28. TKP Baru

Hai hai
Siapa nih yang nungguin Mr.D

***

Semua orang yang hidup, yang dilahirkan ke dunia dari rahim seorang perempuan memanglah manusia. Namun, manusia yang seperti apa. Sayangnya ada banyak sekali manusia yang tak layak dikatakan sebagai manusia. Perbuatan buruk yang dilakukan seseorang secara terus menerus menggerus kemanusiaan dalam dirinya. Saat itulah seseorang tak bisa lagi dikatakan sebagai manusia. Manusia tapi bukan manusia.

Bahkan prilaku yang terlampau buruk kadang benar-benar menggerus titel manusia pada seseorang. Sebutan itu perlahan berubah menjadi iblis. Ya, banyak sekali memang manusia yang amat sangat buruk di dunia ini. Diatas namakan kebahagiaan sendiri bahkan terkadang membawa-bawa keluarga atau orang tersayang sebagai alasan. Sesuatu yang buruk tetaplah buruk, terlepas karena siapa dan karena apa. Itu hanya pembenaran semata.

Karena alasan tersebut ada sekelompok orang yang beranggapan bisa membersihkan dunia dengan cara menghukum orang-orang tak layak tersebut dengan kematian. Mengabaikan fakta bahwa dunia ini bukan dunia yang kekal. Masih ada Tuhan di atas segalanya yang paling berhak untuk memberikan hukuman.

Dengan kata lain, seburuk apapun seseorang dia tetap berhak untuk hidup.

"Kita gak bisa biarin Bella bunuh Pak Dino." ujar Andrea setelah menarik Zayyan ke titik tersembunyi dari orang-orang.

Dari cara pria itu menatapnya rupanya dia memikirkan hal yang sama denganya.

"Kita harus memperingatkan Pak Dino."

Andrea mengangguk. Napasnya ia hembuskan karena lega. Setengah mati sejak pagi ia menahan diri dari kecemasan karena tahu seseorang akan mati. Lagi-lagi Zayyan berpikiran hal yang sama dan itu membuatnya lega.

"Apa rencana lo?" tanya Andrea.

"Cegah Pak Dino pulang hari ini." ujar Zayyan yang tanpa pikir panjang langsung disetujui oleh gadis itu.

Pernahkan kamu mengenal seseorang yang tahu apa yang harus dilakukannya setelah mengeluarkan ide, seketika itu juga dengan cara mudah dan akurat, Zayyan lah orangnya.

"Kunci dia di ruang dosen." ujar Zayyan.

Cara yang kekanakan tetapi merupakan cara yang efektif. Andrea lagi-lagi menyetujui hal itu. Mencuri kunci ruang dosen bukan hal yang sulit baginya. Jika boleh jujur dulu ia pernah mencuri kunci motor satpam kampus dan membuangnya ke tempat sampah karena kesal dengan sikapnya yang kasar pada Dea. Lagi-lagi segala hal mengingatkannya pada almarhumah Dea.

"Lo bisa kan nyuri kuncinya di pos security?" tanya Zayyan yang sebetulnya tak perlu dia tanyakan. Mencuri adalah keahliannya yang lain.

Andrea memutar bola matanya, heran juga kenapa keahliannya terlalu banyak di hal-hal yang jelek. Mencuri, mencari maki, membully, bolos pelajaran, dan masih banyak lagi. Mendadak ia merasa malu pada dirinya sendiri.

***

Kunci semua ruangan di letakan di sebuah kotak kaca transparan di sebelah meja telepon. Tempat yang berjarak 3 meter dari pintu masuk. Sekarang sudah jam 8 malam. Salah satu security yang sedang berjaga terkantuk-kantuk di kursinya sambil menonton sinetron Ikatan Cinta. Satu lagi sedang asyik memainkan ponselnya dengan posisi siaga. Andrea mengintip dari jarak aman. Kotak kaca itu tak dikunci. Itu bagus. Masalahnya adalah security yang sedang bermain ponsel itu. Ia tidak akan bisa masuk begitu saja.

