20. Yang Baik Belum Tentu Baik

Hai, selamat sore

Apa kabar?

Masih ada yang setia nunggu Mr. D kan?

Selamat membaca!!
Dan selamat melepas rindu pada cerita ini, Andrea, Zayyan, Fardha, Glen, dan yang lainnya

***

"Fardhan bilang apa?"

"Dia bilang dia menemukan keberadaan pacarnya Dea."

Andrea terdiam beberapa saat di tempatnya, antara percaya dan tak percaya. Ferdi sudah menghilang begitu lam tanpa terdengar kabarnya sama sekali.

"Bagaimana mereka bisa menemukan Ferdi?"

Zayyan menggenggam tangan gadis itu. Sentuhan tangannya yang hangat membuatnya mendongak dan wmenatap wajahnya begitu intens. Ada senyum yang terukir di wajah pria ini. "Itu yang harus kita cari tahu."

"Aku ingin menangis." Andrea menghela napas. Matanya berkaca-kaca, kembali teringat perjuangan Dea untuk bertemu dengan Ferdi.

Mereka berdua pun beranjak dari tempat persembunyian, tidak ada yang aneh dengan Pak Dino. Selama mereka mengikuti dosen muda itu tidak ada yang mencurigakan sama sekali, dia bertingkah seperti orang normal pada umumnya. Pergi bekerja, bertemu orang-orang, menunjukan emosi yang seharusnya, mengunjungi tempat-tempat yang biasa dikunjungi orang-orang, lalu pergi pulang setelah lelah.

"Besok kita masih harus mengikuti Pak Dino." ujar Zayyan tiba-tiba. Andrea menatap pria yang duduk di sampingnya itu.

"Hari ini kita terlalu banyak melihat hal baik." lanjut Zayyan.

"Maksudnya?" Andrea tidak mengerti. Ia pun merasa bahwa besok mereka harus mengikuti Pak Dino, pengintaian tidak bisa dilakukan sehari saja. Namun, ia tidak mengerti apa yang Zayyan maksud hanya melihat hal baik.

"Yang kita lihat terlalu rapi." Zayyan menoleh. "Dia tidak merokok sama sekali."

Andrea membulatkan matanya. "Aku lupa dia perokok."

Zayyan tersenyum kemudian kembali mengarahkan tatapan ke depan. Jalanan malam sudah lumayan lenggang. Membuat supir taxi leluasa untuk menjelajahi jalanan Bandung dengan kecepatan maksimal. Tak sampai 30 menit mereka tiba di depan kantor polisi tempat Fardhan bekerja. Andrea turun terlebih dahulu sementara Zayyan harus membaya argo taxi terlebih dahulu.

Meskipun malam sudah larut, kesibukan di kantor polisi terlihat sama. Berapa polisi berlari keluar dengan tergesa-gesa, salah satu dari mereka berlari dengan handphone berada di telinga. Karena mereka melewati Andrea dan Zayyan, ia sempat mendengar polisi tersebut mengumpat kepada orang yang sedang bertelepon dengannya.

Tak lama setelah itu sebuah mobil menepi. Seorang pria paruh baya keluar dari balik kemudi kemudian berlari ke arah yang berseberangan, membuka pintu dengan cara yang menyeramkan kemudian menyeret seorang anak berpakaian lusuh yang tangannya diikat dengan kabel ties untuk keluar dari mobilnya. Anak itu berkali-kali meminta maaf sambil menangis kencang namun pria paruh baya tersebut mengabaikan permohonan maafnya. Sebelah tanganya yang tak dia gunakan untuk menyeret anak itu melayang ke udara kemudian memukul wajah anak itu menyuruhnya diam.

"Kamu pikir minta maaf saja sudah cukup, ha!!" hardiknya dengan suara yang amat sangat lantang. "Kamu mencuri di tokoku, kamu pantas aku bawa ke tempat ini gembel!!" suara keras yang dikeluarkan pria itu seolah ingin memberitahukan kepada seluruh dunia bahwa anak lusuh tersebut tertangkap basah mencuri dan dia pantas untuk diseret dan dibentak-bentak seperti itu terlepas dari beribu maaf dan literan air mata yang keluar dari mulutnya.

Kadang kita toleran terhadap kesalahan yang diperbuat oleh orang yang dikenal, seberapa banyak orang itu menyakiti, seberapa banyak orang itu mengambil sesuatu yang tidak seharusnya diambil, bahkan seberapa banyak orang itu menyebabkan kerugian terhadap seseorang. Kalau seseorang itu kenal, banyak yang lebih toleran dan memaafkan begitu saja dengan harapan orang itu akan memperbaiki diri. Namun, lebih seringnya orang yang diberi toleransi tersebut melewati batas dan melakukannya berulang-ulang. Lalu apa yang dilakukan seseorang itu, memaafkan lagi, lagi, dan lagi. Berharap ada perubahan lagi, lagi dan lagi.

