🍪4| A Letter

         Seminggu setelah kejadian itu, Jungkook dan Dahyun benar-benar bekerja selayaknya partner biasa. Bahkan ketika mereka tidak sengaja berpapasan, keduanya langsung melengos. Entah itu Dahyun yang langsung berbalik arah atau Jungkook yang langsung bersikap acuh. Saat berada di ruangan yang sama pun, keduanya hanya terdiam dan tak banyak bicara.

         Kejanggalan itu cepat dirasakan oleh pegawai yang lain karena walau Jungkook baru bekerja di perusahaan ini selama sebulan, tapi biasanya lelaki itu akan selalu bersikap ceria dan selalu berusaha mengejek Dahyun. Kemana pun Dahyun pergi, Jungkook pasti ada di sana. Tapi sekarang, keduanya bak kutub magnet yang sama, saling menolak dan pergi ketika berdekatan.

          Dari semua pegawai yang ada, Hyunjin dan Yeji lah yang paling merasakan dampaknya—terutama Hyunjin. Baru saja lelaki itu senang karena ada seseorang yang bisa mengubah peringai dingin Dahyun. Tapi sekarang, Dahyun malah kembali menjadi atasan yang galak. Dahyun jadi lebih sensitif terhadap apapun. Saat gadis itu melihat ada kesalahan kecil sekali pun, ia pasti akan mengamuk dan berakhir pergi ke atap seorang diri dan hanya kembali ketika ada atasan yang memanggilnya.

          Seperti saat ini, emosi Dahyun kembali tersulut saat melihat ada penulis yang mengeluh karena gambar sampul bukunya yang dinilai kurang menggambarkan karakter buku itu. Ini baru pertama kali terjadi sepanjang karirnya di sini dan jelas kalau hal seperti ini sampai terdengar oleh Donghwa, pasti ia yang akan ditegur karena Dahyun juga bertanggung jawab penuh atas produksi dan distribusi buku.

         "Siapa yang menggambar sampul buku ini? kenapa tidak menanyakannya dulu padaku sebelum kalian membuatnya?" gertak Dahyun dengan nada tegasnya. Semua pegawai saling memandang satu sama lain dengan pandangan bingung seraya bertanya-tanya. Namun setelah beberapa menit berlalu, tetap tidak ada yang mengaku karena mereka tidak merasa mengerjakannya.

          "Maaf Dahyun-ssi tapi kami—"

          "Itu sampul buatanku, kenapa? ada masalah?" Semua mata langsung tertuju pada Jungkook yang tiba-tiba saja muncul dengan secangkir kopi di tangannya.

          "Mr. Hwang, tugas Anda di sini hanya untuk membuat konten promosi dan menyelesaikan naskahmu saj—"

          "Aku yang menyuruhnya." Donghwa mendadak muncul hingga membuat semua karyawan yang ada di sana termasuk Dahyun bungkam. Lelaki itu merangkul pundak Jungkook akrab lantas melihat Dahyun dan Jungkook bergantian.

          "Masalah itu biar aku yang menyelesaikannya karena aku punya tugas lain yang lebih penting untukmu," ujar Donghwa pada Dahyun.

          "Tugas? Tugas apa?" tanya Dahyun kebingungan.

          "Siang tadi aku mendapat info kalau Hyera chakka-nim berniat menerbitkan karya terbarunya. Jika kita berhasil membuatnya memperpanjang kontraknya, kemungkinan besar karyanya akan diterbitkan lagi di sini. Jadi ... bisa aku meminta bantuanmu Dahyun?"

          "Nde?! Kenapa saya?"

          "Kau mengenalnya bukan. Hyera adalah salah satu penulis yang terkenal jadi saat ini ia pasti sudah menjadi incaran penerbit lain. Jadi kau sebisa mungkin harus membujuknya supaya memperpanjang kontraknya di sini," jelas Donghwa.

          "Tapi—"

          "Jangan beralasan, sekarang juga kau pergi ke Busan untuk mendatangi Hyera secara langsung," titah Donghwa yang langsung mendapat anggukan pasrah dari Dahyun.

          "Baiklah, sajang-nim."

          "Tunggu! Aku belum selesai bicara," cegah Donghwa saat melihat Dahyun langsung mengemasi tas kecilnya untuk pergi. Tanpa bicara, lelaki itu langsung mendorong Jungkook yang berdiri di sisinya hingga tubuh lelaki itu bersinggungan dengan Dahyun.

          "Kau juga ikut Mr. Hwang,” perintahnya.

          "Hah? Aku? Hyung, aku tidak mau!"

          "Jangan menolak, memangnya kau tidak mau mengunjungi kampung halamanmu? Kau bisa mengingat masa kecilmu sembari belajar lebih banyak hal mengenai kerja di lapangan bersama Dahyun."

          Mendengar itu, Dahyun langsung menghela napas. Percuma melawan perintah Donghwa karena lelaki itu pasti akan mengancamnya dengan pemotongan gaji.

