1.4 ; Pemburu
Pemburu
1.4
[•]
Pagi harinya Loka segera membersihkan diri. Tidak ada barang khusus yang dia bawa, jadi tak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan sesegera mungkin segala sesuatu di hotel tersebut. Loka sudah memantapkan diri agar tidak terlibat jauh dengan Elang. Sudah cukup sampai tadi malam saja Loka menuruti dan menerima segala kebaikan Elang.
Mencabut sambungan listrik karena daya baterai ponselnya sudah terisi penuh, Loka menjepit setengah rambut abunya. Outer floral yang sebelumnya dia pakai, kini sengaja dia buka hingga innerlah yang dipakai. Bagaimanapun Loka tidak mau terlalu kelihatan seperti gembel karena memakai pakaian yang sama persis saat masuk dan saat akan keluar.
Langkahnya tidak merasa ragu sama sekali, meski kemungkinan Elang akan mencarinya nanti. Bahkan Loka sangat percaya diri kalau Elang pasti mencarinya, atau lebih tepatnya datang menemuinya.
"Check out, Mbak atas nama-"
"Maaf, ibu. Sudah ditunggu bapak Elang di restoran untuk sarapan."
Loka mengernyit. Dia menggeleng pelan guna mengusir kemungkinan berlebihan dikepala. "Saya enggak minat sarapan, Mbak. Jadi saya mau-"
"Maaf, ibu. Saya diminta untuk tidak mengizinkan ibu pergi sebelum bertemu bapak Elang. Beliau sudah menyuruh staf supaya ibu-"
"Fine! Tunjukkan saya tempatnya!" Loka tidak memiliki pilihan lain selain menuruti ucapan perempuan dengan nama Airin tersebut.
Memaki juga tidak ada gunanya, karena Elang sendiri yang membuat keputusan tersebut. Memangnya boleh kalau memaki Elang juga? Walaupun iya, Loka tidak akan langsung berani menyentak Elang dengan gaya makiannya, pasti.
Punggung Elang dapat terlihat dari bangunan yang hampir seluruhnya dibuat tembus pandang. Loka bisa mengamati seluruh aktivitas orang-orang di sana. Mulai dari chef yang sibuk menyiapkan hidangan, para tamu, dan gaya masing-masing orang saat menyantap hidangannya. Begitu pula dengan Elang yang terjangkau oleh mata.
Mendekati pria hampir kepala empat tersebut yang asik memberi makan ikan Loka menunggu saja si Airin itu membuat Elang beralih fokus.
"Oh, morning, Oka."
"Maaf pak tadi saya agak lama karena menahan bu Loka yang ngotot mau check out."
Belum Loka menjawab sapaan Elang, si Airin sudah menyelonong mengadu. Loka jadi merasa tersudutkan saat ini, bagaimana bisa yang awalnya Elang menyapa dengan binar ceria, kini sudah mengganti ekspresi yang kentara kesal.
"Apa? Kenapa?" tanya Loka tidak nyaman karena setelah Airin disuruh pergi Elang hanya menatapnya lurus.
Loka terkejut ketika pertanyaannya dibalas dengan kecupan dalam di pipi. Bahkan sampai terdengar bunyi plok yang langsung membuat beberapa orang memandang ke arah mereka.
"Kamu apaan sih! Ini tempat umum, El!" tegur Loka.
"Suruh siapa yang sangat cantik pagi ini."
Tak menyangka kalau ternyata Elang langsung mengalihkan topik, membuat Loka semakin kebingungan.
"Aku mau pulang, El. Kenapa kamu suruh karyawan kamu nahan aku begitu?"
Tak hanya mengecup pipi Loka, bahkan sekarang tangan kiri Elang sudah bertengger manis dari pundak, ke punggung, dan berakhir di pinggang Loka. Namun, Loka seakan tidak sadar kalau sentuhan yang intim itu juga bagian dari yang seharusnya Loka tegur.
Seperti tidak mendengar omelan Loka, si Mr. Eagle malah merapatkan diri dan sibuk mengecup bahu Loka yang hanya terbalut satu tali putih dengan memperlihatkan kulit mulus perempuan itu.
"Kamu lagi kepingin atau gimana, sih, El? Kenapa grepe-grepe dan cium-cium aku terus?"
Elang benar-benar tidak peduli dengan protes yang keluar dari bibir Loka. Semakin ditanya, Elang semakin membuat kejutan yang tidak akan bisa dipahami Loka.
"Aww-El!" pekik Loka.
Bahu kanannya sudah digigit kuat oleh Elang hingga rasa perih menjalar. Loka melirik bahunya. "Ini bakalan berbekas, El!" omel Loka.
"Bagus. Aku malah suka seluruh kulit kamu yang kelihatan ini diisi penuh dengan tanda yang aku kasih."
Sembari memegang bahunya, Loka membalas tatapan lurus Elang. Ternyata tidak ada tanda-tanda bahwa Elang melakukan hal tersebut karena bagian dari candaan.
"Kenapa, sih kamu?" tanya Loka kembali.
"Kamu yang kenapa. Tadi malam kamu pakai cardigan, pagi ini kamu pakai dress begini aja. Kamu tampil cantik, dan itu bikin aku mau bawa kamu ke kamar hotel aja sekarang."
Astaga. Loka tidak memercayai apa yang didengarnya. Dia pikir mengenai apa, ternyata Elang masih sama bernafsu ingin mencoba bersamanya.
"Kalau aja kamu enggak bilang semalam, kalau kamu perempuan yang trauma dengan pernikahan, aku pasti sudah nekat membawa kamu ke pelaminan pagi ini."
Loka mendorong dada Elang yang semakin merapatkan tubuh padanya, kegiatan terlalu intim yang bisa dilihat banyak orang di sana. "Jangan gila kamu, El! Ngaco aja kalau ngomong!"
"Serius. Aku yakin kamu perempuan yang pantas dan cocok jadi istriku. Sayangnya kamu mengajukan hal gila yang enggak bisa aku terima, Ka."
Loka menyeringai. Sengaja akan memancing Elang.
"Kalau kamu enggak bisa terima apa yang aku ajukan, kenapa sekarang kamu kelihatan enggak bisa tahan sentuh aku? Kalau kamu enggak tertarik dengan penawaranku semalam..." Loka menjeda, sengaja berjinjit untuk membisikkan kalimat selanjutnya pada Elang. "kenapa kamu sekeras ini deketin aku, hm?"
Elang juga pria biasa. Dipancing begini hanya akan menambah adrenalinnya untuk terpacu semakin jauh.
"Kamu harus tahu," gantian Elang menjeda. Mendekatkan bibirnya pada telinga Loka. "Aku enggak akan menyerah memburu kamu sampai apa yang aku tuju mendapatkan jalannya."
Si pemburu sedang memburu mangsa yang tepat untuk segera diburu-buru... menikah. Sedangkan si pemburu memang sudah super kepingin menikah. Lalu, cara apa lagi yang akan Elang tempuh supaya Loka menerima pinangannya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top