Beda halnya dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang yang tak dikenal. Besar kecilnya kesalahan tergantung seberapa lusuh penampilannya. Seperti anak itu, hanya karena penampilannya amat sangat lusuh dan tak terawat. Tindakannya yang mencuri air mineral dari toko pria paruh baya itu menjadi terkesan kesalahan yang amat sangat besar. Bukannya Andrea membenarkan tindakan anak lusuh itu yang mencuri di toko pria paruh baya itu. Hanya saja, jenis sanksi yang diberikan pria itu dengan menyeret anak itu ke kantor polisi dan meneriakinya dengan suara yang amat sangat keras seolah dia ingin semua orang tahu bahwa tidak sepantasnya mengasihani anak jalanan terlalu berlebihan.

"Aku yakin, anak itu punya alasan kenapa dia mencuri." gumam Andrea yang diam-diam merasa iba melihat anak itu diseret kemudian di dudukan di depan seorang polisi muda yang sebelumnya terkantuk-kantuk di mejanya tersebut sampai kemudian segar kembali karena teriakan pria paruh baya yang mengatakan ingin memenjarakan anak itu.

"Dre." Zayyan menghentikan langkahnya. Sepuluh langkah lagi mereka tiba di depan ruang interogasi dimana mereka akan bertemu dengan Fardhan.

Andrea ikut menghentikan langkahnya.

"Mau berjanji sesuatu?"

Sebelah alisnya terangkat.

Sesaat Zayyan menatap pintu ruang interogasi lalu kembali menatap Andrea. Senyumnya terukir. "Jangan kepalin tangan lo."

"Ha?"

Sebelum sempat Zayyan menjawab, pintu ruang interogasi sudah lebih dulu terbuka. Fardhan keluar dari sana diikuti Glen dan seorang pria yang amat sangat ia kenali.

"Sialan!" umpat Andrea. Sebelum sempat dia berlari untuk menghajar pria yang pantas untuk mati itu Zayyan menarik pundaknya sehinga ia mundur dua langkah.

"Andrea." Ferdi memanggil namanya dengan suara parau. "Kenapa gak ada yang ngasih tahu gue kalau Dea meninggal?" tanyanya dengan suara bergetar.

Sekarang disinilah mereka berada, duduk di bangku taman yang berada di samping kantor polisi. Zayyan dan Glen berdiri tak jauh dari mereka. Ferdi menangis tersedu-sedu. Entah menyesali sikap tak bertanggung jawabnya yang pergi setelah tahu Dea hamil atau sedang berpura-pura. Andrea mencoba untuk membaca arti dari air mata yang mengalir keluar dari mata pria yang membuat tangannya mati rasa karena mengepal sejak tadi tapi tidak bisa ia hantamkan sesuai keinginannya. Jika saja Zayyan tidak menyuruhnya untuk tidak menghajar Ferdi, mungkin sekarang ia sudah membuat hidung Ferdi patah atau mungkin lebih daripada itu.

"Kenapa gak ada yang ngasih tahu gue kalau Dea meninggal?"

"Sebelum gue bisa jawab itu, lo mau ngasih tahu gue kemana aja lo selama ini?"

"Gue pergi." jawab Ferdi.

"Itu yang bikin gue pengen mukul lo."

Ferdi tersenyum pahit dengan tatapan terarah pada kepalan tangan Andrea. "Gue tahu." ujarnya lalu menghela napas. "Kenapa lo gak pukul gue aja?"

Andrea melirik Zayyan. "Gue gak bisa."

"Dre, gue harus menenangkan diri gue setelah tahu kalau Dea hamil."

"Itu yang bikin gue pengen bikin kaki lo pincang seumur hidup."

"Gue selalu bersyukur Dea punya orang seperti lo disampingnya. Orang yang mau mati demi Dea."

"Orang yang lo syukuri selalu ada disamping Dea ini adalah orang yang paling pengen banget lo pergi dari kehidupan Dea sejak lama. Sekaligus orang yang pengen lo kembali buat Dea setelah gue tahu apa yang terjadi pada Dea. Gue berharap lo ada buat Dea."

"Gue memang pengecut."

"Gue lebih tahu seberapa pengecutnya elo, Fer."

"Tapi Dre," Ferdi menjeda kalimatnya. "Walaupun begitu gue gak menyesal pergi."

