31. Kepercayaan
Hai....
Chapter kemarin ke unpublish huhuhuuu
But, udah aku publish ulang
***
Apa kabar semuanya?
Gimana hari ini?
semoga kalian semua dimanapun berada berada dalam keadaan baik baik secara fisik maupun mental. Aku cuma bisa mendoakan hal itu kepada kalian semua.
Aku cuma mau cerita kalau hari ini aku sedang mengalami tekanan batin. Aku sedang gak baik-baik aja.
Sebenernya udah lama banget aku merasa kalau ketika ada orang yang bilang tentang sebaik apa aku bukan sebuah prestasi. Aku selalu menganggap hal itu kaya tanggung jawab besar. Dimana aku kaya di tuntut untuk selalu baik kepada siapapun dan dalam kondisi apapun. Kaya haram banget aku buat tegas atau jahat ke orang lain. Awalnya aku baik-baik aja dengan semua itu, dengan kata lain mecoba bersahabat dengan rasa tanggung jawab itu. Tapi lama kelamaan aku malah ngerasa kalau hal itu malah jadi beban buat aku.
Gak selamanya seseorang baik.
Berkali-kali ada orang yang menyalahartikan kebaikan yang aku tunjukin. Bisa dibilang semena-mena. Gak tahu apa aku yang terlalu perasa atau emang suka mendramakan apapun. Intinya aku gak suka jadi orang baik. Tapi terlalu takut juga untuk gak disukai.
Mungkin ada diantara kalian juga yang pernah ada di posisi aku, boleh minta tolong share pengalaman kalian gimana dan cara kalian bebas dari beban yang sama dengan cara seperti apa.
***
Author note:
Siap-siap bakal ada sesuatu yang buat kalian berpikir dengan keras di sini
Mau bantu cari ketypoan di chapter ini dong
Sama, aku mau banget kalau kalian mengkoreksi kalau ada kesalahan disini
Happy reading yaaa
***
Kalau sudah seperti ini rasanya serius. Mereka tak tahu kalau Pak Dino sebrengsek itu. Semua kaset DVD itu berisi video panas. Pada akhirnya masalah serius itu tak bisa mereka atasi berdua. Zayyan menghubungi Fardhan satu jam kemudian setelah terjadi keheningan panjang diantara mereka berdua. Fardhan dan Glen datang lima belas menit kemudian. Entah apakah mereka berdua memang sedang berada di tempat tak terlalu jauh dari daerah ini, atau mereka sebenarnya sedang mamata-matai mereka. Untuk saat ini tak ada yang lebih penting dari hal ini. Andrea tak peduli.
"Apa yang kalian lakukan disini?" itu pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh Fardhan.
Pertanyaannya lebih tentang motif apa yang membuat mereka menerobos masuk ke apartemen Pak Dino. Demi tuhan mereka berdua pun tahu bahwa menerobos ke kediaman orang lain adalah tindakan ilegal. Tatapan Fardhan seolah mengatakan ketidak setujuannya atas apa yang Andrea dan Zayyan lakukan.
"Ada yang lebih penting daripada lo lihat kita kaya gitu." kata Andrea. Ia mengingatkan bahwa alasan mereka memanggil Fardhan dan Glen bukan karena ingin di hakimi dengan tatapan seperti itu. Tapi karena mereka menemukan sesuatu yang amat sangat mengerikan.
"Apa yang lebih penting dari menerobos kediaman orang lain." Fardhan memejamkan mata. "Maksudnya menerobos kediaman orang yang baru saja meninggal dunia. Ini kriminal."
"Ini lebih serius dari yang lo pikir." Zayyan menatap sengit Fardhan.
"Iya." Fardhan tersenyum miring. "Serius apa yang kalian berdua lakukan adalah tindakan kriminal."
Setelah dilihat-lihat Zayyan dan Fardhan memiliki kepribadian yang hampir mirip. Mereka berdua sama-sama mendadak keras ketika sedang merasa benar. Fardhan yang tak suka dengan pelanggar hukum dan Zayyan yang bersikeras bahwa tindankannya tak menyalahi aturan. Tapi, ayolah Za, batin Andrea. Fardhan gak tahu apa yang sedang mereka lakukan saat ini. Baik Andrea maupun Zayyan belum ada yang menjelaskan kenapa mereka bisa ada di apartemen milik Pak Dino.
Mungkin yang lebih tepatnya, mereka tadi terlalu terburu-buru menghubungi Fardhan tanpa menjelaskan terlebih dahulu apa yang sedang mereka lakukan. Dan Fardhan pun tak memberikan kesempatan untuk mereka menjelaskan.
