🍪1O| Don't Love Me

Play Darling U -
Ost Oh My Venus

          “Jadi ... ide ceritamu sebelumnya bagaimana?” tanya Dahyun seraya menyeruput tehnya pelan.
Saat ini keduanya tengah berada di ruang kerja Jungkook. Lelaki itu sempat menolak saat Dahyun ingin masuk ke sini, tapi gadis itu sangat keras kepala, membuat Jungkook akhirnya mengalah.

          “Emm… tidak terlalu menarik, hanya seorang hantu gentayangan yang mencoba membunuh pacarnya supaya bisa hidup di surga,” ujar Jungkook santai yang langsung mendapat tatapan datar dari Dahyun.

         “Kenapa menatapku seperti itu?”

         “Pantas saja sajangnim marah, apanya yang romantis dari cerita itu?”

         “Tentu saja romantis, gadis itu sampai rela membunuh pacarnya supaya bisa hidup abadi bersama di akhirat.”

         “Tapi itu mengerikan!”

         “Justru itu intinya! Jalan ceritanya akan membosankan kalau tidak ada scene membunuh.”

         “Jungkook, apa kau seorang psikopat? Ini cerita komedi romantis bukan pembunuhan!”

         “Itu sebabnya aku meminta bantuanmu! Otakku selalu buntu membayangkan hal-hal menggelikan itu.”

          “Sungguh? Bukannya kau seorang player ya? Mantanmu pasti ada banyak sekali di Jerman,” sindir Dahyun.

          “Itu lain lagi! Sudahlah! Jadi seharusnya ceritanya bagaimana?”

          “Pikir saja sendiri! Inikan ceritamu! Bukan ceritaku!”

          “Ck! Kalau aku bisa, aku tidak akan meminta bantuanmu, Dahyun cantik,” ujar Jungkook lembut berusaha mengambil hati Dahyun. Tapi gadis itu malah memutar bola mata malas.

          “Giliran ada maunya dipanggil cantik padahal biasanya dipanggil gendut,” gerutu Dahyun pelan.

          “Apa kau bilang?”

          “Tidak ada! Oh—ya, bagaimana kalau kisah percintaan antara dua teman kecil yang kembali bertemu saat sudah dewasa?” saran Dahyun, mulai mengesampingkan egonya dan berusaha fokus untuk membuat cerita.

           “Hmm ... boleh, tapi itu klise.”

           “Ya, cerita itu bisa jadi menarik kalau kita pandai melukiskan alurnya dan memberi konflik yang anti mainstream. Kau tahu maksudku, kan?”

            Jungkook mengangguk seraya mengusap dagunya. “Aku tahu. Kalau begitu ... alurnya bagaimana?”

            “Hemm … karena membuat alur yang rinci akan memakan banyak waktu, jadi kita buat garis besar ceritanya saja dulu. Dari mulai permulaan dan pengenalan tokoh, konflik hingga penyelesaiannya.” Dahyun mengatakan itu seraya mengetik sesuatu dalam laptopnya.

            “Okey, aku menurut padamu saja.” Jungkook menggeser duduknya supaya lebih dekat pada Dahyun, lantas meneguk cokelat panasnya sembari memperhatikan Dahyun yang terlihat serius mengatur format untuk menuliskan alurnya.

            “Hey, apa kau tidak lelah? Seharian kau sudah bekerja keras di perusahaan lalu dimalam hari pun kau membantuku. Kenapa kau bekerja keras sekali? Apa kau punya alasan lain kenapa mau membantuku?”

             Dahyun menghentikan pergerakan tangannya di atas keyboard lalu menoleh ke arah Jungkook seraya menatapnya tajam. “Apa kau sedang mencurigaiku sekarang?” selidiknya.

            “Menurutmu? Bukankah aneh kalau kau mau membantuku padahal biasanya kau tak mau dekat-dekat denganku.”

            “Aku sudah bilang bukan, kalau kau harus menuruti segala keinginanku kalau aku membantumu!”

            “Apa keinginanmu adalah aku harus pergi dari hidupmu?” terka Jungkook yang langsung membuat Dahyun terdiam.

