanan menuju kantor Chris namun di tengah perjalanan tepat di depan mobilnya ia melihat sebuah kecelakaan. Elmer sebagai supir Tristan pun turun dari mobil melihat secara dekat kejadian. Tristan enggan untuk turun karena malas berdesak-desakan dengan orang yang mengerubungi TKP.

"Yang kecelakaan adalah Miss. Skylar, tuan" Lapor Elmer ketika sudah sampai di dalam mobil mereka.

Tristan terkejut. Orang yang menjadi biang masalah Chris kecelakaan tepat di hadapannya.

Dengan rasa panik Tristan berlari dan menghampiri Angela. Ternyata benar pernyataan Elmer. Angela adalah korban kecelakaan.

Tristan berdesak-desakan dengan orang, melihat Angela yang sudah berada di tandu ambulan. Para petugas medis pun segera membawa Angela masuk ke dalam ambulan. Sebelum pintu ambulan, Tristan menahannya dan berkata jika dia adalah wali Angela. Para petugas medis itu memperbolehkan Tristan masuk ke dalam Ambulan.

Tristan cemas melihat keadaan Angela, terdapat darah mengalir dari kepala dan beberapa luka di bagian wajah Angela. Angela sendiri sudah tak sadarkan diri. Selama perjalanan menuju rumah sakit  Tristan mengucapkan doa di dalam hati agar Angela tetap baik-baik saja, tidak ada luka yang serius.

Setelah sampai di rumah sakit, Tristan membantu petugas medis mendorong brankar Angela menuju UGD. Setelah dokter memeriksanya dan menjelaskan keadaan Angela, Angela di perbolehkan masuk ke ruang inap agar beristirahat total.

Disinilah ruang inap Angela ruang VIP karena permintaan Tristan. Ruangan yang bersampingan dengan anak Mr. Addison yaitu Rachel Addison. Tristan bertanggung jawab pada Rachel, karenanya lah Rahel jatuh dari 10 anak tangga. Kehilangan kesadaran dan cedera punggung adalah diagnosa dokter umum di UGD. Ternyata Rachel juga mengalami kelumpuhan syaraf sementara, maka dari itu ia dirawat di ruang VIP tepat di samping ruang inap Angela.

Dokter memberikan obat bius untuk Angela agar pemulihan kesehatan lebih cepat.

-_Mr. Perfect Alexanders_- 

Angela terbangun ketika perutnya merasa tak enak, merasa mual. Kakinya turun dari tempat tidur rumah sakit menuju toilet di ruangannya. Tangan kanannya memegangi infus yang menyambung pada tangan kirinya. 

Huekkk Huekkk

Bebarapa kali Angela mengeluarkan isi perutnya di westafel namun hanya cairan putih dari mulutnya. Tangannya memijat kepalanya berdenyut, satu tangan membasuh mulutnya. Tubuhnya terasa lemas, pusing juga turut menyerangnya karena ada luka di kepala akibat insiden kecelakaan yang menimpanya. 

Angela memutuskan untuk kembali ke tempat tidur namun sebelum itu terjadi rasa mual kembali menyerangnya. Ia pun langsung berlari kembali ke toilet dan kembali memuntahkan apapun isi perutnya. 

Tristan tampak tampan dengan pakaian semi formalnya, dipadukan dengan celana jeans dan sepatu boots hitam.

Baru saja ia hendak mengunjungi Angela, ia malah melihat orang yang hendak dikunjungi malah berlari kearah toilet. 

Sebuah tangan hangat memijat halus tengkuk Angela membuat Angela berjengit kaget. Ia mengehela nafas lega ketika Tristanlah yang bersamanya saat ini, setidaknya Tristan bukanlah orang asing lagi bagi Angela.

Rasa mual itu menyerangnya kembali membuat tubuhnya semakin lemas dan kepalanya terasa pusing. Angela menangis kala tangannya membasuh mulutnya.

"Aku capek Tris" Isaknya sambil memegangi pinggiran westafel, beberapa kali ia ingin terjatuh karena kakinya terlalu lemas namun di tahannya agar tetap berdiri.

Tristan dengan sabarnya masih memijat lembut tengkuk Angela ketika Angela muntah kembali.

Tubuh Angela langsung merosot ke lantai, ia tak memiliki tenaga untuk berdiri. Dengan sigap Tristan menggendong Angela dan menidurkan Angela diatas tempat tidur.

"Itu hal yang wajar dialami oleh wanita yang mengandung diusia muda" Kata Tristan sambil menyelimuti tubuh Angela. Angela sendiri tampak pucat, tidak ada binaran kebahagiaan yang biasanya terpancar dari mata hijau itu.