Situasi yang serba salah dan memuakan. Sehingga Glen yang sejak tadi berdiri tak jauh dari Fardhan menarik laki-laki itu agar memiliki jarak beberapa langkah dari Zayyan. Dia lalu tersenyum dan merentangkan tangan. Memberi arahan tak kasat mata agar dua pria yang sedang bertatapan dengan cara yang tak bersahabat itu sedikit tenang. Dua orang yang sama-sama berkepala panas itu harus dipisahkan. Panas ditambah panas tidak akan baik. Bisa meledak. Dan itu bahaya sekali kalau sampai terjadi.
"Tenang dulu oke." kata Glen. Dia menatap Fardhan dan Zayyan secara bergantian. Menatap mereka berdua dengan tegas dan penuh peringatan.
Zayyan membuang muka lalu duduk kembali di sofa. Berbeda dengan Fardhan yang menatap Zayyan dengan tatapan seolah mengeluarkan laser yang bisa membelah dua orang yang di tatapnya, tangannya menyilang di depan dada. Seolah-olah Fardhan memberikan aba-aba kalau, 'lo akan habis kalau Glen gak misahin kita'.
Zayyan berdecih. Mencemooh sikap Fardhan.
Andrea geleng-geleng. Mereka berdua memang tidak cocok. Sangat... sangat.... sangat... tidak cocok.
Glen lalu menatap Andrea. "Dre, apa yang kalian berdua lakukan saat ini di kediaman orang lain bukan tindakan yang benar. Tahu kan?" Tanyanya, merasa bahwa lebih baik ia berbicara kepada Andrea saja daripada kepada Zayyan. Meskipun ia tahu bahwa mungkin Zayyan akan bisa menjelaskan dengan baik.
Zayyan memang lebih pintar dari Andrea.
Andrea memalingkan wajah. "Tahu." Gadis itu menunjukan sikap keras kepalanya.
Glen beralih menatap pada Zayyan. "Lo juga tahu kan?"
Zayyan menghela napas. Dia lalu mengangguk. Emosinya belum sepenuhnya luruh.
Sekarang tatapan Glen beralih pada Fardhan. "Ada apa dengan lo bos?" Glen mencoba mencairkan suasana. "Lo biasanya tenang."
"Ini gak bener, Glen." ujar Zayyan. "Apapun tujuan mereka, ini gak bener." Tangannya bahkan sampai gerak-gerak seperti sedang pidato di podium.
"Emang ini gak bener. Tapi apa polisi bakal izinin kita berdua buat cari sesuatu di rumahnya Pak Dino?" Zayyan naik darah lagi. Dia merasa seperti anak kecil yang dijelaskan tentang bahaya menyebrang jalan sendirian ketika kendaraan sedang padat. Zayyan sudah besar dan bisa memilah mana yang benar dan mana yang salah. Fardhan sebetulnya tidak perlu menekankan hal itu sampai berkali-kali.
Andrea bahkan sampai geleng-geleng kepala bersama Glen. Sama-sama tak habis pikir dengan mereka berdua yang entah kenapa selalu seperti ini setiap kali bertemu. Sangat... sangat... sangat... tidak cocok.
"Jangan berantem ok." Andrea menatap Zayyan. Menatapnya penuh peringatan. Setelah melihat Zayyan memutar bola mata, ia lalu beralih pada Fardhan. "Gue akan jelasin apa yang sedang kita lakuin disini."
Fardhan mengangkat kedua tangannya, terlihat sedikti masa bodo. "Jadi apa yang membenarkan kalian berdua untuk menerobos masuk ke kediaman orang lain?" tanya Fardhan.
Glen membawa Fardhan untuk duduk di kursi bulat tak jauh dari televisi. Ia berdiri di sampingnya seperti sedang bersiap untuk menjadi penetral jikalau tiba-tiba atasan sekaligus rekannya ini naik darah lagi. Karena demi apapun, Glen paling tidak suka dengan situasi yang panas.
Andrea menatap Zayyan. Emosi pria itu sepertinya sudah sedikit menurun. Ketegangan gak akan menyelesaikan apapun.
"Kita baru menemukan fakta kalau Dea punya hubungan dengan Pak Dino. Dan gue curiga kalau dia ada hubungannya dengan kematian Dea." ujar Andrea. Mulai membuka cerita satu demi satu.
"Itu alasan kalian berdua berkeliaran malam kemarin di depan ruang dosen?" tanya Fardhan seketika membuat mata Andrea membulat. Ia menatap Zayyan yang juga tiba-tiba menegakan punggungnya.