          Gadis itu lalu melirik ke arah Jungkook yang rupanya juga tengah menatap ke arahnya membuat keduanya kompak saling memalingkan muka secara bersamaan dengan pipi bersemu. Salah tingkah.

          Hujan di luar sana begitu deras, bahkan suara gemuruh petir ikut menambah kesuraman malam ini. Dahyun menatap buliran air hujan yang mengenai jendela di luar sana sembari menghela napas. Lagi-lagi, ia harus terjebak bersama lelaki menyebalkan yang kini tengah mengobrol dengan akrab bersama Hyera.

          Entah apa yang tengah meraka bicarakan, yang jelas, Dahyun tidak suka melihat senyum dan tawa Jungkook saat bersama Hyera karena ia dibiarkan sendiri di sini. Padahal persoalan kontrak yang ditawarkan telah ditandatangani.

         “Kalian sudah saling kenal sejak lama, ya?” tanya Hyera ketika melihat Jungkook yang beberapa kali curi-curi pandang untuk melihat Dahyun.

        “Eoh?” Jungkook kembali memalingkan wajahnya. “A-ani … kami sudah lama tidak bertemu tapi ya ... kami sempat dekat saat kecil.”

       Hyera mengangguk paham. “Eoh, begitu. Aku hanya merasa heran saja, kenapa Dahyun mau datang kemari dengan seorang pemuda. Kau tahu, dia tidak pernah mengizinkan siapapun untuk menemaninya ke sini."

        “Benarkah?” Jungkook kembali melihat ke arah Dahyun. “Ya … tidak heran. Dia memang banyak berubah, ya,” lirihnya pelan namun masih bisa terdengar oleh Hyera.

         Wanita yang telah berkepala empat itu hanya tersenyum melihatnya. “Kau … pasti sangat menyukainya ya, Mr. Hwang?”

         Tanpa sadar Jungkook langsung mengangguk lalu menggeleng. “Tidak! Mana mungkin aku menyukainya?” balas Jungkook panik lalu menutup mulutnya dengan kedua tangan. Takut jika Dahyun dapat mendengarnya.

         Hyera tersenyum geli melihat tingkah Jungkook. Mendadak ia jadi merindukan anaknya yang kini tinggal di Jepang. “Kalau begitu, Dahyun pasti tengah menjalani cinta sepihak,” tuturnya seraya menyeruput cokelat panasnya.

         Jungkook yang tengah memakan cookies buatan Hyera langsung mengernyit, tapi sedetik kemudian tersenyum miring. “Mana mungkin? Dia malah sangat membenciku karena aku tidak menepati janji,” lirihnya pelan. Lelaki itu kemudian menatap Hyera dengan lembut. “Chakka-nim, omong-omong sudah berapa lama kau mengenal Dahyun?”

          Hyera kembali tersenyum, “Entahlah, mungkin sudah … lima tahun? Cukup lama bukan? Waktu memang berjalan begitu cepat tanpa kita sadari.” Wanita itu memandang Dahyun yang masih betah melihat ke luar jendela. “Pertama kali dia datang kemari saat musim panas beberapa tahun yang lalu. Dia memintaku untuk mengajarinya menulis surat yang puitis. Padahal saat itu aku belum terlalu begitu dikenal sebagai penulis, tapi Dahyun adalah orang pertama yang menyebutku chakka-nim. Kau tahu, anak-anakku bahkan menyebutku wanita gila aksara,” ujarnya diiringi kekehan geli.

         Jungkook mengernyit, “Surat?”

         “Iya, katanya surat itu untuk seseorang yang pergi ke Jerman namun entah sampai kapan ia akan kembali. Katanya, mungkin orang itu mau membalas suratnya kalau tulisannya bagus. Apa kau tahu siapa orangnya? Kalian saling mengenal saat kecil, kan?”

          Jungkook terdiam. Cookies yang baru saja akan dimakannya kembali ia letakan pada wadah lalu menghela napas. “Tentu, aku sangat mengenalnya.” Lelaki itu lalu tersenyum miris, karena ia adalah aku. Jungkook kemudian melanjutkan, “Chakka-nim, aku boleh kembali datang ke rumahmu walau bukan urusan pekerjaan, kan?” tanyanya.

          “Tentu. Aku akan dengan senang hati menyambutmu kalau kau mau singgah ke rumah ini.”

          “Terima kasih.”

          “Kau membicarakan apa saja dengan Hyera chakka-nim tadi? Kenapa lama sekali?” tanya Dahyun ketika mereka tengah berada di dalam mobil. Saat ini mereka tengah dalam perjalanan pulang ke Seoul. Sebenarnya Hyera sudah menawarkan mereka untuk menginap saja di rumahnya, tapi Dahyun bersikeras menolak karena besok ada acara penting di perusahaan.

