2.2 ; Memburu

Loka menahan keras niatannya untuk mengalungkan lengannya pada pundak pria yang dengan hebatnya menyatukan bibir mereka saat ini. Berbagai pikirannya yang berusaha kuat dari godaan bernama Elang nyatanya tidak banyak berfungsi setelah gerakan lamat nan kuat menerkamnya habis. Gerakan lidah menambah iringan desahan Loka yang sudah dari alam bawah sadarnya menjejak untuk menggeram ketika merasakan kepuasan. Dari mahluk ber-gender jantan yang bernama Elang... Elokarya menancapkan kuku pada punggung kekar lawannya.

Habis sudah kekuatan Loka untuk menghindar. Rasa legit ditambah dengan bulu-bulu agak kasar dari janggut Elang membuat sensasi pagutan mereka lebih terasa nyata. Keras hembusan keduanya merangsek begitu celah dari himpit bibir keduanya sedikit terlepas. Mata yang mengadu dalam cahaya mengatakan jika ada kesempatan untuk menuntaskan desah mereka. Namun, Elang bukan seorang maniak hingga mengharuskan menikmati Loka sekarang ini. Hari masih cerah, dan bertandang ke rumah wanita itu bukan dengan tujuan utama menghangatkan tempat tidur saja.

"I don't even think that i  could touch your finger before this, Oka."

Mata Loka melebar. Ya, tentu saja pria itu tidak akan berpikir bisa menyentuh Loka dengan mudahnya. Tapi lihat saja sekarang yang pria itu lakukan bersama Loka. Bukan hanya menyentuh jemari, tetapi mereka bisa saling menjatuhkan dengan skenario lain jika saja sama-sama berpikir untuk tetap melakukan malam panjang disore hari.

"So do I... El."

Bibir yang berkata, tetapi mata masih mencoba menarik kesempatan sekali lagi. Oh, atau untuk berkali-kali lainnya. Mereka tak akan pernah tahu apa yang bisa saja terjadi kedepannya.

Dengan berani, setelah pria itu mengatakan tak berpikir untuk bisa menyentuh setiap jemari Loka, kini jemari Elang yang meraba permukaan bibir Loka dengan intim. "Apa bibir kamu selalu selembut ini?"

"I take that as a compliment, Mr. Eagle." Lalu kekehan seksi Elang membuat dada Loka berdesir. Oh, sial! Loka memiliki tugas laiin dengan menutupi perasaannya sendiri pada teman masa kecilnya itu.

Jika saja dia tidak setakut ini menghadapi apa itu pernikahan, mungkin dia akan melamar Elang lebih dulu. Andai saja....

"Aku butuh ruang, El. Kamu menghalangi aku."

"Hm? Menghalangi apa?" goda Elang dengan menyentuhkan hidung bangirnya pada ujung hidung Loka.

"Menghalangi otakku untuk berpikir jernih."

Ucapan jujur yang meluncur dari bibir wanita dihadapannya ini membuat Elang semakin gemas. Pria itu menggerakan bibirnya untuk mengecup ujung hidung Loka dan menggigitnya diakhir sebagai tanda bahwa dirinya benar-benar berusaha keras mengendalikan diri hingga mengalihkannya dengan menggigit ujung hidung saja, bukan bagian lain seperti yang Elang inginkan.

Loka mengumpulkan niatan hingga akhirnya dia melepaskan lengan dan mendorong Elang menjauh. Meski begitu, debaran jantung Loka belum berhenti juga. Tak tahu bagaimana jika harus terus menerus berpura-pura tak memiliki rasa apapun pada pria itu. Jika baru seperti ini saja Loka memang tak tahan untuk menarik Elang lebih dulu untuk memerangkap tubuh wanita itu yang lebih mungil dari Elang.

"Kita enggak akan selesai kalo kamu terus nyari kesempatan." Kata Loka sembari melewati tubuh Elang segera. Saat itu juga Loka menghidu aroma khas milik Elang mengerat dalam kepalanya. Melewati dan dekat dengan tubuh pria itu memang jelas berbahaya bagi Loka.

"Kita bisa buat kesepakatan baru, Ka. Kesepakatan yang sama-sama bisa membuat kita saling percaya dan jelas menguntungkan."

Jika di apartemen pria itu Loka mengikutinya menuju dapur dan disudutkan juga disana, maka kali ini Loka yang berjalan menuju dapur sembari mendengarkan pria itu bicara dengan gayanya yang begitu nyaman di rumah wanita asing.

"Kesepakatan seperti apa yang bisa membuat saling percaya dan menguntungkan? Bukannya tawaranku juga sama menguntungkannya juga? Toh, kalo kamu sulit merasa percaya ke aku, kita bisa lepas dengan mudah--"

"Itu dia. Aku yang enggak minat untuk melepas kamu jika seandainya kesepakatan itu terlalu membuat kita mudah untuk lepas dan tidak memercayai untuk satu sama lain. Aku ingin kita benar-benar percaya satu sama lain dalam hubungan monogami ini."

Menuangkan jus dalam kemasan kedalam gelas untuk mereka berdua, Loka berbalik dan menatap serius pada Elang yang kentara menggebu sekali dengan niatannya. Jika saja Loka tidak kebal dengan jurus tatapan yang dalam itu, mungkin dirinya akan dengan mudah menyetujui apa yang Elang mau. Namun, bukan itu yang Loka mau. Ini caranya mengendalikan seorang pria, dia tak ingin terjerumus pada kesalahan serta rasa sakit yang sama lagi.

Wanita itu mengangkat gelas jusnya, mengode pada Elang untuk melakukan hal yang sama dalam posisi berdiri. "Pelan aja minumnya, El." ucap Loka seraya tersenyum penuh arti.

"Kamu boleh mengandalkan hubungan monogami kita. Aku enggak akan mengecewakan kamu, El. Tapi perlu aku ingatkan... ini permainan kita. Kamu yang memburu aku, dan aku yang kamu buru memiliki opsi yang enggak bisa kamu ganggu gugat. Ikuti permainan buruan kamu, atau daging lezat ini akan hilang...? Itu pilihan kamu, El."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top