Angel mengelus perutnya, rasanya tak percaya sudah ada makhluk kecil sedang bersembunyi di perutnya. Seperti ini kah rasanya menjadi seorang ibu. Bahagia, terharu dan senang bercampur menjadi satu. Ia berjanji akan menjaga sekuat tenaga karena anak dikandungnya adalah sumber kekuatan Angela saat ini.

Mengingat kembali tentang Chris membuatnya kembali muram. Ia takut jika lelaki itu menolak darah dagingnya, membayang itu Angela merasa sedih. Apalagi mengingat kejadian kemarin membuat dadanya terasa sesak.

"Usianya sudah menginjak 6 minggu" Tristan mengambil kursi dan di taruh tepat di samping tempat tidur Angela.

"Tristan bisa kah kau berjanji padaku?" Kini Angelan menatap penuh harap pada Tristan.

"Berjanji untuk menyembunyikan kehamilanku dari Chris. Aku ingin memberitahukan dia ketika waktu yang tepat sebagai kejutan untuknya" Angela kini mengambil tangan Tristan dan menggenggamnya erat.

Tristan mengangguk, mau tak mau ia menuruti permintaan Angela. Hanya hal sederhana saja yang di minta Angela tidak memberatkan baginya.

"Jangan terlalu lama membiarkan Chris tak mengetahui keberadaan anak kalian karena anak itu membutuhkan kasih sayang ayah di sampingnya" Kata bijaklah yang keluar dari mulut Tristan.

"Aku janji" Jawab Angela 

-_Mr. Perfect Alexanders_-

Terdengar suara langkah kaki mendekat kearah Angela. Lelaki tegap dengan pakaian dokter itu masuk ke ruang Angela. Angela masih bergelung di bawah selimutnya memunggungi orang yang baru saja datang. Disana juga ada Tristan duduk tegap diatas sofa single ruang tamu. Mata birunya memperhatikan gerak gerik dokter yang ingin memeriksa Angela. Tangan dokter itu mengeluarkan suntikan dan ingin menyuntikan obat melalui infus Angela. Gerak gerik gelisah dokter itu terbaca oleh Tristan. Pada saat dokter itu mulai melakukan kegiatannya Tristan langsung mengambil suntikan itu dan menghempas jauh sebelum cairan suntikan itu masuk melalui selang infus Angela. Merasa penyemarannya diketahui oleh Tristan, dokter gadungan itu langsung berlari keluar ruang inap Angela.

"Cepat cari tau informasi siapa orang yang baru saja keluar dari ruangan ini!" Tristan berbica pada telponnya.

-_Mr. Perfect Alexanders_-

Tepat pukul 00:00 wanita berpakaian rumah sakit bermotif polkadot itu melenguh. Ia kelaparan. Apalagi di otaknya penuh dengan ayam goreng yang nikmat saat disajikan setelah baru saja diangkat dari penggorengan. Memikirkan itu membuatnya meneguk ludahnya sendiri.

Hingga tiba saat perutnya berbunyi. Angela meringis kecil, menyuruh janin yang dikandungnya tidak rewel walaupun dia juga menginginkan ayam goreng hangat sehingga itu jangan pernah meremehkan ikatan ibu dan anak. Ia dan bayi nya sama-sama ingin makan ayam goreng hangat saat ini.

Angela celingak-celinguk menatap sekitarnya. Gelap dan sunyi. Tangannya masih memegang perutnya yang malang kelaparan di tengah malam seperti ini. Apalagi saat ini di rumah sakit, yang pastinya tidak bisa leluasa mencari makanan apapun yang dapat di makan dalam lemari esnya.

Ia turun dari ranjang rumah sakitnya dan berjalan jinjit agar tidak menimbulkan suara.

Brukk

Lengannya tak sengaja menjatuhkan vas bunga yang terletak diatas lemari samping pintu. Ia tak sengaja memecahkan karena memang keadaan ruangannya gelap, hanya ada hanya cahaya lampu menembus celah-celah kecil pintu yang tertutup rapat.

Tiba-tiba lampu menyala, sekarang di pandangannya terang benderang memperlihatkan tubuh jangkung disamping saklar lampu. Tubuhnya yang kuyu ditambah dengan lingkaran hitam di bawah matanya membuat orang itu semakin mengerikan.

Ia berjengit kaget dan menutup matanya rapat. Apakah ia baru saja melihat seorang mayat hidup.

Aku takut.

