26.Memang

Hai, selamat malam

Mr. D comeback lagi...

Vote sama komen ya biar makin bergelora semangt ku nulis cerita ini wkwk

Happy reading!!

***

Pemilik tulisan itu memang Bella. Andrea menatap kedua kertas itu, yang satu surat ancaman dari paket bersimbah darah itu dan satu lagi kuisioner yang ditulis oleh Bella. Ia meremas rambutnya, tak mengerti dengan keterkaitan Bella secara tiba-tiba. Bella adalah Mr.D, Mr.D adalah Bella. Haruskah ia percaya hal ini?

Jika memang benar, berarti Bella lah yang membunuh Dea.

"Dre." Zayyan menyentuh pundaknya. Laki-laki itu barus saja datang dari rumah perlindungan sehabis menemani Meri.

Segera Andrea menunjukan dua benda yang sedang di tatapnya yang membuat frustasi dan... bingung.

"Ternyata memang dia." reaksi Zayyan yang terlalu datar itu membuat Andrea seketika heran. Seolah pria ini sudah tahu sebelumnya sudah yakin bahwa pemilik tulisan itu adalah Bella.

"Dia yang membunuh Dea?" tanya Andrea. Entah kenapa ia sendiri tidak yakin dengan spekulasinya. Jika mengingat sosok Bella yang memang cerdas dan terlihat tangguh, Andrea tahu bahwa Bella adalah orang yang lemah. Seseorang yang ketika melihat kuning pincang saja menangis. Membayangkan Bella membunuh Dea seperti suatu kemustahilan.

Butuh keberanian yang besar untuk membunuh.

Butuh juga rencana yang matang untuk membunuh.

Meskipun terkadang seseorang membunuh karena alasan sepele sekalipun.

Zayyan menghela napas. "Bukan dia." katanya. Ia memijat pelipisnya, terlihat pusing.

Andrea juga sama, semakin hari teka-teki ini semakin tak jelas. Siapa Mr. D pun mereka tak berhasil menemukan satu petunjuk pun. Alasan Mr. D membunuh pun tak jelas. Meskipun dia memiliki ciri khas membunuh perempuan-perempuan bernama Dea seolah dia punya dendam tersendiri pada pemilik nama itu.

Tapi apakah memang itu alasannya.

Siapa dia sebenarnya.

"Tapi sepertinya Bella tahu siapa Mr. D." kata Zayyan.

"Jadi..."

"Kita bisa mendapatkan informasi dari dia."

Kemudian mereka berdua berangkat untuk menemui Bella. Untungnya Bella bukan orang random yang bisa berada dimana saja. Bella dengan ambisinya menjadi terbaik namun harus mati-matian mempertahankan beasiswa yang diberikan oleh perusahan mendiang Rineka itu ditemukan di perpustakaan kampus. Gadis berkacamata itu tengah duduk sendirian di sudut tersepi menghindari suara-suara bising dari yang lain.

Andrea dan Zayyan melewati rak X, Y kemudian Z sampai akhirnya ia menemukan Bella tengah duduk disana ditemani sebotol air mineral. Posisi duduknya yang dekat dengan jendela besar yang menghadap ke kedung sekertariat persis sekali dengan apa yang dikatakan oleh penjaga perpusatakaan.

"Seharusnya gue sadar kalau lo tahu sesuatu." Dea meletakan tulisan ancaman yang dia temukan di paket berdarah itu di depan Bella.

Gadis berkaca mata itu menghentikan aktifitasnya. Tatapannya terpaku pada kertas yang Andrea letakan di hadapannya.

Untuk menambahkan alasan kenapa Andrea dan Zayyan menghampiri Bella, ia pun meletakan foto tulisan tangan Bella yang mereka dapatkan dari hasil memfoto diam-diam tugas yang akan dikumpulkan.

"Ini tulisan lo." kata Zayyan.

Bella menghela napas. Diamnya Bella yang tak membantah itu membuat mereka yakin bahwa Bella memang orang yang mengirimkan paket berisi peringatan agar Andrea tak mencari tahu tentang Mr. D. Bella memang tahu sesuatu.

"Gue gak tahu apa yang kalian maksud." Bella tiba-tiba membereskan barangnya asal. Kemudian pergi secara tergesa-gesa.

"Bel!!" Andrea mengejar Bella dan berhasil menghalangi jalannya. Bella yang lebih pendek beberapa senti darinya itu mengarahkan pandangannya ke arah lain. "Lo tahu sesuatu."

"Gue gak tahu." Bella kali ini membalas tatapan orang di hadapannya.

Cara Bella menatap Andrea tak seperti orang yang marah, layaknya seseorang yang dituduh melakukan sesuatu yang tidak dia lakukan. Tatapan Bella pada Andrea seolah mengatakan bahwa dia takut, seolah mengatakan 'tolong aku'. Zayyan mellihat hal itu namun rupanya Andrea tak menyadarinya.

"Jangan ngelak terus. Lo tahu apa yang gue maksud Bel!" Andrea menekankan ucapannya. "Bukti ini cukup." Andrea menunjukan surat ancaman dari paket misterius itu tepat di depan wajah Bella.

Bella menghela napas. "Lihat lo kaya gini, gue faham kenapa Rineka bisa meninggal."

Andrea mengernyitkan alisnya. Ia tidak sedang membahas tentang kematian Rineka. Andrea sekarang tak penasaran sama sekali tentang penyebab gadis itu meninggal. Karma dari perbuatan buruk memang seharusnya berjalan seperti itu. Orang yang berbuat jahat seharusnya meninggal lebih awal. Seharusnya Rineka lah yang meninggal bukan Dea.

Lalu tanpa mengucapkan apapun lagi Bella melenggang pergi.  Ia hendak mengejar gadis itu dan memaksanya untuk mengaku namun Zayyan lebih dulu mencekal pergelangan tangannya dan menggeleng.

"Kenapa?" Andrea menghempaskan tangan Zayyan. "Dia pasti tahu sesuatu."

Gadis itu besikeras mengejar Bella. Namun lagi-lagi Zayyan menghentikannya.

"Kita pengen cepet-cepet tahu siapa Mr. D kan?"

Zayyan menghela napas. "Memang."

"Dan Bella..." Andrea menunjuk ke arah kepergian Bella. "Dia tahu sesuatu."

"Memang." jawab Zayyan lagi. Laki-laki ini pun yakin bahwa Bella memang tahu sesuatu.

Terkadan Andrea tak mengerti. Satu waktu Zayyan seperti orang kesetanan ketika mencari tahu tentang orang berbahaya yang dia sebut dengan Mr. D. Tidak,  sekarang Andrea pun menyebut orang itu dengan sebutan yang  sama. Kalung berbandul huruf D dan surat ancaman itu membuat ia akhirnya yakin bahwa Mr. D memang ada. Dan dia berbahaya.

Mereka harus menemukannya. Tentu saja.

Namun, Zayyan malah membuat keadaan sekarang menjadi membingungkan bagi Andrea. Dia melakukan hal yang tak wajar padahal wajarnya sekarang mereka mengejar Bella dan membuatnya mengaku.

"Bella minta tolong sama kita." ujar Zayyan tiba-tiba.

***

Gimana nih gaes part ini?
Komen dungs

Oh iya, aku cuma mau bilang, kalau banyak orang yang nyebelin bahkan mungkin diri kita sendiri nyebelin buat kita. Jangan lupa cara bersabar ya...:)

Sending Hug

Iis Tazkiati Nupus
070221



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top