Andrea memutar otaknya, mencari cara agar dia keluar dari sana. Ia mengedarkan pandanganya ke sekeliling berharap menemukan bantuan dari apapun yang ada di sekitarnya sampai ia melihat sebuah parkiran kecil tepat di samping pos security, tempat khusus bagi penjaga keamanan kampus untuk memarkirkan kendaraannya. Diantara 5 motor yang terparkir disana terdapat sebuah motor dengan jenis terbaru yang akan berbunyi ketika ada orang yang menyenggolnya.

Segera saja Andrea menghampiri motor tersebut dan menendang kaca spionnya sampai pecah. Tak sampai hitungan detik motor itu berbunyi kencang sekali sampai-sampai bukan hanya Pak Security yang tadi memainkan ponselnya saja yang keluar. Polisi yang terkantuk-kantuk sambil nonton Ikatan Cinta juga ikut berlari keluar. Andrea berlari memasuki pos ketika kedua penjaganya keluar.

Kotak kaca itu dia buka tanpa masalah, namun yang menjadi masalahnya sekarang adalah terlalu banyak kunci dan penamaan untuk setiap kunci itu ditulis dengan huruf-huruf kecil. Ia hanya berharap dengan motor yang alarmnya bebunyi dan kaca spion yang pecah itu memberikannya cukup waktu untuk menelusuri satu persatu deretan kunci ini.

"Aduh..." salah satu security memasuki pos membuat Andrea dengan cepat bersembunyi di balik meja.

"Siapa sih yang berbuat iseng kaya gini?" keluhnya lalu terdengar suara laci ditarik. Andrea memejamkan matanya.

Semoga dia tak melihat ke sini.

Tepat di detik-detik terakhir sebelum security itu keluar dari pos Andrea dapat melihat dengan jelas tulisan Ruang Dosen tertulis di atas salah satu kunci. Tanpa menunggu waktu lama Andrea langsung mengambilnya dan berlari sekuat tenaga meninggalkan pos.

Di depan ruang dosen Zayyan sudah menunggu.

"Kuncinya dapat?" tanyanya.

Andrea nyengir dan menunjukan kunci yang berhasil dia curi dari pos security.

"Dia masih di dalam kan?" tanyanya.

Pria itu mengangguk. "Aku mengawasinya sejak tadi. Dia tak keluar sama sekali."

Tanpa menuggu waktu lama Andrea pun mengunci pintu ruang dosen. Kemudian bergegas pergi dari sana. Tugas mereka berdua sudah selesai untuk memastikan bahwa Pak Dino tidak bisa pulang malam ini. Sebelum pulang Andrea menyempatkan diri untuk menghampiri pos satpam dengan alasan meminjam telepon yang ada disana. Padahal sebenarnya ia diam-diam meletakan kunci ruang dosen ke samping kotak kaca.

Helaan napas terdengar beberapa kali dari mulut Zayyan membut Andrea harus menghentikan langkahnya dan menanyakan maksud dari helaan napas pria itu.

"Kamu gak seneng nyelamatin orang?"

"Kalau dipikirin lagi, Pak Dino memang orang yang gak pantas untuk hidup." katanya.

Andrea mengernyit. Jangan sampai Zayyan termakan doktrin dari organisasi itu seperti yang dikatakan oleh Bella. "Semua orang berhak hidup tak peduli baik atau buruk."

"Tapi kita mungkin kehilangan kesempatan."

Ia pun khawatir akan hal tersebut. Bella bilang petunjuk selalu ada di tempat kejadian. Namun malam ini mereka malah merencanakan skenario agar TKP tidak ada. Mereka menyelamatkan Pak Dino, orang buruk yang masuk ke dalam agenda organisasi itu. Namun, membayangkan besok masih bisa melihat Pak Dino hidup tanpa kekurangan apapun, rasanya itu akan sepadan dengan apa yang mereka korbankan.

"Petunjuk selalu ada di tempat lain." ujar Andrea meyakinkan. "Pasti ada waktu lain dimana kita bisa menemukan petunjuk tanpa harus menyaksikan kematian seseorang."