"Ada apa kau terbangun tengah malam seperti ini?" orang itu berjalan semakin dekat kearah Angela.

Telinganya mendengar suara sepatu melangkah mendekatinya. Angela mengibaskan tangannya, berpikir agar mayat hidup itu tak menggigitnya, walaupun tubuhnya tak ayal bergetar ketakutan.

"Angel ini aku" orang itu memegang bahu Angela. Mata hijau Angela membuka sedikit demi sedikit. Suara itu nyata dan terdengar familiar.

Setelah matanya membuka sepenuhnya, Angela berjengit kaget. Secara sepontan ia memukul keras Tristan.

"Aww awww kau tau. Pukulanmu itu sangat sakit" Tristan mengeluh ketika lengannya dipukul Angela kuat.

Angela langsung terdiam ketika di depannya adalah Tristan bukan mayat hidup yang pernah ia tonton.

Jangan salahkan Angela jika dia mengira Tristan adalah mayat hidup. Tristan memang terlihat menakutkan. Mata panda yang dimiliki, rambut yang berantakan tak ter urus, wajahnya yang terlihat lelah dan letih apalagi bajunya yang compang camping karena baju kemejanya terlihat keluar sedikit dan kusut dimana-mana. Hanya saja mayat hidup versi Tristan tak memiliki bekas luka dan darah. Tapi mayat hidup yang tampan #haha

"Aku lapar! Aku ingin ayam goreng hangat" ucap Angela memelas. Ia terlihat seperti anak kecil yang meminta permen pada ibunya. Tak lupa ia juga mengusap perutnya yang keroncongan.

Angela pun memajukan bibirnya. Rasa-rasanya ingin sekali ia menangis dan berteriak apa yang ia inginkan saat ini.

"Angel, ini sudah sangat larut malam. Tidak ada yang akan menjualnya di jam segini" Mata birunya melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 00:10.

Angela menangkap maksud dari Tristan. Langsung ia menangis tak karuan, ia ingin ayam sekarang pokoknya harus, titik!

Dengan langkah besar, Angela langsung menaiki kembali ke ranjang dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Setelah itu ia menangis sesegukan, ia menahan tangisnya agar tak terlalu mengganggu pasien lainnya di kamar sebelah. Yeah, walaupun terdengar sangat nyaring di ruang inapnya sendiri.

Pokoknya aku mau ayam!!!

Beberapa kali Angela harus menghapus air mata yang mengucur deras dari matanya. Mulutnya juga masih mengeluarkan isak tangis.

Ia ngambek pada Tristan. Ia benci Tristan. Ia benci segala sesuatu yang berbau Tristan.

Huaaaaaa

Tangis Angela semakin jadi.

Tristan kalang kabut saat mendengar tangisan Angela semakin lama semakin nyaring.

Tristan mencoba menghubungi Chris, pada dering ke 3 Chris menjawabnya. Kakinya terus melangkah keluar ruang inap Angela.

"Hmmm?" Chris bergumam dari sebrang telpon, tanpa repot menyapa Tristan.

"Angela sekarang berada di rumah sakit Bellevue Hospital ruang VIP. Angel ingin ayam goreng hangat sekarang. Aku ingin tidur, soalnya sedari ia masuk rumah sakit aku tak sama sekali bisa memejamkan mataku. Dan kali ini giliranmu" Tristan mematikan sambungannya. Kaki jenjangnya kembali masuk ke ruang inap, alangkah terkejutnya sudah tidak ada tanda-tanda Angela menangis kencang, tidak ada lagi pergerakan di balik selimutnya.

Tristan panik!

Sedikit berlari Tristan membawa kakinya mendekat ke ranjang Angela. Dan membuka selimutnya.

Nyessss

Hatinya langsung kembali normal ketika Angela masih didapati di balik selimutnya.

Tristan malah mendengus di antara kesal dan gemasnya. Angela orang pertama yang membuat Tristan panik.

Ternyata Angela sudah tertidur pulas di telan kehangatan ranjangnya. Dengan sisa-sisa air mata yang terlihat di pipinya, matanya sedikit membengkak dan bibirnya masih meninggalkan isak tangis pelan.

Padahal sebelumnya Tristan mengira Angela akan kabur atau di culik karena sudah tidak meninggalkan jejak kehidupan Angela, yang sebenarnya tertutupi oleh selimut tebal.

Mengetahui Angela aman, Tristan kembali keatas sofa dan tak lupa mematikan kembali lampu lalu terhanyut bersama pandangan hitamnya yang semakin pekat.

