27. Jangan Hentikan Aku
~Siap-siap ya, akan ada kejutan tak terduga di part ini. Harap jangan mengumpat
Sebelum baca, vote dulu yaaa
***
"Dia minta tolong sama kita." ujar Zayyan.
"Kapan dia bilang butuh pertolongan kita? Dia mau kita bantuin apa?" Andrea menghardik Zayyan. "Gue gak ngerti sama lo, Za."
"Justru gue yang gak ngerti kenapa lo gak bisa ngelihat itu." Zayyan gelen-geleng kepala.
"Dia minta tolong dari apa? Gimana kita tahu apa yang harus kita tolong dari dia kalau dia gak bilang apapun."
"Dia sepertinya takut."
"Takut? Sama siap..." Seketika Andrea terkesiap. "Gue udah duga kalau dia emang tahu siapa Mr. D."
"Dia memang tahu." jawab Zayyan yakin. "Dari cara dia menghindari kita tadi, dia memang tahu siapa Mr. D."
Andrea terkekeh senang. Setelah teka-teki buntu selama ini tentang orang yang Zayyan sebut dengan Mr. D sebagaimana ia juga menyebut orang itu. Orang misterius yang bahkan tak ada yang tahu orang itu seperti apa. Apakah dia laki-laki atau perempuan, Zayyan juga tak tahu. Tidak juga Fardhan dan kepolisian. Orang dengan sebutan Mr. D itu seperti asap. Datang ketika ada api, ketika api sudah padam dia menghilang begitu saja. Seolah dia memang dihidupkan untuk menghilangkan nyawa perempuan bernama Dea.
Dan kenapa memilih Dea dari semua jenis nama pun tak ada yang tahu alasannya?
"Karena Bella tahu siapa Mr. D, dia tahu seberapa berbahayanya dia." ucap Zayyan. "Dia minta tolong dari itu sama kita."
"Masalahnya cuma Bella yang tahu siapa Mr. D, cuma dia yang tahu orang seperti apa dia."
Zayyan tersenyum manis sesaat. Menepuk pundak Andrea lalu berjalan melewatinya. "Kita harus cari tahu sendiri."
Gadis itu hampir berteriak sambil mengumpat, sejak ia terlibat dengan pencarian identitas Mr. D yang penuh misteri. Menyusun ribuan puzzle tentang siapa orang misterius itu. Yang awalnya ia sendiri meragukan pernyataan Zayyan bahwa ada orang dengan sebutan Mr. D yang membunuh gadis-gadis bernama Dea.
Andrea tidak mengumpat ketika Zayyan menemukan secarik kertas yang terjatuh tepat di belakangnya.
"Kata siapa Bella gak meninggalkan petunjuk apapun?" Zayyan tersenyum lebar.
Andrea mau tak mau ikut tersenyum. "Setidaknya Bella gak buat kita yang buta ini nyari-nyari sendiri."
Pada secarik kertas itu tertulis nomor telepon dan jam yang memperbolehkan mereka menghubungi nomor tersebut.
"Jam 11 sampai 11 lebih 15." Andrea mengeluh. "Cuma 15 menit."
"Gue yakin ini cukup, Dre." Zayyan memasukan kertas tersebut ke saku jaketnya. "Bella lebih cerdas dari kita. Dia pasti tahu apa yang harus dilakukannya agar dia selamat."
Mau tak mau Andrea mengangguk.
***
Lima menit sebelum jam 11 Zayyan menelponnya. Terjadi perbincangan kecil sebentar sebelum akhirnya panggilan Zayyan dsambungkan dengan nomor telepon yang tertulis pada kertas. Tak sampai deringan kedua Bella sudah mengangkat telepon tersebut. Seolah di ujung sana Bella menunggu-nunggu.
"Hallo." sapa Bella, suaranya amat sangat kecil, lebih terdengar seperti bisikan sehingga maupun Andrea atau Zayyan harus benar-benar memasang telinganya baik-baik.
"Bel?" ucap Andrea tak yakin.
"Ya, ini gue." barulah setelah Bella menjawab Andrea yakin bahwa memang benar pemilik nomor itu adalah Bella.
