27. Entah Mengapa
Reki melihat bagaimana pesan yang sudah ia kirimkan telah dibaca oleh Velly. Tapi, sesuatu terasa mengganjal di benak cowok itu ketika dengan cepat matanya kembali membaca pesan tersebut.
[ P. Reki F. ]
[ Tidur kelamaan buat otak kamu eror ya? ]
Puas?
Oh, tidak. Sepertinya satu kalimat tanya itu belum cukup memuat semua rasa geregetan yang mendadak saja membuncah di dada Reki lantaran pertanyaan bernada keraguan Velly tadi.
Udah berapa tahun sih kenal aku?
Sekarang malah meragukan keperjakaan aku.
Reki tertegun.
Meragukan kelaki-lakian aku maksudnya.
Maka jangan heran kalau Reki kembali menggerakkan kedua ibu jarinya dengan cepat. Bahkan tak butuh waktu semenit bagi Reki untuk menyelesaikan semua gerutuannya dalam bentuk pesan tulisan itu. Dan ia pun mau tak mau memuji dirinya sendiri ketika melihat rangkaian kata-kata yang telah ia susun.
[ Velly ]
[ Kamu benar-benar aja deh, Vel. ]
[ Secakep ini masih kamu pertanyakan jenis kelamin aku?]
[ Kali ini kamu beneran keterlaluan, Vel. ]
[ Kalau tau tidur lama buat otak kamu bermasalah, mending tiap malam aku gangguin aja kamu. ]
[ Biar kamu nggak bisa tidur lagi. ]
[ Aku ini C O W O K T U L E N! ]
Reki mengembuskan napasnya seraya mencebikkan sedikit bibir bawahnya. Lantas menunggu balasan dari Velly.
[ Velly ]
[ Bukan gitu maksud aku, Ki. ]
[ Tapi, ya ... aku punya sesuatu gitu yang mau aku tanyain ke kamu. ]
[ Ya mengingat ini tentang cowok. ]
Dahi Reki seketika mengerut membaca pesan itu.
Ehm ....
Dia mau nanya apaan?
Perasaan nggak ada tugas sekolah yang menyangkut jenis kelamin akhir-akhir ini.
Kan ....
Aneh-aneh aja ini cewek.
Reki menyipitkan matanya. Menyadari sesuatu walau sebenarnya ia tak yakin.
Bukannya apa sih ....
Tapi, dia kan punya Eshika.
Reki seperti tak percaya dengan kemungkinan yang satu itu.
Tapi, ya tetap aja.
Karena seperti yang dia bilang, ini tentang cowok.
Yang tau tentang cowok ya ... pasti cowok jugalah.
Dan ketimbang menebak-nebak tak tau juntrungan seperti itu, lantas Reki pun menyuarakan dugaannya dalam bentuk balasan pesan yang segera ia kirimkan. Karena bagaimanapun, Reki merasa seperti tidak ingin membenarkan dugaannya yang satu itu.
[ Velly ]
[ Ehm ... mau curhat perasaan ke aku heh? ]
[ Ckckckck. Ternyata ini maksud lapis legit kemaren. ]
[ Jadi, apa? ]
[ Kamu mau nanya apa? ]
[ Cara nolak cowok tanpa mengakibatkan rasa nggak enak? ]
[ Atau apa? ]
Entah mengapa, tapi pada saat pesannya yang kali itu telah dibaca oleh Velly, mendadak saja ia merasakan sesuatu yang aneh. Seperti jantungnya yang berdetak lebih kencang. Tidak seperti biasanya.
Reki meneguk ludah.
Apa gara-gara tadi aku kelamaan lari ya?
Lalu, debar yang aneh itu tergantikan oleh denyutan. Tepat ketika ia membaca pesan Velly.
[ Velly ]
[ Btw. Kamu tau nggak kalau aku pacaran sama Kak Putra? ]
Reki mengembuskan napas panjang. Lagi-lagi, entah mengapa, tapi ia merasa suasana kala itu memang aneh. Sekarang ia merasa seperti lemas.
Aku udah sarapan belum sih?
Kayaknya aku beneran kelamaan lari deh.