"Maksud lo apa ngomong kaya gitu?"

"Karena gue gak harus bertanggung jawab atas sesuatu yang bukan perbuatan gue."

Kening Andrea berkerut tidak mengerti. Sesuatu yang tidak diperbuat Ferdi?

"Dea yang nyuruh gue pergi, dan gue menurutinnya. Dia yang pengen gue pergi dari kehidupannya. Awalnya terasa berat, meskipun bayi yang ada dalam kandungan Dea bukan anak gue, namun saat itu gue berniat buat bertanggung jawab."

"Maksudnya?"

"Dea minta putus dari gue, dia bilang cowok yang hamilin dia bakal bertanggung jawab sehingga gue harus pergi."

"Tunggu... tunggu..." Andrea kurang mengerti dengan apa yang Ferdi katakan. Jelas-jelas waktu itu Dea bilang kalau Ferdi meninggalkannya setelah dia tahu bahwa Dea mengandung anaknya.

"Gak semua hal yang terlihat baik bener-bener baik. Jangan percaya cuma sama satu indra."

Ferdi dipulangkan ke rumahnya setelah semua alibinya selama kepergiannya bisa dibuktikan. Namun, Fardhan dan Glen mengatakan padanya dan Zayyan bahwa meskipun alibinya bisa dibuktikan, itu tidak menjadi hal yang membuat pria itu lolos begitu saja.

"Gue bakal ngawasin dia." ujar Glen. Dia menghela napas keras sampai suaranya helaan napasnya terdengar. "Alibinya terlalu rapi."

Karena Glen dan Fardhan akan mengawasi Ferdi mereka berdua tidak bisa mengatakan tentang apa yang Andrea dengar dari Bella. Bagaimanapun juga ia belum bisa membuktikan bahwa Dea dan Pak Dino mempunyai hubungan. Dia saja bisa membohongi semua orang tentang hubungannya yang terlihat baik dengan Rineka.

Ada banyak sekali hal yang terlihat meyakinkan tapi sebenarnya tidak bisa dipercaya sama sekali. Bagi Andrea sesuatu yang bisa dia percayai masih menjadi pertanyaan. Apa yang membuat orang dengan mudahnya menaruh rasa percaya pada orang lain? Syarat untuk percaya ditengah banyaknya hal yang dapat mengecewakan.

Andrea menoleh pada Zayyan yang berjalan disampingnya. Karena malam sudah larut Zayyan mengantarnya pulang ke rumah dengan alasan keselamatan. Terkadang Andrea penasaran apa yang membuat Zayyan percaya padanya sehingga mau memecahkan kasus Dea yang katanya berhubungan juga dengan kasus kematian kakak tirinya itu.

"Jangan percaya pada hal-hal baik dan yang terlihat lemah." gumam Zayyan dengan pandangan terarah ke satu tempat.

Ia pun mengarahkan tatapan kearah yang sama dan menemukan anak lusuh yang tadi ditemuinya di kantor polisi. Anak yang diseret-seret sambil dihardik sedemikian rupa oleh pria paruh baya pemilik toko karena dia mencuri sebotol air mineral.

Terlihat anak itu celingak-celinguk di depan toko yang buka 24 jam. Penjaga toko yang duduk dibalik mesin kasir tekantuk-kantuk dengan sebelah tangan bertopang di bawah dagu untuk membuatnya tetap tegak. Namun, semua orang tahu bahwa penjaga toko itu sedang dilanda rasa kantuk yang amat sangat berat.

Dari jarak 10 meter ia dan Zayyan melihat anak itu memberi komando seolah mengatakan bahwa situasi aman. Beberapa detik kemudian beberapa anak yang sepantaran dan seorang bocah yang terlihat amat sangat muda, kira-kira 5 tahun usianya berlari kecil menghampiri anak lusuh di kantor polisi tadi. Kemudian sesuatu yang amat sangat mengecewakan Andrea saksikan. Tindakan berlebihan pemilik toko yang tadi dia maki di dalam hati seketika ia setujui.

Anak lusuh dan teman-temannya menyelinap diantara rak-rak mengambil beberapa makanan kemudian berlarian keluar setelah mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Terlepas dari alasan mereka, sesuatu yang salah tetaplah salah." ujar Zayyan membuat Andrea menoleh padanya lagi.

***

Halloooo....

Udah lama banget ya gak up Mr. D

Rindunya udah terbayarkan kan?

Gimana nih sama part ini? Komen dong hihi

Nantikan terus kelanjutannya yaa meskipun ngaretnya kebangetan

Sending hug

Iis Tazkiati Nupus
020820

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top