Hening selama beberapa detik. Baik Andra atau Zayyan hanya menunggu Bella berbicara, mereka yakin gadis itu mempunyai sesuatu untuk dikatakan sehingga harus diam-diam menjatuhkan nomor teleponnya seperti itu di perpustakaan. Bermain petak umpet dengan menuliskan kapan waktu mereka bisa menghubungi nomor tersebut.
"Gue tahu siapa orang itu." ujar Bella ditengah keheningan.
Andrea tersenyum senang. Akhirnya...
"Tapi sebelum gue kasih tahu siapa dia dan kenapa dia bunuh Dea, Rineka dan yang lainnya..."
"Tunggu... Rineka?" potong Andrea. Ia tak tahu bahwa Rineka juga korban dari orang itu.
Bella menghela napas. "Rineka juga gak bunuh diri."
Pernyataan itu cukup untuk menjelaskan bahwa kematian Rineka tak berbeda jauh dengan cara orang itu membunuh Dea.
"Orang itu gak cuma satu." ujar Bella. "Yang kalian sebut Mr. D bukan cuma satu orang. Mereka tersebar dimana-mana, mereka sekumpulan orang yang menjalankan misi suci untuk menghilangkan orang-orang gak berguna di dunia ini."
"Mereka sebuah organisasi?" tanya Zayyan tak yakin dengan fakta baru yang didengarnya, pertanyaannya lebih terdengar seperti gumaman yang tak perlu untuk di jawab. Selama ini mereka berdua terlalu sibuk mencari tahu siapa Mr. D karena mengira orang itu hanya satu orang. Melalui apa yang Bella katakan rasanya itu masuk akal untuk menjadi alasan kenapa mereka tak pernah bisa melacak siapa orang itu. Karena mereka bukan cuma satu orang, sebuah organisasi yang memiliki misi suci untuk memusnahkan orang-orang tak berguna di dunia ini.
Bahwa akan banyak sekali alasan bagi orang-orang itu untuk membunuh seseorang.
Sayangnya Andrea dan Zayyan selama ini terlalu fokus mencari satu orang dan alasan pembunuhannya. Sedangkan dengan jumlah orang yang lebih dari satu itu memungkinkan mereka punya alasan memusnahkan seseorang dengan alasan yang berbeda-beda.
"Tapi... Dari mana lo tahu kalau orang yang kami kejar-kejar selama ini bukan cuma 1 orang?"
Tepat sasaran, Andrea menanyakan hal yang amat sangat penting.
Jika saja kepolisian tidak tahu bahwa ada sekelompok orang yang membunuh untuk menjalankan misi suci tak jelas darimana pedomannya, maka seharusnya Bella pun tak tahu. Seharusnya Zayyan yang mengejar Mr. D sejak dulu tahu bahwa orang yang dicarinya bukan cuma 1 orang. Tapi sebuah organisasi.
"Karena gue bunuh Rineka dengan bantuan mereka."
Andrea kehilangan kata-kata mendengar pengakuan tersebut. Ia tahu bahwa hubungan Bella dan Rineka tak bisa dibilang baik. Bella juga pernah mengatakan padanya bahwa ia benci Rineka karena dia selalu menekan untuk mencabut beasiswanya. Padahal urusan pribadi tak boleh mempengaruhi hal tersebut. Bahwa Bella mendapatkan beasiswa tersebut karena memang dia layak.
"Setelah gue kasih tahu ini ke kalian, gue akan menyerahkan diri ke polisi." ujar Bella. Dari cara bicaranya dia seperti sudah merencanakan baik-baik hal tersebut. Tak ada keraguan atau ketakutan sama sekali dari caranya berbicara.
"Dari mana lo tahu tentang mereka?" tanya Zayyan. "Mr. D... Maksud gue orang-orang itu gak mungkin tiba-tiba muncul di depan lo gitu aja dan menawarkan bantuan buat bantu bunuh Rineka."
