19. Ferdi Ditemukan
Hai, selamat malam!!
Ketemu lagi sama Andrea dan Zayyan
Ada yang kangen?
Jangan lupa vote sama komentarnya yaa
Selamat membaca!!
***
Bela menceritakan kejadian pada hari dimana Dea meninggal. Andrea mendengarkan dengan seksama bahkan saat Bella mengatakan bahwa dia melihat Pak Dino datang menemui Dea pun dia mendengarkannya.
Ini yang sampai saat ini masih jadi pertanyaan buat diri gue sendiri." Ucap Bella, dahinya mengernyit. "Kenapa Pak Dino datang setelah Dea menelponnya?"
"Pak Dino..." gumam Andrea.
"Kalau gue gak balik lagi karena khawatir lihat Dea yang nangis sendirian di ruang seni tari tradisional mungkin gue ga bakal lihat hal itu. Gue nggak bakalan lihat Pak Dino nyamperin Dea. Apa lo tahu kalau dia sama Pak Dino hubungan?"
"Hubungan?" tanya Andrea heran. Hubungan seperti apa yang Bella maksud.
"Gue lihat mereka pelukan.
"Lo ga salah lihat."
"Mata gue minus tapi nggak bisa bedain apa yang lagi orang lakuin walaupun dari kejauhan. Mereka perlukan."
Andrea semakin tidak mengerti, ia merasa semakin frustasi. Kenapa semua menjadi lebih membingungkan.
"Kenapa lo gak bilang tentang hal itu waktu di introgasi."
"Seburuk apapun perlakuan Rineka sama gue. Dia tetep sahabat gue. Gue pikir gue harus sembunyian hal itu."
"Tapi setelah itu gue lihat Pak Dino keluar. Dea ditinggalkan sendirian lagi."
"Gue melihat Dea nangis lagi. Tapi udah sampai situ. Gue balik lagi ke taman. Dan tahu apa yang gue temukan pas gue balik ke taman? Dea jatuh. Dengan mata kepala gue sendiri gue lihat saat di mana tubuh Dea melayang di udara sebelum akhirnya jatuh ke tanah. Dea jatuh tepat di depan mata gue."
"Maksud lo orang yang terakhir sama Dea, Pak Dino?"
Bella mengangguk, "Yang gue lihat Pak Dino."
"Apa mereka punya hubungan?" pertanyaan itu lebih bisa dikatakan pertanyaan untuk dirinya sendiri.
"Gue gak tahu."
Andrea termenung. Jika memang mereka punya hubungan, bagaimana bisa Andrea tidak tahu hal tersebut. Dan kalau dipikir-pikir, beberapa bulan sebelum Dea meninggal dia menjadi lebih tertutup kepadanya. Itu mungkin bertepatan dengan sebulan sebelum Andrea tahu bahwa dia hamil.
"Pak Dino gak mungkin pacaran sama Dea juga kan?" tanya Bella yang sama-sama terlihat bingung. "Rineka juga pacarnya."
Andrea menggeleng. "Gue harus cari tahu."
"Gue mohon jangan curigai Rineka. Sejahat apapun, dia sahabat gue, dia sering bantu gue. Jangan sampai namanya tercemar Setelah dia meninggal."
"Gue gak bisa menjamin hal itu. Kepolisian kemungkinan besar curiga sama Rineka, terlebih mereka menemukan surat wasiat berupa permintaan maafnya untuk Dea."
Bella mengangguk mengerti. " Rineka memang jahat banget sama Dea."
Andrea menyentuh bahu Bella, senyumnya mengembang. "Makasih udah bilang tentang kejadian hari itu sama gue. Tentang lo lihat pak dino. Mungkin gue bisa mulai dari Pak Dino."
"Mulai apa?"
"Ada. Sesuatu. Lo ga perlu tahu."
***
Mata kuliah hari ini Pak Dino dosennya. Selama jam pelajaran berlangsung Andrea tidak berhenti memusatkan perhatiannya dari pria awal 30 tahunan itu. Hal yang jarang sekali dilakukannya saat sedang kuliah. Memperhatikan dosen. Andrea biasanya tidur dengan sengaja. Baginya semua pelajaran itu membosankan. Akan tetapi kali ini ada sesuatu yang harus diketahuinya, ada sesuatu yang menariknya untuk menatap Pak Dino lebih lama.
Andrea ingin tahu hubungan antara Pak Dino dan Dea.
Di tengah mata kuliah sedang berlangsung Zayyan masuk ke dalam kelas, Pak Dino berhenti beberapa saat saat. Zayyan minta maaf atas keterlambatannya dan tanpa banyak bicara lagi langsung menghampiri Andrea kemudian duduk di sebelahnya.
"Dari mana?" Andrea melihat zayyan yang sedang mengeluarkan alat tulisnya.
"Ada kabar baik." katanya.
Sepertinya alasan zayyan datang ke kampus hari ini bukan untuk belajar. Obsesi Zayyan untuk menemukan Mr. D lebih besar. Zayyan datang untuk mengatakan sesuatu padanya.
"Meri sudah mau bicara tentang kejadian hari itu."
"Serius?"
Zayyan mengangguk antusias. "Salah satu pintu terbuka."
"Apa yang dia katakan."
"Sebenarnya Meri belum mengatakan banyak hal, dia mengatakan teman ayahnya datang hari itu."
"Apa dia bilang siapa teman ayahnya yang datang itu?"
"Belum. Kita masih harus berusaha untuk mengetahui siapa yang datang ke rumah Farhan hari itu. Dan sepertinya masih sulit bagi Meri untuk mengatakannya. Butuh waktu."
