1.3 ; Pemburu
Pemburu
1.3
[•]
ELOKARYA Prasudja Wayangi tidak memiliki sisi jahat sebagai seorang perempuan, tapi memiliki sisi jahatnya sebagai manusia. Selama menjalani kehidupannya, dia tidak pernah menjadi perusak hubungan orang. Itu mengapa dia pantas disebut tidak memiliki sisi jahat sebagai perempuan. Namun, banyak memiliki sisi jahat sebagai manusia.
Bagi sebagian orang, pastilah kata-kata itu terlalu sadis. Menurut masing-masing pribadi, pasti merasa tidak jahat. Padahal, belum tentu dimata orang lain. Loka tidak ingin menempatkan dirinya menjadi pihak yang jahat. Dia cukup memahami Elang dengan segala sifat prestisiusnya, jika menikah saja menjadi impiannya, Loka tidak memiliki ruang yang cukup untuk sekadar mencoba saja dengan Elang.
Kesimpulannya, Loka tidak lolos.
"Yakin turun di sini?"
Elang merasa tidak salah mendengar bahwa Loka memintanya mengantar perempuan itu ke rumah, tapi alamat yang disebut Loka tidak menunjukkan keberadaan rumah.
Loka sendiri seperti santai saja melepas sabuk pengaman sembari mengangguk cantik. "Iya."
"Kamu bilang minta antarkan pulang, Oka."
Elang mencoba cara lebih halus menghadapi Loka. Perempuan itu sudah berbeda dari sosok gadis kecil yang dulu, Loka jelas lebih matang dan paham bagaimana caranya berbicara dengan tatapan yang berani pada lawannya.
"Kayaknya aku berubah pikiran. Jadi, kata-kataku harus diralat. Aku minta kamu mengantarkan aku ke halte untuk dapat transportasi yang bisa membawaku pulang."
Tidak terkejut dengan kadar pandai bicaranya Loka, pria itu lebih cepat menarik tali pengaman duduk Loka dan melajukan mobil kembali tanpa benar-benar tahu ke mana tujuannya.
"Kamu mau bawa aku ke mana?" tanya Loka dengan tenang.
"Kamu enggak berminat memberitahu alamat rumah yang kamu tinggali. Aku enggak punya pilihan lain selain bawa kamu ke tempat yang jauh lebih aman malam ini."
Elang memang seperhatian itu. Berbagai bayangan di masa lalu tidak surut dalam ingatan Loka. Lelaki yang tujuh tahun lebih tua darinya itu pantas—sangat—untuk dijadikan pria idaman. Toh, mertua mana yang tidak akan luluh kalau calon menantunya seperti Elang?
Masih enggan memberitahu dimana alamat rumahnya, Elang melirik ke arah Loka yang diam tenang di tempatnya.
"Kamu enggak takut aku membawa kamu ke tempat yang bisa saja..."
"Kamu bukan laki-laki yang akan menyentuh perempuan yang enggak memberi kamu izin. Bahkan dari kecil kamu selalu melindungi kawan perempuanmu. Iya, 'kan?"
Loka tidak pernah main-main dalam mengingat setiap hal mengenai Elang. Semua kawan masa kecil mereka tahu bahwa Loka amat mengidolakan lelaki itu. Bahkan kedua orangtua Loka. Dipikir lagi, bagaimana jika kedua orangtua Loka melihat perubahan Elang yang semakin luar biasa ini? Apakah Loka akan semakin didorong untuk segera menikah?
"Dari kecil, kamu memang enggak pernah mau bicara banyak sama orang," Loka menoleh. Elang melanjutkan, "tapi aku enggak nyangka kamu bakal sependiam ini."
Loka tersenyum. "Aku enggak pendiam. Aku cuma ngomong seperlunya. Kenapa? Kamu pikir aku bakalan sedikit berubah menjadi perempuan cerewet?"