          Jungkook melirik ke arah Dahyun sekilas lalu kembali fokus melihat jalanan. “Tidak banyak. Kenapa? kau ingin tahu?”

          Dahyun mencebik. “Tidak. Aku hanya tidak nyaman saja saat kalian berbicara di belakangku.”

          Jungkook tersenyum miring. “Kau cemburu, huh?”

          “Mwo?! Cemburu? dalam mimpimu!”

          Jungkook tertawa lantas mengacak pucuk rambut Dahyun gemas. “Aigoo, Dub-ttungie. Kau sama sekali tidak pintar berbohong,” ujarnya dengan nada mengejek.

          Dahyun memekik kesal. “Ya! Rambutku jadi rusak!”

          “Baiklah, aku akan mengajakmu ke salon nanti.”

          “Untuk?”

          “Ganti rugi.”

          “Mwo? Tidak perlu. Cukup kau menghilang dari pandanganku saja itu sudah sangat membantu.” Dahyun menatap ke arah jendela, memilih mengabaikan Jungkook yang kini tengah melihat ke arahnya.

          “Sungguh? Kau mau melepasku lagi walau aku telah kembali?” tanya Jungkook.

          “Melepas apanya. Kita bahkan tidak sedang dalam hubungan apapun selain rekan kerja saja,” lirih Dahyun yang entah kenapa terdengar kecewa. Gadis itu menyandarkan kepalanya pada jendela seraya menghela napas berat.

         “Bukan itu maksudku. Aku tengah membicarakan hal lain.” Jungkook menginjak pedal gas dengan perlahan, membuat mobil itu berjalan dengan kecepatan konstan. Tidak banyak mobil yang berlalu lalang saat tengah malam seperti ini, jadi Jungkook bisa menjalankan mobilnya sesantai mungkin.

         “Kau selama ini menungguku, kan? Apa kau sungguh akan membiarkanku pergi lagi setelah aku kembali ke sini?”

          Dahyun mengangkat kepalanya, menatap Jungkook dengan raut wajah datarnya. “Apa maksudmu? Sudah kukatakan bukan, hubungan kita saat ini hanya sebagai rekan kerja. Apa hakmu kembali mengungkit masa lalu?”

          “Tentu aku memiliki hak karena masa lalu itu bukan hanya milikmu, tapi milikku juga.” Jungkook menghentikan mobilnya, lantas menatap Dahyun tepat ke matanya. “Surat itu … sepertinya kau sungguh membuatnya untukku, tapi aku tak pernah menerimanya. Aku bukannya tidak ingin—“

          “Cukup. Aku sudah lelah, jangan bahas itu lagi.” Dahyun membuka pintu mobil, hendak ke luar dari mobil itu namun Jungkook langsung menarik tangannya, membuat gadis itu kembali duduk seperti semula.

          “Hey, mah sampai kapan kau menghindar? Sampai kapanpun aku tidak akan mengerti jika kau tidak menjelaskannya," ucap Jungkook. Lelaki sudah muak dengan semua ini namun Dahyun malah balas menatapnya tajam.

           “Kau tidak akan mengerti, Hwang Jungkook. Lagipula itu hanya masa lalu, sekarang kita sudah berada di jalan masing-masing. Sekuat apapun kau mencoba, hubungan kita tidak bisa seperti dulu lagi. Semuanya sudah berubah.”

           Jungkook terdiam. Tangannya yang semula mencekal lengan Dahyun terlepas begitu saja membuat gadis itu lantas membuka pintu yang ada di belakang dan masuk ke dalamnya.

          “Kau jalankan lagi mobilnya. Aku akan tidur di sini sebentar selagi kau menyetir,” titahnya sembari menyandarkan kepalanya pada jok.

          Jungkook menghela napas. Sepertinya Dahyun benar-benar membencinya, dan masa lalu itu mungkin sangat berbekas hingga gadis itu tak lagi mau membuka luka itu lagi. Lelaki itu memilih mengalah, ia melirik ke arah Dahyun yang sudah memejamkan matanya di jok belakang lalu menghela napas panjang.

          Mobil itu akhirnya kembali berjalan dengan keheningan. Menyapu angin masa lalu yang kembali terhempas dalam bayang. Baik Jungkook maupun Dahyun sama sekali tidak menyangka, jika takdir akan menempatkan mereka di posisi seperti ini. Dimana kembali bertemu, namun dengan kesalahpahaman yang tidak ingin kembali diungkit supaya luka lama tidak kembali terasa.

          Jungkook pikir, kembalinya dia ke Korea akan menjadi awal baru hidupnya lagi, sementara Dahyun tidak ingin kembali mengulang kesalahan yang sama di kehidupannya yang sekarang.

         Well, rupanya hidup di dunia tidak semudah yang orang bayangkan.

Translate:

Sajang-nim = Direktur/petinggi perusahaan
Chakka-nim = Penulis
Hyung= panggilan laki-laki untuk lelaki yang lebih tua
Mwo= Apa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top