🍪45| He know's? pt. 2

Play: First Love -
Sondia ost extraordinary you

Dahyun berjalan di sepanjang koridor rumah sakit menuju kamar Jungkook dengan kepala menunduk. Ada banyak hal yang ada di pikirannya saat ini. Mengenai ucapan Wonwoo dan Jungkook-ia paling memikirkan soal Jungkook, karena ia tidak merasa memberitahu lelaki itu sebelum pertemuan mereka di rumah sakit.

Dahyun membuka pintu ruangan Jungkook namun kepalanya langsung membentur sesuatu yang rupanya adalah dada lelaki itu. "Ahh-shh, kenapa menghalangi jalan?" omel Dahyun seraya memegangi kepalanya.

Sementara Jungkook langsung menundukan kepalanya untuk melihat wajah Dahyun. "Kenapa? kau sepertinya sedang banyak pikiran?" terkanya. Dahyun mendongak, membuat tatapan mereka kini saling bertemu.

"Kookie-ya, sebenarnya sejak kapan kau tahu masalahku mengenai kematian Eun Bi?" tanya Dahyun to the point.

Jungkook terhenyak. "Te-tentu saja darimu. Kau sudah menceritakannya, kan."

"Ani ... " Dahyun menyusul Jungkook duduk di brankarnya. "Aku baru menceritakannya akhir-akhir ini kan, tapi Wonwoo bilang aku harus berterimakasih padamu. Memangnya kapan kau menemuinya untuk membahas hal itu? kenapa aku tidak tahu?"

"Ahh itu ... " Jungkook menggaruk kepalanya yang tidak gatal seraya memutar otak untuk berpikir. "Aku menemuinya sehari sebelum kepergianku ke Jerman. Saat itu aku pulang duluan kan, kupikir aku harus membantu meringankan masalahmu sebelum aku pergi dari sini. Tapi nyatanya aku malah terjebak di rumah sakit ini."

Dahyun menatap Jungkook tak percaya, "Mwo?" maniknya sudah berkaca-kaca mengingat momen dimana ia begitu mengkhawatirkan kondisi Jungkook setelah menemukan morfin di tasnya. "Jadi disaat kau kesakitan itu kau masih sempat untuk menemui Wonwoo dan membicarakan masalah itu? hanya untuk membantuku? Wae?"

Jungkook mengalihkan pandangan, tak mau terbawa suasana yang tiba-tiba saja terasa menyesakkan. "Ya ... saat itu kupikir aku sudah tidak bisa bertemu denganmu lagi jadi-"

"Apa itu sebabnya kau tidak mau aku membaca surat darimu?" potong Dahyun yang seketika membuat Jungkook langsung menatap ke arahnya.

"Kau masih belum membacanya?"

"Sudah, barusan. Sebenarnya, aku sudah membaca salah satu suratnya sejak lama. Tapi tadi saat aku pulang, aku menemukan surat lain yang disembunyikan di bawah bantal." Dahyun mengeluarkan amplop berisi surat dari Jungkook lalu meletakannya di tangan Jungkook secara paksa. "Apa maksudmu menulis surat itu untukku? apa kau berniat untuk terus berada di Jerman dan tak akan pernah kembali?"

Jungkook mati kutu. Ia menatap suratnya yang kini telah sangat lecek dan nyaris sobek itu dengan miris. Lelaki itu ingat sekali ketika ia menulis surat itu dengan penuh pertimbangan saat masih menjalani perawatan sebelum kakinya semakin parah. Bahkan ia sangat kaget saat melihat Dahyun yang sama sekali tidak membahas perihal surat itu saat mereka kembali bertemu lagi di rumah sakit. Padahal bisa dibilang, surat itu adalah surat perpisahan, yang bisa membuat gadis itu membencinya.

Sementara Dahyun semakin sesak saat melihat sikap Jungkook saat ini. Bodohnya, kenapa ia baru membacanya hari ini di saat ia kembali menaruh harapan besar pada Jungkook? tahu begini, ia akan langsung membuang surat itu tanpa pernah membacanya, sesuai keinginan Jungkook. Ia ingin hanya mengingat surat yang satunya lagi, yang berisi kata-kata penuh harapan.

"Da-Dahyun-ah, aku benar-benar tidak bermaksud. Kupikir kau bisa menjalani hidupmu dengan tenang disini tanpa mengharapkanku kembali kemari ... karena saat itu aku sangat putus asa jadi-"

"Geuman! Geumanhe, aku tidak mau mendengarnya lagi." Dahyun memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Ia benar-benar kacau dan tak bisa memikirkan apapun lagi selain Jungkook.

"Hah ... tidak bisa, kau jangan pergi. Pokoknya aku tidak akan mengizinkanmu pergi ke Jerman kalau aku tidak ikut," putusnya. Agak terdengar egois tapi ia tak mau kehilangan Jungkook lagi. "Jebal, jangan pernah pergi kalau aku tidak ikut."

Jungkook tersenyum, ia lalu membawa Dahyun yang mulai kehilangan kendali ke dalam pelukannya. "Arrasseo, aku tidak akan pergi." Selama beberapa saat, tidak ada percakapan apapun lagi. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing sementara tangan Jungkook dengan teratur menepuk punggung Dahyun lembut, supaya gadis itu lebih tenang.