Zayyan tesenyum dan mengangguk setuju. "Gue harap Pak Dino gak nyari tahu kalau kita yang ngunci dia di ruang dosen."

Setidaknya untuk saat ini itu yang mereka harapkan. Akan jadi masalah besar jika ada orang yang tahu bahwa yang mengunci Pak Dino adalah mereka. Sudah cukup masalah yang mereka timbulkan dengan sering bolos karena menyelidiki Mr. D yang ternyata hanya seorang dari organisasi besar. Andrea tak ingin terlibat masalah lain. Begitu juga dengan Zayyan.

Setelah mengantar Andrea dengan selamat sampai ke depan rumah mereka pun berpisah.

Malam itu menjadi malam yang damai bagi Andrea. Menyelamatkan nyawa seseorang membuat ia merasa amat sangat senang. Ia merasa seperti pahlawan tak kasat mata. Senyumnya merekah lebar sekali sebelum akhirnya matanya tertutup.

Ketika pagi menjelang siapa yang akan mengira bahwa mimpi indah yang hinggap di tidur Andrea semalam, Pak Dino masuk kelas dan menegur Andrea yang tengah mati-matian menahan kantuk memanglah hanya mimpi.

Tak seperti biasa grup ramai sepagi ini, membangunkan Andrea yang hendak tidur lagi sampai jam 8 karena kelas pertamanya mulai jam 9.

Gadis itu terbangun karena suara nyaring notifikasi ponselnya yang bersahutan tak henti.

PANSOS NOMOR 1

Andita
Gila nih, gue jadi takut ngampus gara-gara udah ada dua orang yang meninggal

Chat dari Andita yang dituliskan di grup kelas pada notifikasi teratas ponselnya yang membuat Andrea akhirnya menegakan tubuhnya dengan cepat dan menscroll apa yang sedang di bahas di grup kelas sejak semalam.

Ia termasuk orang yang jarang membuka grup karena tak tertarik. Teman-teman satu kelasnya lebih sering membicarakan hal yang di luar konteks. Membuat ia malas. Butuh waktu yang cukup lama baginya untuk menscrool barisan chat tak jelas itu. Dia menahan rasa penasaran mati-matian.

Dua orang meninggal?

Apa maksud chat dari Andita tersebut. Siapa yang meninggal?

Sebelumnya Dea. Lalu sekarang siapa.

Andrea hampir gila karena terlalu banyak chat tak jelas namun belum satu pun membahas tentang kematian seseorang.

Lalu chat pertama yang dikirimkan Ridwanlah yang membuat jari Andrea akhirnya berhenti.

Selamat jalan Pak Dino
Semoga tenang di alam sana

Caption itu ditulis Ridwan setelah mengunggap foto formal Pak Dino di room chat. Apa yang ditulis Ridwan seketika mengundang banyak tanggapan lain. Mula-mula mendoakan Pak Dino agar tenang di alam selanjutnya dan berlanjut dengan gosip tentang kematiannya.

Andrea tak percaya dengan apa yang ia baca. Pak Dino ditemukan gantung diri di ruang Dosen dengan keadaan pintu terkunci dari dalam. Andrea tak bisa mempecayainya sama sekali. Ia melebarkan matanya berharap apa yang dibacanya bukan kebenaran. Ia ingat sekali semalam bersama Zayyan mengunci Pak Dino dari luar. Mereka pun memastikan bahwa pintu sebelumnya terbuka.

Ridwan
Waktu kematiannya diperkirakan pukul 7 malam
Padahal jam segitu biasanya masih banyak dosen yang pada lembur
Bisa-bisanya...
Gue juga gak percaya itu terjadi

Meskipun ada orang yang baru saja meninggal di kampus hal itu tak membuat kegiatan perkuliahan diliburkan. Garis polisi membentang di depan ruang dosen. Para mahasiswa berdiri di depan garis polisi sama-sama penasaran dengan tempat kejadian perkara yang menggemparkan seluruh mahasiswa tadi pagi. Andrea menerobos diantara tubuh-tubuh itu sampai akhirnya dia bisa berada di depan. Tiga orang polisi berjaga di depan garis polisi, berdiri siaga siap untuk mencegah orang lain yang hendak memasuki TKP yang masih di selidiki oleh tim forensik dari rumah sakit Dr. Suryono. Ia tahu karena melihat mobil tim forensik dari rumah sakit itu terparkir tak jauh dari sana.