Bagaimana Fardhan tahu jika CCTV sudah Zayyan amankan?
Sama seperti Andrea yang keheranan, Zayyan pun menunjukan reaksi yang sama.
"Bukannya lo udah amanin CCTVnya?" tanya Andrea.
"Kita yang dapet lebih dulu." ucap Fardhan tiba-tiba.
Jantung Andrea mencelos. Jadi wajar saja kenapa pria seperti Fardhan bisa menadak naik darah saat mereka memberitahunya tentang keberadaan mereka di apartemen Pak Dino. Dengan bukti CCTV itu saja sudah jadi bukti besar bahwa Andrea dan Zayyan membunuh Pak Dino. Meskipun itu tidak benar. Kadang kala seseorang menjadi pembunuh bukan karena dia benar-benar membunuh. Tapi karena bukti-bukti menunjuk pada orang itu. Benar dan salah seperti hal yang tak bisa dilihat dengan kacamata duniawi. Apa yang ada di sekitar bisa dimanipulasi dengan mudah. Yang ada bisa ditiadakan dan yang tidak ada bisa di ada-adakan. Bias.
Bahkan alat pendeteksi kebohongan rasanya tak efektif jika kasusnya seperti itu. Orang yang sudah biasa berbohong mungkin bisa mengakali bagaimana dirinya bisa bereaksi. Alat itu hanya menilai bohong atau jujurnya seseorang melalui gelombang otak.
Jika CCTV sudah mereka dapatkan. Kenapa mereka bisa berkeliaran dua hari ini. Tidak ada tanda-tanda mereka dicurigai. Dan wajarnya mereka berdua akan dipanggil untuk diberikan keterangan tak lama kemudian.
"Kenapa kalian gak nyari kita berdua?" tanya Andrea lalu menatap Zayyan yang menunjukan keheranan yang sama. "CCTV itu harusnya udah memberatkan kita berdua."
"Gue pengen tahu apa yang kalian berdua lakukan malam itu. Kenapa kalian berkeliaran di depan ruang dosen? Dan kenapa kalian tiba-tiba menghilang setelah mayat Dino ditemukan?"
Fardhan mengatakan apa yang ada di pikirannya. Dua pertanyaan itu seolah mengatakna bahwa tidak ada yang tahu tentang keberadaan mereka di depan ruang dosen selain Fardhan dan juga Glen. Secara tidak langsung mereka mempercayai Andrea dan Zayyan, ia ingin memastikan keterlibatan mereka berdua atas meninggalkan Pak Dino.
Entah kenapa Andrea bisa melihat sekelebat pertentangan dari wajah Fardhan dan Glen. Mungkin karena mereka berdua mengenal Andrea dan Zayyan. Fakta itu seolah menjadi alasan akan sedikit kepercayaan yang untuk mereka berdua.
"Jika detektif lain yang menemukan CCTV itu, mungkin mereka akan langsung mencurigai kalian." jelas Glen. "Setidaknya kita tahu kalau kalian berdua gak akan melakukan sesuatu yang berbahaya."
Andrea merasa terharu dengan ucapan Glen. Dua detektif ini memang sedikit mempercayai mereka.
"Lalu kenapa kalian tidak langsung bertanya pada kita berdua?" tanya Zayyan. "Kalian pasti punya rasa curiga."
"Bella menyerahkan diri semalam." ucap Fardhan. "Kita disibukan dengan penyerahan Bella. Hal itu buat gue lupa dengan kalian."
Kejutan apa lagi ini?
Andrea menatap Zayyan dengan kernyitan dalam di dahinya.
"Dia mengaku membunuh Rineka." kali ini Glen yang berbicara.
"Padahal masih banyak yang ingin kita berdua tanyain sama Bella." ujar Andrea seperti berbicara pada dirinya sendiri.
"Apa maksudnya?" tanya Glen. Fardhan menunjukan reaksi yang sama herannya dengan Glen.
Andrea menggeleng. Merasa bukan saatnya untuk memberi tahu mereka Mr.D yang ternyata sebuah organisasi dengan misi khusus. Bisa gila mereka berdua kalau sampai tahu hal itu. Tujuan Zayyan menghubungi Fardhan tadi bukan untuk memberitahukan hal itu. Ingat. Jangan membuat kepala mereka pecah dengan hal baru setelah penyerahan diri Bella semalam.
