32. Dinosaurus

Hai selamat malam

Gimana kabarnya hari ini?

Semoga selalu diberikan kebaikan dan ketenangan hati dimanapun kalian berada

***

Part ini lebih daebakk dari sebelumnya

Bantu sisir ketypoan di part ini ya

Selamat membaca!!

***

Glen dan Fardhan menyita semua DVD dari rumah Pak Dino, khawatir akan ditemukan orang tak bertanggung jawab  dan menyebar luaskannya. Video seperti ini berpotensi menghancurkan orang lain lebih banyak. Dan mungkin bisa membunuh lebih banyak orang.

Terlebih kebanyakan dari wanita-wanita dalam rekaman itu seperti tak menyadari bahwa mereka sedang direkam. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan mereka ketika mengetahui bahwa tubuh telanjangnya ditonton banyak orang? Tak ada yang lebih menyeramkan dari itu.  Tak ada yang akan baik-baik saja mengetahuinya.

Jujur saja, sebagai perempuan, yang bahkan tak ada dalam video itu, Andrea merasa sedikit jijik dengan dirinya sendiri. Ia jijik dengan fakta bahwa banyak perempuan yang terjerat pada pesona Pak Dino hingga rela melakukan hal itu. Malu karena banyak sekali dari kaumnya yang mau menggadaikan harga dirinya demi laki-laki bernama Hardino Anggawijaya.

Gila.

Di sisi lain ia sedih karena sahabatnya menjadi salah satunya.

Apa yang dijanjikan Pak Dino pada Dea sehingga sahabatnya mau melakukan perjinahan yang dikutuk hukum dunia, norma, dan hukum Tuhan?

"Ini akan aman di kepolisian." ujar Fardhan setelah selesai memasukan semua kaset itu ke dalam dus.

Zayyan mengangguk. "Gue harap ini gak bocor kemana-mana."

"Sekarang kalian berdua harus menjelaskan kenapa kalian bisa tahu hubungan Dea dan Pak Dino." Kata Fardhan. Pembicaraan mereka tadi memang belum sampai kesana.

"Semuanya berawal dari Bella." Ujar Andrea.

"Bella?" Kening Glen mengkerut. Dia menoleh sejenak pada Fardhan. Entah apa maksud tatap-tatapan dua laki-laki itu.

Pasti ada sesuatu. Namun, saat ini ia punya kewajiban menjelaskan daripada bertanya.

Andrea mengangguk. "Gue tahu kalau Bella yang bunuh Rineka."

"Lo juga tahu?" tanya Glen pada Zayyan.

Pria itu mengangguk lalu membiarkan Andrea untuk menjelaskan lebih lanjut.

Oke, Zayyan pun tahu dari Andrea.

"Awalnya kita... maksud gue, gue gak percaya hal itu. Bagaimanapun Dea gak pernah cerita apapun tentang Pak Dino sama gue. Ketika dia murung pun gue pikir karena dia punya masalah sama Ferdi. Sampai gue tahu dia hamil pun gue tetap menyalahkan Ferdi apalagi setelah gue tahu cowok brengsek itu pergi ke luar negeri." Ada tekanan nada ketika Andrea mengatakan 'cowok brengsek'. Ya meskipun ia tahu bahwa bukan Ferdi laki-laki itu. Bukan Ferdi yang melakukannya.

"Sampai Bella kasih tahu alasan Rineka benci sama Dea karena dia punya hubungan sama Pak Dino." Lanjut Andrea.

Gadis itu menghela napas. Tak baik berbicara disertai emosi. Andrea sasar emosinya bisa saja tak terkendali. "Bagaimana bisa gue gak tahu apa yang terjadi sama sahabat gue sendiri? Padahal gue merasa kita deket. Gue merasa amat sangat mengenal Dea. Ternyata gak seperti itu. Hingga semuanya tampak masuk akal setelah Bella bilang kalau dia ketemu Pak Dino sebelum Dea meninggal. Setelah gue inget lagi, gue ketemu Pak Dino di lorong ketika gue ninggalin Dea sendirian. Saat itulah gue mulai curiga. Pasti dia berhubungan dengan kematian Dea. Ini masuk akal setelah Ferdi bilang dia gak pernah ngapa-ngapain sama Dea. Masuk akal setelah dia bilang kalau dia pergi karena frustasi setelah tahu bahwa Dea hamil karena laki-laki lain. Ayah dari anak dalam kandungan Dea pasti Pak Dino."