-_Mr. Perfect Alexanders_-

"Kau tau, aku sangat menyukaimu. Entah apa yang membuatmu mengikat semua mata pada malam itu dengan pakaian cantik dan make up natural kecuali bibirmu yang sanggat menggoda mambuat ingin ku kecup tiap kali tak sengaja mataku menatap bibirmu yang begitu seksi. Aku cemburu saat mengetahui kau sudah berada di pelukan Marcus kala itu. Aku bahkan memukulnya hingga babak belur hanya demi mendapatkanmu dalam pelukanku. Mungkin aku terlalu naif, tapi aku tak bisa menahan perasaan sukaku pertama kali memandangmu, aku menyadari ternyata kau adalah wanita yang sama membuatku layaknya orang gila ketika dirimu menumpahkan kopi hangat di pakaianku."

Sebuah suara itu terdengar familiar di lama telinga Angela. Ia mendengarkan dengan seksama semua apa yang dikatakan suara itu. Hatinya berdesir hangat saat suara pria itu mengatakan jika ia cemburu. Ada kalanya Angela menyembunyikan rona merah wajahnya ketika suara itu mengatakan jika bibirnya yang seksi.

"Padahal aku sudah membawakan ayam yang kau inginkan. Rela kesana kemari hanya mencari 2 potong ayam goreng hangat. Setelah sampai yang kudapatkan kau bahkan sudah tertidur dan melupakan ayam goreng mu. It's Okey, No problem. Have a nice dream, My Angel."

Sebuah kecupan hangat yang begitu terasa di keningnya. Kecupan yang menunjukkan seberapa besar rasa sayang orang itu.

Ingin sekali Angela membuka matanya namun matanya kali ini 100 kali lipat lebih berat di buka dari biasanya. Benar-bebar berat.

"Maafkan aku" Itulah kata terakhir yang didengarkan di Indra pendengaran Angela sebelum ia habis ditelan kantuk.

Tack!

Sebuah lengan mengelilingi leher lelaki yang baru saja menyelesaikan ucapannya. Udara di paru-paru lelaki itu kian menipis ketika lengan itu semakin mengetat di leher. Mulutnya sudah seperti ikan Koi di akuarium karena berharap udara segera mengisi pernapasannya.

Tack!

Tendangan di lutut lelaki itu membuatnya jatuh berlutut. Ia ingin bangkit namun apa daya lututnya terasa melemas. Lengan yang mengapit lehernya sudah terlepas. Pada saat itu juga tubuhnya melayang diudara dan terbanting menimbulkan gedebuk nyaring. Punggungnya sudah membentur keras di keramik. Bunyi kretek dari tulangnya membuatnya menjerit sakit.

Seketika pula lampu ruangan itu menyala.

"Chris!"

"Tris!!" mereka sama-sama terkejut.

Suara mereka mengganggu tidur cantik Angela, membuat wanita itu menggeliat marah dengan mata tertutup dan kembali meraungi lautan mimpinya.

Mereka merapatkan bibirnya agar tak bersuara karena bisa mengganggu tidur Angela.

"Apa yang kau lakukan pada ku Tris!" suara Chris meninggi tertahan di tenggorokannya.

"Apa? Aku tidak melakukan apapun padamu" tangan Tristan masih memegang saklar lampu karena memang dia yang menyalakan lampu beberapa saat lalu.

Tristan terbangun saat terdengar suara napas yang pendek-pendek di tengah kegelapan ruangan. Apalagi disusul dengan gedebuk nyaring membuat suara orang itu meringis. Ia bisa saja langsung membuat kedua orang itu bertekuk lutut namun akalnya lebih berjalan, jadi dia memutuskan untuk menyalakan lampu agar melihat siapa orang itu. Pada saat lampu menyala hanya terlihat Chris sudah berbaring diatas keramik dingin wajahnya pun menyorotkan kesakitan.

Tristan langsung menolong Chris bangun. Saat selama di bangunkan Chris beberapa kali mengatakan pelan-pelan dengan meringis. Punggungnya masih terasa nyeri dan sakit.

"Benarkah kau yang menyalakan lampu?" Chris duduk di sofa empuk seraya memegangi pinggangnya yang juga terasa sakit.

Tristan berdehem mengiyakan. Tangannya mengetikkan sesuatu pada handphonenya. Dan tak lama kemudian handphone itu bergetar.

"Bagaimana?" Tristan berbicara sangat dingin kepada orang diseberang telpon.

"Hmm" jawabnya pendek. Ia langsung memutuskan telponnya.