Jangan-jangan buat narik napas aku udah nggak ada tenaga lagi ....
Dan untuk yang kesekian kalinya, Reki pun kembali mengembuskan napas panjang. Kemudian barulah ia menarik napas dalam-dalam dan membalas pesan itu.
[ Velly ]
[ Ehm .... ]
[ Nggak tau sih. ]
[ Aku pikir kalian cuma deket aja. ]
[ Kenapa? ]
[ Oh, sial! ]
[ Jangan bilang dia cemburu gara-gara aku sering ngantar kamu pulang? ]
[ Atau cemburu gara-gara kamu ngasih aku lapis legit seloyang? ]
Reki menahan sejenak napas di dadanya. Sedikit kagum pada dirinya sendiri yang justru tetap bisa mengetikkan balasan dengan kesan santai seperti itu sementara kenyataannya tidak.
Ah!
Ini kenapa rasanya nggak enak gini ya?
Bener-bener deh.
Minggu depan aku nggak mau lagi lari keliling kompleks.
Mending aku olahraga lompat karet aja di rumah.
Eh?
Reki mengerjap-ngerjapkan matanya berulang kali. Merasa seperti ada yang janggal.
Maksudnya lompat tali!
Lompat tali!
Skipping.
[ Velly ]
[ Ih, jangan ngeselin dulu dong, Ki. ]
Reki geleng-geleng kepala membaca pesan Velly.
Ya aku aja kesel dengan diri aku sendiri kali ini.
Apa lagi semacam Velly yang emang sering kesel sama aku.
[ Velly ]
[ Sorry sorry. ]
[ Jadi, gimana? ]
Kali ini Reki bertekad untuk tidak membuat kesal siapa-siapa. Entah itu Velly atau justru dirinya sendiri. Dan itu dimulai dari membaca pesan balasan Velly dengan tenang.
[ P. Reki F. ]
[ Entah udah berapa lama kami nggak ketemu. ]
[ Bahkan, chat aku pun nggak dibalas. ]
[ Apalagi telepon aku, nggak pernah diangkat. ]
[ Dari sudut pandang cowok, aku harus ngapain coba? ]
Reki bengong sejenak. Berusaha memahami pesan itu. Tapi, semenit kemudian mendadak saja ia langsung tertawa terpingkal-pingkal. Hingga berbaring kembali ke atas kasur. Sambil tetap mengulang-ulang membaca pesan itu.
"Hahahahaha!"
Reki mengusap matanya yang tak butuh waktu lama untuk mengeluarkan airnya. Tapi, ini bukan jenis air mata kesedihan loh ya.
"Astaga! Ternyata begitu toh. Hahahahaha!"
Sekarang, entah mengapa, tapi rasa aneh yang menyerupai kesan tak enak dan dorongan untuk membuat kesal orang itu, benar-benar lenyap tak tersisa. Tergantikan oleh rasa geli yang terasa menggelitik pinggangnya berulang kali.
"Ehm!"
Reki mendehem. Bangkit untuk duduk bersila ketimbang terus berguling-guling seperti kambing.
"Ki ..., ingat, Ki. Tadi kamu ngomongnya nggak mau buat kesel Velly loh. Ya kalau emang gitu tunjukkan rasa peduli kamu."
Entahlah apa yang kemudian dipikirkan oleh Reki. Yang pasti adalah ... sejurus kemudian ia menekan simbol video di kolom percakapan dirinya dan Velly. Tak butuh waktu lama, panggilan video itu pun tersambung.
Semula, Reki sendiri tidak tau tujuannya apa sehingga ia sampai menghubungi Velly via panggilan video. Itu seperti mengalir saja. Dan tepat ketika panggilan video itu tersambung, Reki pun mengerti. Alasan mengapa ia hingga nekat menghubungi Velly. Yaitu agar bisa meledekkan satu hal pada gadis itu.
Wajah Velly muncul di layar ponselnya. Tapi, sebelum gadis itu sempat mengucapkan satu patah kata pun pada dirinya, Reki telah mengambil kesempatannya terlebih dahulu.
"Cie!!! Turunan mantan jawara kampung kena ghosting dong!"