Andrea menjeda. "Seperti yang lo tahu kalau gue dan Zayyan sedang mencari tahu siapa dalang dibalik kematian Dea. Orang yang sama yang bunuh kakak Zayyan. Anehnya kita berdua gak bisa menemukan apapun. Sampai ada seseorang memperingatkan gue untuk gak mencari tahu tentang kematian Dea lebih jauh. Lalu Rineka terbunuh. Apa itu ada kaitannya dengan Mr. D? Jawabannya ada setelah gue ketemu dengan Bella."

Fardhan dan Glen yang sejak tadi menyimak mulai menemukan benang merah dari cerita yang Andrea tuturkan sejak awal. Bella.

"Apa yang Bella katakan?" tanya Fardhan.

"Gue benci Bella setelah tahu bahwa dia ternyata tahu kalau Dea akan dibunuh." Andrea mendadak menangis. Mendadak merasakan sesal itu lagi. Mendadak berandai-andai dirinya tidak meninggalkan Dea sendirian saat itu. Setelah tahu hal itu dari Bella, ia pun menyalahkan dirinya sendiri lagi.

"Kalau gue waktu itu gak ninggalin Dea. Apa dia akan meninggal?" Tanya Andrea sendu. Sungguh ia menyesal.

"Siapa yang membunuhnya? Bella?" Fardhan tampak tak yakin dengan pertanyaannya sendiri. Mencoba menarik Andrea dari jurang kesedihan. Gadis itu berhutang menjelaskan banyak hal, agar Fardhan dan Glen bisa membantunya.

"Bukan." Zayyan menggeleng. Menjawab pertanyaan detektif itu karena Andrea sepertinya tak punya keberanian lagi untuk berbicara. Gadis itu menangis.

"Oh... ayolah." bujuk Glen. "Kenapa kalian muter-muter terus."

"Semuanya ini memang kaya benang kusut, Glen." ujar Andrea. Dia menghapus air matanya. Meneguhkan hati untuk kembali berbicara. Setidaknya hal ini bisa membantu Dea menemukan keadilan atas kematiannya.

"Bella tahu kalau Dea akan dibunuh, tapi dia gak melakukan apapun. Tapi bukan Bella yang bunuh Dea. Dan mungkin bukan dia juga yang bunuh Rineka. Terlepas dari kebencian yang dia punya. Gue yakin kasusnya kaya Dea. Bella tahu, tapi dia gak menghentikan kematian Rineka. Dia gak melakukan apapun ketika sahabatnya akan dieksekusi mereka." Andrea pun tak yakin dengan argumennya. "Bella punya alibi yang kuat ketika dua kejadian itu terjadi. Mungkin orang lain diantara mereka yang bunuh Bella dan Rineka. Gue gak yakin itu orang yang sama atau orang berbeda. Bella cuma bilang itu ulah mereka."

"Tunggu..." potong Fardhan. "Mereka?"

Andrea mengerti kenapa raut wajah Fardhan seperti itu. Apa yang ia dan Zayyan katakan memang mutar-mutar. Karena jujur mereka pun belum mengerti ada hal seperti ini di dunia nyata. Maksudnya, ia tak mengerti kenapa hal berbau konspirasi ini amat sangat dekat dengannya. Ia seperti terjebak dalam situasi yang mengharuskannya mau tak mau mengungkapkannya kedunia. Tentang orang-orang yang berkumpul membawa misi suci entah berdasar dari mana, mungkin dari setan ia tak tahu. Misi suci yang seperti dalam teori konspirasi. Seperti para iluminati yang punya misi khusus untuk memusnahkan populasi manusia agar nantinya mereka jalankan sesuai dengan keinginan mereka.

Kalau memungkinkan Andrea ingin mengumumkannya ke seluruh penjuru negeri. Agar semua orang bisa memperbaiki diri dan lebih waspada. Karena bisa jadi diantara kalian selanjutnya. Tak terkecuali Andrea, Zayyan, Fardhan, Glen, dan siapapun itu. Namun ia dan Zayyan belum bisa menemukan apapun lagi selain dari kesaksian Bella.

Mereka amat sangat rahasia.

Dan terlalu berbahaya untuk diabaikan keberadaannya.

Orang-orang seperti itu memang ada di dunia ini. Bukan cuma sebatas konspirasi.

Namun misi mereka seperti apa. Andrea dan Zayyan belum bisa mengendusnya.

Bedanya perkumpulan mereka itu menjalankan misi suci untuk mengeksekusi orang-orang yang dianggap sampah. Dino memang sampah yang merayu banyak perempuan, merekam adegan panasnya dengan perempuan-perempuan itu dan meletakannya di rak bawah televisi bak piala yang bisa ia pandangi setiap hari. Seperti sebuah keberhasilan atas pencapaian besar yang dilakukannya.