"Mereka memang seperti itu." jawab Bella. "Malam itu tiba-tiba saja ada orang yang telepon gue dan gue tahu siapa dia. Kita semua di suruh diam dan merahasiakan tentang organisasi ini. Nyatanya gue tetap orang pengecut yang gak bisa lari dari kesalahan setelah gue bunuh orang."
"Meskipun konsekuensinya lo harus masuk penjara dan kehilangan beasiswa lo dengan nanti mengaku."
"Ya." terdengar nada sedih dari Bella. Andrea, Zayyan, dan semua orang tahu bagaimana ambisiusnya Bella untuk mempertahankan nilai dan beasiswanya. "Sebelum mereka menjalankan misi besar mereka. Gue harus bicara."
"Tunggu misi besar?" sela Zayyan.
"Pemusnahan besar-besaran."
Andrea dan Zayyan bungkam. Sama-sama tahu bahwa yang dikatakan Bella bukan hal baik.
"Pertama gue akan menjelaskan tentang mereka dan misi seperti apa yang diberikan kepada setiap anggotanya." Bella menjeda kalimatnya. "Pertama mereka akan nyuruh anggota buat bunuh orang yang dibenci. Gue bunuh Rineka karena gue benci sama dia. Ketika misi itu berhasil dan tak ada yang tahu bahwa itu adalah pembunuhan maka misi itu berhasil. Setelah itu mereka akan nyuruh bunuh orang gak berguna menurut mereka. Mereka punya agenda khusus untuk itu. Dan gue... gue harus bunuh Pak Dino."
Lagi-lagi kalimat Bella membuat Andrea dan Zayyan tak bisa berkata-kata.
"Waktunya... besok malam."
"Lo akan bunuh orang lagi?" Andrea hanya memastikan. Berharap Bella tak akan benar-benar melakukan itu.
Terdengar helaan napas dari sana lalu hening beberapa detik sebelum aakhirny Bella menjawab, "Ya, gue akan bunuh dia."
"Karena alasan apa?"
"Pemerkosaan, pemerasan dengan imbalan menaikan nilai mahasiswa. Alasan seperti itu udah cukup buat membuat nama dia ada di daftar orang-orang yang harus dimusnahkan." Bella tertawa. "Meskipun gue setuju dengan alasan bahwa orang-orang seperti itu gak seharusnya hidup di dunia, gue tetap yakin bahwa ada hukuman yang lebih pantas dia dapatkan di dunia ini. Setiap orang berhak punya pengampunan, berhak bertobat. Sayangnya gak ada kata itu dalam kamus mereka. Satu hal lagi, anggota kami gak bisa di lacak dengan apapun namun bukti selalu ada di tempat kejadian."
Andrea belum menanyakan padanya tentang agenda besar yang dimiliki organisasi itu lebih lanjut, belum juga menanyakan alasan mereka membunuh Dea sahabatnya dan Dea saudara tiri Zayyan ketika dari ujung sana Bella mematikan panggilan sepihak. Ketika Andrea menatap jam, benar saja sudah 15 menit mereka berbicara dengan Bella.
"Kita belum menanyakan banyak hal." ucap Zayyan. Hal yang sama juga yang saat ini ada dalam pikiran Andrea.
"Bahkan kita gak tahu bagaimana Bella bisa masuk ke organisasi itu." Andrea mendesar frustasi. "Jadi masuk akal kalau Dea di bunuh. Banyak orang yang benci sama dia waktu itu."
"Besok malam..." kata Zayyan. Andrea yang berada di ujung lain pria itu seperti sudah mengerti apa yang ingin Zayyan katakan.
"Kita mungkin harus membiarkan Pak Dino dibunuh."
Seperti yang Bella katakan bahwa bukti selalu ada di tempat kejadian itu artinya mereka harus membiarkan ada TKP lain dan Bella memberikan petunjuk bahwa besok malam akan ada TKP baru. Pembunuhan baru. Pembunuhan Pak Dino.
Namun hal itu membuat mereka berdua bungkam dilanda kebimbangan yang cukup lama. Bagaimana mereka berdua bisa membiarkan suatu pembunuhan terjadi sementara mereka tahu dan mungkin bisa menghentikannya. Namun, mereka tak akan bisa menemukan petunjuk tentang siapa mereka dan kenapa mereka melakukan pembunuhan dalam agendanya.