Dahyun melepaskan pelukan itu lebih dulu, lalu menangkup wajah Jungkook dengan kedua tangannya. "Jangan pernah berjanji lagi," terangnya membuat Jungkook mengangkat sebelah alis bertanya.

"Wae?"

"Karena kau selalu mengingkarinya jadi jangan berjanji lagi, cukup lakukan apa yang baru saja aku katakan tadi, arrasseo?" Jungkook hanya mengangguk karena Dahyun semakin menekan kedua pipinya hingga bibirnya seperti bebek.

"Aigoo kiyowo." Dahyun semakin menekan-nekan pipi Jungkook, membuat lelaki itu menatapnya sebal.

"Ya, geumanhe," protes Jungkook namun Dahyun tak peduli. Kekesalannya menguap begitu saja saat melihat wajah Jungkook yang terlihat sangat menggemaskan. Tak mau kalah, Jungkook juga mencubit kedua pipi Dahyun cukup kuat lalu menariknya mendekat hingga bibir mereka saling bertemu. Tapi itu tidak lama karena Dahyun segera menggigit bibir Jungkook dengan keras.

"Arrghh-ya! Kenapa digigit? Sakit tahu!"

Dahyun menangkup pipinya yang terasa panas. "Aku juga sakit!"

Keduanya saling menatap tajam dengan tangan yang sama-sama mengangkup pipi masing-masing yang memerah. Bertepatan dengan itu, Chanyeol masuk dan otomatis membuat keduanya bersikap seperti tidak ada yang terjadi. "Kenapa hening sekali?" celetuk Chanyeol seraya berjalan mendekati brankar Jungkook.

Dahyun menggeser tempatnya dan mempersilahkan dokter muda itu untuk mengecek kondisi kaki Jungkook.

"Malam ini akan menginap lagi?" tanya Chanyeol, membuat Dahyun langsung melotot. "Ti-tidak! Sebentar lagi aku akan pulang." Lelaki berjas putih itu hanya tersenyum geli mendengar nada bicara Dahyun yang terdengar sangat gugup, sementara Jungkook melayangkan tatapan protes pada Dahyun.

"Kondisi kakimu semakin membaik. Jika terus seperti ini, mungkin kau hanya tinggal menjalani terapi mandiri rutin untuk kedepannya," jelas Chanyeol.

"Jadi aku sudah bisa pulang?" tanya Jungkook penuh harapan.

"Ya, kalau dalam rentang waktu seminggu tidak ada kendala apapun, kau bisa pulang."

Chanyeol sempat menggoda keduanya sebentar sebelum diusir oleh Jungkook. Lelaki itu langsung menatap Dahyun sebal sepeninggalan dokter muda itu dari kamar rawatnya. "Kau bercanda kan tadi? Masa malam ini kau tidak akan menginap? Kalau kau tidak ada, aku tidur bersama siapa?" Jungkook memasang wajah menggemaskannya sementara Dahyun langsung memalingkan wajahnya karena tidak mau tergoda.

"Pekerjaanku sangat menumpuk karena tadi sempat menemui Wonwoo dulu sebentar. Aku sudah menitipkan pekerjaanku pada Hyunjin, tapi bocah itu tidak bisa diandalkan."

"Bawa kemari saja pekerjaanmu itu, biasanya juga begitu, kan?"
Dahyun kembali melirik Jungkook seraya menimang perkataannya barusan. "Baiklah, aku akan kerjakan di sini."

Gadis itu langsung mengambil tempat di sofa yang ada di sebelah kiri ruangan itu, jaraknya agak jauh dari brankar Jungkook yang ada di sebelah kanan.

"Ya, kenapa mengerjakannya di sana?" Jungkook lagi-lagi mengomel.

"Aku butuh tempat untuk men-charge ponselku." Dahyun mulai fokus untuk mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai. Ia bahkan sudah tak melirik Jungkook lagi. "Kau tidur saja, ini sudah malam," ujarnya kemudian.

Jungkook menggembungkan pipinya sebal. Terkadang, ia bisa bersikap seperti anak kecil tanpa ia sadari, walau pikirannya sudah jauh dari kata polos. Lelaki itu kesal dengan sikap Dahyun, alih-alih menghampiri gadis itu, ia lebih memilih untuk mencoba tidur saja dan mengabaikan gadis itu sepanjang malam.

Tanpa Jungkook sadari, Dahyun sempat menatapnya saat ia tengah tertidur. Gadis itu menatap wajah yang telah terlelap itu tanpa ekspresi, "Kau ... benar-benar baru tahu masalah ini setelah aku bercerita? Bukan sejak dulu? Hah ... kenapa aku meragukannya, soalnya kau tahu lebih banyak dari yang aku ceritakan."

"Tapi ... itu tidak mungkin kan? karena kau sudah bilang tidak pernah menerima suratku." Dahyun mengelus rambut Jungkook yang sudah agak panjang itu dengan lembut seraya menyibakannya ke belakang hingga keningnya terlihat.

"Aku benar-benar tidak ingin kehilanganmu, jadi tolong, jangan buat aku kecewa lagi."

Translate:

Geumanhe = Berhenti
Wae = Kenapa
Mwo = Apa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top