Andrea setuju bahwa manusia sesampah Dino pantas untuk mati. Namun, ia percaya bahwa ada hal yang lebih pantas dia dapatkan dari kematian. Andrea terlalu menyesalkan kenapa Dino mati sebelum perbuatannya terungkap. Ia pikir, Dino akan merasakan karma yang luar biasa andai dia masih hidup dan mendapat hukuman yang setimpal. Kebiri mungkin, memblokirnya dengan kehidupan sosial, atau mungkin mendapat sanksi sosial yang lebih berat dari itu. Andrea pikir itu lebih baik, agar dia menyadari bahwa perbuatannya selama ini tak layak disebut sebagai prilaku manusia bahkan prilakunya lebih buruk dari iblis terjahat sekalipun.

Ya. Andrea berharap Dino akan menyesal seumur hidupnya. Karena menurutnya tak ada hukuman yang lebih berat daripada penyesalan yang dirasakan seumur hidup.

Penyesalan itu ibarat belatung yang memakan daging perlahan-lahan untuk waktu yang lama. Tubuh terus meregenerasi, melakukan penyembuhan, namun penyembuhan itu akan menjadi tak berarti karena ada hal yang terus menggerogoti. Menghabisi sampai Tuhan benar-benar memanggilnya untuk masuk ke neraka.

Andrea harap jika Dino masih hidup dia akan menjalani kehidupan seperti itu. Beras sudah menjadi bubur. Laki-laki jahanam itu sudah meninggal. Ditemukan digantung di ruangannya.

Sekarang Andrea hanya berharap Dino masuk ke dalam neraka paling jauh, paling dalam, paling panas, dan kalau bisa ingin laki-laki itu berada di dasar neraka. Tuhan, jangan Kau loloskan orang seperti dia dari neraka.

"Ya, mereka." jawab Zayyan. "Gue pikir itu seperti perkumpulan iluminati yang punya semacam misi khusus. Bella adalah salah satu dari mereka."

"Darimana kalian tahu?" Tanya Glen.

"Bella sendiri yang menceritakannya. Sayangnya kita berdua belum tahu siapa orang-orang dibalik semua ini, selain Bella." Jawab Andrea.

"Lalu kenapa dia menyerahkan diri?" tanya Glen. Dia menatap atasan sekaligus rekannya dengan tatapan bingung. "Kalau memang Bella anggota dari mereka... oke, anggap kalau mereka sekumpulan orang yang punya misi khusus dan gue yakin mereka bukan orang sembarangan. Kalau memang Bella anggota dari mereka, kenapa dia menyerahkan diri semudah itu? Apa tujuannya? Dan kenapa Bella membeberkan identitasnya sebagai anggota dari mereka?"

Andrea menggeleng. "Bella gak bilang apapun ke kita berdua tentang itu. Dia cuma bilang kalau Bella dibunuh oleh mereka dengan tujuan membersihkan sampah. Dia juga yang membeberkan rencana mereka untuk membunuh Pak Dino. Itu alasan kita berkeliaran malam itu di dekat ruangannya. Kita berusaha mencegah Pak Dino pulang."

"Karena kalian pikir dia akan dibunuh di rumahnya?" tanya Fardhan yang tepat sekali dengan apa yang Andrea dan Zayyan pikirkan.

"Sayangnya kita salah." ujar Zayyan. "Itu memperkeruh semuanya, karena kita berdua berkeliaran di sana malam itu dan memungkinkan kita berdua menjadi orang pertama yang dicurigai. Gue mencuri CCTV karena alasan itu." Zayyan menghela napas. "Yang ternyata gue terlambat karena rekaman CCTV malam itu sudah lo dapatkan."

Glen mengangguk. "Itu juga alasan kenapa gue dan Fardhan gak memusnahkan CCTV itu."

Sungguh di luar dugaan, Fardhan dan Glen sengaja memancing mereka untuk mencuri rekaman CCTV itu. Namun, itu bisa dipahami. Itu pekerjaan mereka. Pekerjaan yang memungkinkan mereka mencurigai siappun tak terkecuali keluarga sendiri.

Sekarang pertanyaannya adalah... kenapa Bella menyerahkan diri semudah itu?

***

"Meri..." Selly memunculkan kepalanya dari balik pintu.

Gadis kecil yang sedang berdiri di depan jendela itu pun menoleh. "Ayah mana?" tanyanya.

Senyum di wajah Selly pudar. Wajahnya menunjukan keprihatinan yang amat sangat. Anak sekecil ini pasti belum paham akan makna dari sebuah kematian. Buktinya meskipun ia sudah tahu bahwa ayahnya sudah meninggal dia selalu menanyakan ayahnya. Meri belum tahu bahwa kematian sama artinya dengan tidak bisa menemui orang itu lagi selamanya.