Tanpa merasa tidak enak atau semacamnya, Reki menyerukan kata-kata itu. Lantas, ketika matanya melihat ekspresi Velly yang tampak melongo, sontak saja Reki tertawa terbahak-bahak.
"Hahahahahaha!"
Dan layaknya cowok itu memang terlahir dengan bakat membuat orang kesal, ia pun lantas langsung memutuskan panggilan video itu secara sepihak. Tak memberikan kesempatan untuk Velly membalasnya.
Untuk ke sekian kalinya, entah mengapa, Reki justru merasakan hal aneh lainnya. Kali ini seperti tubuhnya yang mendadak ringan begitu sih.
Ehm ....
Minggu depan aku lari keliling kompleks lagi aja aaah ....
Biar badan aku makin enteng.
He he he he ....
*
Malam itu, Reki baru saja selesai makan malam ketika ia mendapati grup chat kelasnya tengah riuh. Melihat sekilas semua percakapan yang sudah menmbus angka tujuh ratus lima puluh dua itu, Reki sudah mampu menarik kesimpulan. Teman-teman sekelasnya sedang heboh dengan rencana ke depan mengenai persiapan jalan-jalan kelas yang rencananya akan dilakukan di Puncak itu.
Ck!
Kayak yang nggak pernah ke Puncak aja ini anak-anak mah!
Tidak penting sama sekali untuk Reki. Maka dari itu, ia pun langsung memadamkan sejenak pemberitahuan dari grup kelas. Daripada berisik pikirnya.
Keluar dari kolom percakapan grup itu, Reki lantas mengerutkan dahinya. Instingnya mengatakan bahwa sesuatu terasa aneh. Hingga mendorong dirinya untuk melihat beberapa nama temannya yang tampil di aplikasi Whatsapp tersebut. Dan pada akhirnya, Reki menemukan kejanggalan itu.
Yaitu foto profil Velly yang menghilang!
Mata Reki melotot.
Dia nggak mungkin yang mendadak bosan pamer foto dia yang keliatan imut itu kan?
Reki pun menggeram.
Velly ....
Demi membenarkan dugaannya, Reki pun langsung mengirim pesan pada Velly.
[ Velly ]
[ Bol .... ]
[ Cel .... ]
[ Turunan mantan jawara kampung ....]
[ Oiii .... ]
[ Velly .... ]
[ Vellyanti Anggraini .... ]
Tapi, mau sebanyak apa pun pesan yang ia kirimkan, hasilnya tetap sama. Yaitu, centang satu. Boro-boro akan dibalas atau dibaca, bahkan centang dua pun tidak. Bayangkan!
Menarik napas dalam-dalam, Reki berusaha untuk berpikir positif.
Kali dia mendadak yang nggak ada kuota kan?
Tapi, bantahan pun langsung terdengar di benaknya.
Terus ... hubungannya dengan foto profil dia yang menghilang apa?
Reki memejamkan mata dengan dramatis. Jelas tidak mampu menemukan jawaban untuk pertanyaan yang satu itu. Karena jelas sekali ..., tidak ada hubungannya!
Lalu, satu pemikiran berkelebat di benaknya.
Atau ... Velly kena jambret?
Hp dia ilang gitu kan?
Tapi, fokus mata Reki kemudian teralihkan ketika melihat beberapa pesan masuk kembali ke ponselnya. Tepat setelah ia keluar dari kolom percakapan dengan Velly, ia pun memutuskan untuk mengecek grup kelas.
Dan ... sial!
[ +62 852 xxxx xxxx ]
[ Naik naik ke Puncak gunung .... ]
[ Tinggi tinggi sekali .... ]
Pesan itu memang hanya mengutip lirik lagu. Dua kalimat tepatnya. Tapi, entah mengapa memiliki makna tersendiri untuk seorang Reki.
Yuk, mari dijabarkan.
Pertama, jelas bahwa Velly masih memiliki ponselnya.
Kedua, jelas bahwa Velly memiliki kuota.
Dan untuk dua hal itu, Reki pun hanya bisa meringis tak percaya.
"Gila!" serunya histeris. "Aku diblokir?"
*
bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top