Andrea mengangguk mengerti bagaimana perasaan Meri. Beban psikologis yang besar untuk anak seusianya. Melihat kematian Ayahnya di depan matanya sendiri, lalu terkurung di dalam rumah selama seminggu penuh dengan makanan seadanya. Saat ditemukan sia dalam keadaan dehidrasi parah, kekurangan nutrisi dan bahkan dalam lambungnya ditemukan kan sisa-sisa makanan busuk yang belum dicerna hari itu.
Waktu seminggu itu sudah cukup untuk merenggut semua hal yang seharusnya dimiliki gadis kecil sepertinya.
Meri tidak seharusnya mengalami hal itu.
"Aku pikir kita jangan memaksa dia terlalu keras."
"Iya, kita memang melakukannya pelan-pelan. Tidak ada paksaan sama sekali supaya Meri bicara. Pada awalnya Gue memang terburu-buru saat tahu Meri udah mau bicara dan kemudian gue sadar kalau apa yang gue lakuin itu salah, gue buat Meri menjerit histeris. Bisa hidup setelah seminggu terkurung untuk anak sekecil dia itu sudah menjadi sebuah keajaiban. Psikolog yang menangangi Meri bilang, Meri pernah berpikir untuk bunuh diri pada hari ke-6 saat itu."
"Anak sekecil itu berpikir untuk bunuh diri." Andrea tidak percaya apa yang ia dengar. "Bagaimana bisa?"
"Katanya karena beban psikologis yang terlalu berat karena kejadian itu."
Andrea memijat pelipisnya. Sungguh tidak bisa dipercaya, anak berusia 5 tahun berpikir untuk bunuh diri. Itu merupakan sesuatu yang luar biasa. Amat sangat luar biasa.
Setelah percakapan tersebut Andrea kembali mengingat apa yang Bella katakan tadi pagi padanya.
"Za." Panggil Andrea matanya menatap lurus pada Pak Dino didepan sana. "Ada sesuatu yang harus kita cari tahu dari Pak Dino."
"Maksudnya. Tiba-tiba..."
"Gue baru tahu sesuatu." Andrea menumpuk kedua Tangannya di atas meja. Tatapannya amat serius pada Pak Dino. Seperti seekor macan sedang menatap targetny.a "Selain Kita nunggu Meri bicara, kita bisa mulai juga dari tadi Pak Dino."
"Jadi, jelasin sama gue alasan kenapa kita harus cari tahu sesuatu dari Pak Dino."
"Pak Dino mungkin punya hubungan sama Dea."
Andrea lalu menceritakan apa yang ia dengar dari Bella. Zayyan mengangguk setuju. "Semuanya memang tampak masih remang-remang, menunggu Meri mungkin akan lama." ujar Zayyan.
Andrea senang Zayyan berpikiran hal yang sama. "Bisa jadi Pak Dino adalah pintu harus kita buka selanjutnya."
"Kita mulai dari mana?" tanya Zayyan.
"Kita cari tahu ada hubungan apa antara Dea sama Pak Dino."
***
Setelah mata kuliah berakhir mereka memutuskan untuk mengikuti Pak Dino. Pak Dino masuk ke dalam ruangannya setelah mengajar. Andrea dan Zayyan menunggu di luar dengan sabar. Pada jam makan siang Pak Dino bersama teman-teman dosennya pergi ke kantin memesan makanan dan makan sambil tertawa-tawa. Kemudian mengajar 2 kelas sebelum akhirnya dia pulang. Andrea dan Zayyan masih setia mengikutinya.
Pak Dino tinggal di sebuah apartemen elit di pertengahan kota. Mobil Pak Dino memasuki basement parkir apartemen tersebut, memarkirnya di area B2. Dia masuk ke sebuah pintu mereka berdua menunggu sampai Pak Dino masuk ke dalam lift. Tidak lucu jika laki-laki awal 30 tahunan itu melihat mereka berdua membuntutinya.
Sayangnya setelah mereka berdua melihat Pak DIno masuk ke dalam lift dan melihat lantai berapa yang ditujunya mereka berdua tidak bisa masuk. Pintu masuk ini terbatas, hanya orang-orang yang tinggal di apartemen ini saja yang bisa mengaksesnya.
Akan tetapi itu bukan masalah besar. Setidaknya mereka berdua tahu di lantai berapa Pak Dino tinggal. Selanjutnya mereka bisa memikirkan cara supaya bisa masuk ke apartemen ini dan mencari di mana persisnya apartemen Pak Dino di lantai 18 tersebut.
"Polisi itu telepon gue." ujar Zayyan sambil menatap ponselnya yang baru ia keluarkan dari saku jaket.
Tanpa perlu mendapat persetujuan dari Andrea, Zayyan mengangkat panggilan tersebut.
Zayyan menjauh selama beberapa saat lalu kemudian kembali menghampiri Andrea setelah menutup telepon.
"Fardhan bilang apa?"
"Dia bilang dia menemukan keberadaan pacarnya Dea."
Kabar baik itu datang setelah satu bulan lebih mereka mencari tahu persisnya keberadaan Ferdi.
***
Hallo semuanya...
Aku update dengan mata ngantuk ini wkwk
Gimana pendapat kalian tentang part ini?
Makin penasaran gak?
Masih ingat kan siapa Ferdi?
Kira-kira apa hubungan Dea sama Pak Dino?
Di part sebelumnya banyak yang nuduh Pak Dino sebagai Mr. D wkwk
Kita lihat aja yaa
Nantikan kelanjutannya yaa
Sending hug
Iis Tazkiati Nupus
110420
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top