"Tunggu besok ya... atau besoknya lagi." jawab Selly. Ia pun tak tahu apa yang harus ia katakan untuk membuat gadis sekecil ini mengerti bahwa dia tak akan bisa menemui ayahnya lagi.

"Tapi ayah udah bangun kan?" Meri naik ke atas ranjang karena Selly menyiapkan makannya disana.

Selly gak bisa membayangkan seandainya Meri sudah lebih besar pada saat kejadian itu. Di usianya saat ini membuatnya belum mengerti kenapa ayahnya tidur berhari-hari tanpa bangun. Belum mengerti bahwa bau yang ia kira sebagai bau badan biasa karena tak mandi berhari-hari adalah bau busuk sebuah jasad yang sudah kehilangan nyawanya.

Apa yang harus Selly jawab. Ayah anak ini tak akan bangun meskipun dibangunkan.

"Oh ya, kamu suka udang kan?" tanya Selly mengalihkan.

Benar saja setelah ia menanyakan itu wajah Meri terlihat lebih ceria. Semoga aja seperti yang lalu-lalu ia melupakan ayahnya begitu saja.

"Oh ya..." kata Selly di tengah ia menyuapi Meri.

"Iya bu suster." sahut Meri.

"Tentang Om yang dateng ke rumah kamu... sebelumnya dia pernah main ke rumah gak?" Selly tak bisa lupa dengan pesan Zayyan untuk menanyakan siapa pria yang datang ke rumah, yang kemungkinan besar adalah pembunuh Farhan.

"Belum." jawab Meri sambil mengunyah udang yang baru saja ia comot dari piring. "Ini enak bu suster."

Selly tersenyum lalu mengelus rambut gadis kecil itu.

"Tahu namanya siapa gak?" tanya Selly. "Kayanya dia harus tahu kalau kamu disini." ia berusaha memancing.

"Dinosaurus..." ucap Meri tak yakin. Dia lalu tersenyum riang. "Katanya namanya sama kaya boneka di kamar aku."

"Dinosaurus?"

Meri mengangguk lagi.

Selly mematung. Mana ada nama seperti itu? Kecuali orang tuanya memberi nama aneh dengan nama-nama dinasaurus. Selly terkekeh, lucu juga kalau ada orang yang namanya brontosaurus atau sejenisnya.

"Om dinosaurus itu orangnya kaya gimana?"

"Emm...." Meri berpikir sambil tersenyum. Selly tahu Meri tahu namun dia seperti mengajak Selly untuk main tebak-tebakan. Anak kecil memang suka seperti itu.

"Dia ganteng gak?"

"Gantengan Om Zayyan." katanya lalu nyengir. "Tapi dia lebih tinggi dari Om Zayyan. Tinggi. Om dinosaurus baik. Dia juga yang minta aku buat gak bangunin ayah karena ayah cape katanya."

"Ada lagi yang kamu inget tengtang om dinosaurus gak?"

"Gak ada." Meri menggeleng. Selly menghembuskan napas. "Oh iya, dia katanya mau pacaran sama aku kalau nanti aku udah besar."

WTF! Orang dewasa mana yang berani bilang seperti itu pada anak kecil?

Namun, seabsurd apapun yang dikatakan Meri, ia merasa harus memberitahukanya pada Zayyan. Kapan lagi ia ada alasan untuk berinteraksi dengan anak kuliahan ganteng itu. Meskipun dia terlihat kelam dan cenderung dingin kepada orang lain. Namun, itu seperti termaafkan oleh parasnya yang rupawan.

Maka setelah selesai menyuapi Meri, ia menuju dapur dan menyimpan piring dan mangkuk kotor. Nantinya petugas kebersihan yang akan mencucinya. Ia pun mengeluarkan ponsel dan memberitahukannya pada Zayyan.

From: Selly
Meri ingat siapa om yang dateng ke rumahnya waktu itu.
Namanya dinosaurus. Brontosaurus kali ya wkwk
Selain itu dia gak bisa jelasin gimana om itu
Mungkin karena Meri masih anak-anak
Dan kupikir om dinosaurus itu sedikit gila, Za. Dia minta meri buat jadi pacarnya

***

Hai....

Jadi, kenapa nih Bella tiba-tiba menyerahkan diri? Apakah dia punya tujuan?

Dan menurut kalian siapa om dinosaurus itu?

Sejauh ini gimana teman-teman hhe
Aku harap cerita ini makin berkesan buat kalian

Sampai jumpa di part selanjutnya

Sending Hug

Iis Tazkiati N

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top