"Kita berdua bisa jelasin hal itu nanti sama kalian." ujar Zayyan. Dia lalu menunjuk tumpukan kaset DVD yang sebagian besar sudah mereka lihat.
Andrea turut menatap tumpukan kaset itu dengan tatapan nanar. "Pak Dino, dia brengsek."
"Maksudnya?" Glen menatap Fardhan yang tengah menunjukan wajah heran yang sama.
Tatapan Andrea pada kaset-kaset itu seolah menjelaskan seberapa menyesalnya ia karena sempat menyukai dosennya. Sesal yang dia dapatkan karena menyukai paras seseorang tanpa menghindahkan nasehat orang lain bahwa sering kali paras menawan seseorang justru adalah tipuan. Dan benar saja, banyak sekali yang tertipu dengan wajah tampan dan keramahan Pak Dino di luar. Setelah melihat semua itu ia benar-benar disadarkan. Ia pun merasa bersyukur karena tak lantas mendekati Pak Dino. Ia bersyukur pernah merasa tak percaya diri untuk mendekati Pak Dino. Kalau seperti ini, ini namanya berkah.
Sayangnya, Dea, sahabatnya menjadi korban kebrengsekan pria itu.
"Bayi di kandungan Dea kemungkinan besar anak dari Pak Dino." Andrea bahkan tak sanggup ketika mengatakan itu. Teringat kembali penderitaan sahabatnya. Matanya berkaca-kaca. "Maaf kalau gue bilang ini, tapi si brengsek itu pantas untuk mati."
"Apa?" Glen memekik. "Apa maksudnya dengan yang lo bilang?"
Ketika Ferdi mengatakan bahwa dia frustasi dengan kehamilan Dea yang membuatnya kabur ke luar negeri. Ia pikir itu hanya akal-akalan pria itu untuk melarikan diri dari rasa bersalah. Setelah melihat rekaman tadi membuat Andrea sedikit memahami alasan kenapa pria itu pergi. Tak ada yang baik-baik saja saat mengetahui yang dicintainya berkhianat.
Andrea menunjukan foto mesra Dea dan Pak Dino yang dia temukan. Glen segera menyambarnya dan menunjukannya kepada Fardhan. Setelah itu ia melempar salah satu kaset pada Glen. "Kalian harus lihat ini dulu."
Fardhan mengambilnya dan mengamati kaset itu menelisiknya, mencari tahu ada hal aneh apa dari sebuah kaset film luar negeri ini.
"Itu alasan kenapa kita berdua panggil kalian buat kesini." Lanjut Andrea.
Glen menatap ke segala arah. Seperti mencari sesuatu. Setelah matanya terpaku pada satu titik, rak bawah televisi. Dia pun menyambar kaset yang masih diamati Fardhan. Lantas ia memasukan kaset itu ke dalam DVD. Sambil menunggu televisi menyala ia mencari remote. Dengan sekali tekanan pada tombol power vidio itu pun berputar.
Andrea memejamkan matanya. Tak sanggup melihatnya. Bahkan entah sejak kapan air matanya sudah membanjir. Seperti tak ada gunanya menutup mata. Di dalam kepalanya sudah terekam bagaimana video itu. Dan itu menstimulasi air matanya untuk keluar.
Fardhan dan Glen dibuat ternganga dengan isi dari kaset film yang ternyata adalah sebuah video panas Dino dengan mahasiswinya (Dea). Glen bahkan memeriksa sekali lagi sampul kaset itu sekali lagi. Sampulnya film luar negeri yang terkenal. Tapi isinya....
Dua detektif itu saling tatap.
"Gila... ini gila." ucap Glen pada Fardhan hanya berupa gerakan bibir saja.
Ekspresi wajah Fardhan juga tak beda jauh.
Hingga kemudian...
"Matikan." ujar Zayyan.
Glen menurutinya. Video itu hanya di putar kurang dari 5 menit.
"Kayanya banyak yang harus kalian jelasin." ucap Fardhan. Menatap lurus Zayyan.
"Ya, banyak." jawab Zayyan.
***
Huuuu huuu huuu...
Gimana chapter ini? Menurut kalian pantes gak kalau Pak Dino dibunuh?
oh iya, Bella menyerahkan diri. Kenapa dia tiba-tiba menyerahkan diri? padahal sebelumnya dia ketakutan banget pas cerita sama Andrea dan Zayyan. Bella juga mau membeberkan semuanya sama Andrea dan Zayyan. Tapi why?
bayangin aja bayangin, kalau kalian di posisi Bella bakal kaya gimana?
Sending Hug
Iis Tazkiati N
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top