Sebagai manusia yang ingin hidup lama Andrea jelas menentang hal itu, membiarkan Pak Dino mati di tangan Bella sama saja dengan dirinya melumuri seluruh tubuhnya dengan darah Pak Dino. Secara tak langsung ikut melakukan pembunuhan itu. Menjadi komplotan.
"Kita gak punya jalan lain." Andrea yakin Zayyan juga merasakan hal yang sama dengannya. Sangat jelas sekali dari suaranya yang ragu-ragu. "Kita berdua punya alasan untuk melakukannya." suara Zayyan bergetar.
Gadis itu menahan tangis mati-matian sehingga suaranya tak keluar sama sekali. Membayangkan dirinya menyaksikan pembunuhan Pak Dino...
"Bella minta kita jangan menghentikan dia." lanjut Zayyan. Jelas Andrea juga tahu hal itu.
Aku akan membunuh Pak Dino. Besok malam waktunya. Kalian bisa mendapatkan bukti dari TKP. Maka... jangan hentikan aku.
Itu menjadi kesimpulan dari semua perkataan Bella.
Ini melanggar kemanusiaan.
***
Mengetahui kapan seseorang akan mati tak pernah sekalipun terjadi dalam hidup Andrea. Tak pernah ia inginkan. Ia merasa seperti malaikat kematian. Orang yang akan mati nanti malam lewat di depannya tersenyum dan tiba-tiba menyapanya. Tak membalas sapaan itu Andrea malah melengos pergi begitu saja. Membuat pak Dino keheranan dengan sikapnya.
Setelah ia ingat bahwa perangai Andrea memang seperti itu dia pun melanjutkan langkah kaki menuju ruangannya dan tak menghiraukannya sama sekali.
Tepat beberapa meter dari tempatnya berdiri ada Bella disana, tengah duduk di bangku sendirian dan menatap pak Dino yang baru masuk ke ruang dosen. Pemangsa memang cenderung suka memata-matai mangsanya terlebih dahulu.
Dari tempatnya Bella menatap Andrea dengan tatapan dingin. Tatapan itu seolah mengatakan Jangan hentikan gue.
Persis sekali dengan penafsirannya dan Zayyan semalam. Fakta bahwa Bella memang akan menyerahkan diri ke polisi setelah membunuh Rineka, nyatanya Bella tak ingin ia menghentikannya untuk membunuh dosen yang dari luar terlihat baik namun ternyata korup itu. Bella beranjak dari tempat duduknya setelah memastikan mangsanya masuk ke dalam sarang.
Andrea mengikuti Bella yang masuk ke toilet. Tak peduli dengan dua mahasiswi lain yang berada di toilet Andrea seketika mendorong Bella ke dinding. Tumpukan buku di tangan Bella jatuh begitu saja di lantai toilet.
"Lo beneran haru melanjutkan ini?" Andrea seharusnya tak kehilangan kesabaran. Tapi ia tak bisa membiarkan orang lain mati di hadapannya.
Bella hanya diam dalam kurungan Andrea. Menatapnya dingin. "Gak ada yang bisa lo lakukan, Dre."
"Ada!" Andrea berteriak. "Yang gue lakukan adalah menghentikan lo sekarang."
Teriakan Andrea ternyata cukup untuk membuat dua mahasiswi yang tengah memperbaiki riasannya untuk buru-buru membereskan pouch make upnya dan keluar dari toilet.
"Sekalipun lo menghentikan gue, akan ada orang lain yang menggantikan gue melakukannya."
Andrea mencengkeram kemeja Bella dengan marah.
"Yang harus lo lakukan adalah mengumpulkan bukti sebanyak mungkin dan tangkap mereka sampai ke akarnya."
Perlahan cengkeraman Andrea mengendur.
"Dia seharusnya udah mati sejak lama."
Bella benar-benar tak mau dihentikan.
***
Hai.... Sejauh ini gimana nih...
Makin gereget gak sih wkwk
Jangan lupa tinggalkan vote sama komennya yaaa
Iis Tazkiati N
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top