"Baru saja kau menghubungi siapa?" tanya Chris

Baru saja mau dijawab oleh Tristan tiba-tiba terbukalah pintu rawat inap Angela. Melihatkan beberapa sosok pengawal Tristan dan satu orang lagi dipegang para pengawal. Mereka sama-sama mengenakan pakaian hitam tapi yang membuat mereka berbeda adalah para pengawal Tristan menggunakan kemeja, jas dan celana hitam, tak pula dengan sumpalan telinganya yang berwarna putih melilit.

Tristan bangkit dan membawa Chris dalam tuntunan keluar dari ruang inap Angela yang diikuti para pengawal Tristan.

Setelah sampai di atap rumah sakit, Tristan mendudukkan dirinya dan Chris di kursi taman yang di tata sedemikian apik terletak diatas atap rumah sakit.

Anak buah Tristan melemparkan orang yang menggunakan baju, hoodie dan celana hitam itu dengan kasar. Membuat orang itu terlihat bersujud di depan kaki para Tuan Muda Alexander.

Chris menatap orang itu tajam, ia bahkan melupakan rasa sakit ditubuhnya. Ia mengerti mengapa Tristan membawa orang itu bersama pengawalnya. Dapat di simpulkan jika orang itu pelaku penyerangan terhadap Angela. Chris pun mengetahui dari cerita Tristan.

"Siapa yang memerintahmu?" suara serak dan tajam dari Chris. Suara yang tampak berbahaya.

Dibalaskan hanya senyuman mencemooh.

"Ku tanya sekali lagi siapa yang memerintahmu!" geram Chris. Suaranya meninggi beberapa oktaf. Matanya memerah menatap penuh kebencian kearah lelaki psikopat yang tak diketahui namanya.

Kembali terbitlah senyuman mencemooh lelaki itu. Namun kali ini senyumannya semakin lebar.

Chris sudah kepalang dan langsung menghajar lelaki itu. Menghajar dengan penuh kekuatan, setidaknya ia bisa melepaskan kekesalannya saat ini. Setelah merasa wajah itu benar-benar hancur, Chris memberikan pukulan terakhirnya, pukulan yang paling kuat, paling sakit dan membuat kebiruan paling biru di antara luka di wajah itu. Selama pukulan terus melayang kearah lelaki itu, lelaki psikopat itu terus tersenyum lebar tanpa membuka suara dan memberitahukan siapa orang yang menyuruhnya. Bahkan darah sudah memenuhi mulutnya.

"Stop Chris kau bisa membunuhnya" Tangan Tristan kini menepuk pundak sepupunya.

"Siapa namamu?" tanya Tristan.

"Ren" jawabnya pendek. Tangannya menyeka darah yang keluar dari mulutnya. Ia tersenyum setelah melihat darah di tangannya. Tipikal psikopat.

"Siapa orang yang menyuruhmu?" Kini yang didapati sebuah senyuman mencemooh, sama seperti saat Chris menanyakan hal itu.

"Apakah kalian tau, selama ini kalian membuang waktu percuma menanyakan kebenaran yang jelas tak akan ku beritahu sampai mati. Tapi tenang saja mungkin sebentar lagi wanita itu mati. Hahaha!" Ren tertawa kencang, suara tertawanya membelah pekatnya langit malam. Tawa yang seperti psycho

Tiba-tiba handphone Tristan kembali bergetar.

"Maaf tuan mengganggu anda. Miss Skylar menghilang setelah kami sampai di ruang inapnya tepat saat anda bersama yang lain meninggalkan ruangan" suara di seberang telpon.

"Saya bersama yang lain mencari ke seluruh rumah sakit namun tak menemukannya. Sebelumnya saya juga sudah mengecek seluruh cctv rumah sakit, terlihat jika orang yang membawa Miss Skylar menggunakan pakaian dokter beserta dengan maskernya. Ia menculik Miss Skylar menggunakan kursi roda, terlihat Miss Skylar tampak tertidur di kursi roda itu"

Lalu Tristan menerima sebuah foto cctv yang memperlihatkan kejadian persis seperti yang dikatakan oleh anak buahnya.

"Chris!! Angel menghilang!!" seruan Tristan membuat Ren -lelaki psikopat- tersenyum penuh kemenangan. Walaupun darah dan luka lembam dimana-mana, dia masih bisa tersenyum. Brengsek!

-_Mr. Perfect Alexanders_-

Hari ini langsung Update 3 Chapter. Gila sih, otakku berasap. Thanks guyss

Jangan lupa Vomment ya guyss.

Regrads

Jun-JunFish

2/3/2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top