Elang menggeleng seraya berkata 'No' menyuarakan bahwa dia tidak suka Loka yang cerewet.
Pembicaraan hanya dilakukan seperlunya saja. Loka tidak benar-benar mengabaikan Elang, walau dalam hati terdalam Loka enggan membangun kedekatan yang lebih dari ini. Alasannya takut menikah dan mengajak Elang gila bersama hanya supaya Elang tidak mendekatinya secara intim lagi. Semoga.
Membawa Loka ke hotel ternama, perempuan dengan rambut abu tersebut mengerling heran pada Elang.
"So, ini bagian dari saham yang kamu tanam?"
Melihat dari gaya betapa Elang tidak memiliki masalah sama sekali mengantar Loka menuju hotel itu, membuat Loka memperkirakan bahwa hotel adalah bagian dari investasi yang Elang lakukan.
"Seperti itu, kurang lebih." Lalu Elang menampilkan deretan gigi terawatnya. "Ayo turun. Aku sudah pesan kamar untuk kamu," kata Elang.
Lagi-lagi Loka tidak heran. Orang yang memiliki pengaruh tentu saja selalu diutamakan ketimbang orang yang membutuhkan.
"Sebenarnya kamu enggak perlu menyewa kamar kelas atas untukku begini. Terlalu... apa, ya..." Loka berpikir keras sembari melihat sekeliling dekorasi lobi utama hotel.
"Spesial." Elang menaruh atensi pada Loka.
"Hah?"
Tertawa saja membuat Loka hampir kehilangan keseimbangan, bagaimana jika Elang melakukan hal lain. Mandi, misalnya. Seketika Loka merasakan pipinya panas. Membayangkan Elang mandi. Bahkan dulu mereka sering bermain air sama-sama. Elang remaja dan Loka kecil selalu terbiasa berdua, menjadi anak tetangga yang saling berhubungan baik, sebelum Elang beserta keluarga memutuskan pindah untuk beberapa alasan.
"Ini kunci kamarmu. Sana, istirahat."
Loka tidak mendebat lagi. Dia hanya menerima kunci, mengatakan terima kasih, memberikan senyuman pada Elang dan berjalan menuju nomor kamar yang tertera sekaligus diantar salah seorang yang dipercayakan untuk memandu Loka.
Berbaring di atas ranjang yang empuk dan terawat, Loka menerawang langit-langit kamar. Belum genap sehari, baru beberapa jam, tapi dunianya seakan hanya berputar pada Elang. Jika masih menerima semua bentuk perhatian ini, Loka tidak yakin bisa menjauh dari Elang. Meski dari awal saja Loka enggan menjauh, justru semakin penasaran untuk bersama Elang.
Ponselnya bergetar, Loka melihat chat yang masuk.
[GI] Kenapa hape kamu nggak aktif?
Loka sengaja tentunya. Selama berada di Jakarta Loka enggan diganggu oleh Gikra.
[ME] Mati.
Balasan yang singkat. Loka hanya menghargai, Gikra, bukan untuk mencintai lelaki itu. Mereka tak memiliki ikatan apa-apa, tapi Gikra selalu mengikat Loka dalam tali yang menyiksa.
[GI] Iya mati. Tapi mati kenapa?
[GI] Kamu bikin aku cemas, Loka.
[GI] Sekarang kamu dimana? Ke penginapan yang aku bilang ke kamu, kan?
[GI] Loka?
[GI] Kamu tidur? Loka?
[GI] ?????
[GI] Bales, Loka!
[GI] Loka aku akan jemput kamu sekarang juga kalau kamu nggak bales!
Loka tidak peduli. Dia lelah. Gikra terlalu menuntut, padahal bukan siapa-siapa. Walau di masa lampau, Gikra memang menjadi penyelamatnya. Bukan Elang. Sebab Loka juga tidak akan mengatakan apapun pada Elang, apa yang terjadi padanya selama kurun waktu berpisah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top