Seramai apapun tempat kejadian perkara tak membuat suasana suram yang terasa berkurang. Seolah aroma orang yang baru meninggal di dalam ruangan itu dengan cara gantung diri atau mungkin digantung orang membuat keriuhan seolah sunyi. Ditempat seseorang meninggal memang kerap kali meninggalkan aroma dingin dan suram yang tak biasa.

Beberapa menit kemudian dua goran tim forensik keluar bersama dengan dua polisi yang Andrea kenal. Siapa lagi kalau bukan Fardhan dan Glen. Dari tempatnya berdiri ia melihat Fardhan berbicara akrab kepada petugas tim forensik itu sambil melepaskan sarung tangan karetnya, menepuk bahu salah satunya dan tersenyum. Glen yang baru saja membuang sarung tangan karetnya ke tempat sampah pun turut tersenyum sebelum dua orang tim forensik dari rumah sakit Dr. Suryono itu berpamitan.

Seorang polisi yang berjaga menaikan garis polisi agar petugas tim forensik dan Fardhan bisa melewati garis lebih mudah. Salah satu diantara tim forensik itu membawa koper berukuran sedang yang isinya mungkin alat-alat untuk penyelidikan di TKP. Percakapan antara Fardhan dan tim forensik itu terus berlanjut sampai dia mengantar mereka ke mobil.

"Terima kasih sudah membantu." ujar Fardhan lalu mengajak kedua orang itu bersalaman.

"Ya." jawab salah satu diantara mereka. "Semoga kita bisa segera menyelesaikan kasus ini." kemudian dia naik ke dalam mobil diikuti oleh rekannya.

Setelah melihat mobil tim forensik Dr. Suryono menghilang dari pandangan Andrea segera menghampiri Fardhan.

"Dia dibunuh?"

Pertanyaannya membuat Fardhan terkejut. Dari reaksinya sepertinya kasus Pak Dino memiliki dugaan bahwa itu bukan bunuh diri.

"Itu bisa dipastikan setelah hasil otopsi keluar." jawab Fardhan. Seperti biasa menjawabnya tanpa minat seolah Andrea adalah anak kecil yang sedang bermain detektif-detektifan.

"Gak ada yang keluar masuk ruang dosen sejak jam 6 sore." ujarnya. Seketika ia menyesali perkataannya. Tatapan Fardhan padanya berubah seketika itu juga, tatapan itu lagi. Persis seperti cara Fardhan menatapnya di ruang interogasi beberapa waktu yang lalu.

"Gue dan Zayyan berusaha mencegah hal itu semalam." Terlepas dari kecurigaan Fardhan padanya yang amat sangat kentara itu ia harus mengatakannya. Bagaimanapun mereka satu tim. Fardhan juga ingin menangkap Mr. D, pembunuh Dea.

"Kamu sadar apa yang kamu bilang ini bisa buat kamu dicurigai."

"Gue bisa matahin kecurigaan itu dengan bilang siap orang yang pengen bunuh Pak Dino dan alasannya."

Sebelum sempat Fardhan melontarkan hal lain tangan Andrea sudah lebih dulu ditarik seseorang menjauh.

"Lo sadar apa yang lo lakuin barusan?" Zayyan memelototinya setelah menghempaskan tangannya begitu saja. "Sekalipun kita bilang tahu siapa yang pengen bunuh Pak Dino, semalam kita gak punya alibi apapun. Dan kita terus berada di deket TKP. Jangan harap kita bisa menangkap Bella dan Mr. D... Kita yang bakalan lebih dulu tamat, Dre. Kita juga gak bisa percaya Fardhan gitu aja."

***

Aduh Andrea kenapa gegabah banget sih...

Jangan lupa vote sama komennya yaa

Nantikan kelanjutannya

Sending hug
Iis Tazkiati N
250221

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top