            “Itu sebabnya kau bekerja sangat keras supaya aku dapat menyelesaikan naskahku dengan cepat dan segera pergi dari sini.” Jungkook menatap Dahyun dalam. “Aku benar, kan?”

           Dahyun menoleh, membuat keduanya tanpa sadar saling menatap dalam jarak dekat beberapa saat. Manik Dahyun mengerjap gugup lantas mengalihkan pandangan ketika tersadar akan tatapan Jungkook yang membuatnya luluh.

          “Ti-tidak seru kalau aku mengatakan keinginanku sekarang.”

          “Yang kukatakan benar, kan?” Jungkook semakin mendekatkan wajahnya sementara Dahyun terus menghindar.

          “Kau berlebihan, Jungkook. Berhenti membahas ini.”

          “Kalau itu benar, aku tidak akan mengabulkannya.”

          Dahyun langsung menatap ke arah Jungkook sementara lelaki itu terus menatapnya lekat. “Aku tidak akan pergi lagi, tidak akan. Kalau pun kau akan terus membenciku maka aku akan terus berada di sisimu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian lagi.”

           Perkataan Jungkook lagi-lagi membuat Dahyun terdiam. Tanpa sadar ia mulai memikirkan masa lalu ketika dia terus menangis setiap malam ketika kedua orangtuanya meninggal sementara dirinya begitu mengharapkan balasan dari Jungkook. Hanya untuk memastikan kalau dirinya tidak dilupakan, tidak sendirian. Namun saat ini, ketika Jungkook dengan mudahnya mengatakan hal yang selama ini Dahyun harapkan, kenapa ia malah menjadi takut? Takut jika Jungkook akan kembali mengingkari janjinya.

             “Hah … Jungkook, berhentilah. Kita harus segera menyelesaikan alur—“

             “Aku mencintaimu.”

             Manik Dahyun membola. Tubuhnya membeku sementara lidahnya menjadi kelu. Jungkook menangkup wajah Dahyun dengan kedua tangannya saat gadis itu mencoba untuk menghindar dengan memalingkan wajahnya. Menguncinya dengan tatapan lembut hingga membuat Dahyun tak bisa berkutik.

              “Kupikir aku tidak pernah bisa mengatakan ini sampai kapan pun. Tapi sungguh, Aku mencintaimu. Walaupun kau telah banyak berubah, tapi rupanya perasaanku tetap sama. Sejak dulu hingga sekarang,” ucapnya lagi, membuat Dahyun semakin membeku. Jungkook mengusap pipi Dahyun dengan lembut, tatapannya kini mulai beralih ke bibir Dahyun yang begitu memikatnya.

             Perlahan, ia mulai mendekatkan wajahnya untuk menyatukan kedua belah bibir mereka namun pergerakannya terhenti saat merasakan air mata Dahyun yang mulai mengaliri pipinya.

            “Jangan … jangan mencintaiku,” lirih Dahyun pedih.

           Jungkook kembali menjauhkan wajahnya, sementara tangannya tidak berhenti mengusap air mata Dahyun dengan lembut. “Kenapa? kau tidak percaya padaku?”

          “Bukan. Aku ... aku tidak ... mmpphh.”

           Masa bodoh. Jungkook langsung membungkam bibir Dahyun dengan bibirnya lagi. Ia tidak mau mendengar itu sekarang. Setidaknya malam ini, ia ingin merasa tenang karena telah mengungkapkan perasaannya. Masalah diterima tidaknya, ia tidak peduli. Sebut saja dirinya pengecut karena tidak mau mendengar penolakan dari Dahyun tapi dalam lubuk hatinya ia yakin, kalau gadis ini masih menyisakan ruang untuknya.

            Jungkook mulai memberanikan diri melumat bibir Dahyun pelan saat gadis itu tak lagi berontak. Satu tangannya mulai turun, untuk mendekap pinggang Dahyun supaya lebih menempel padanya. Jungkook tersenyum saat cengkraman Dahyun pada kemejanya mulai melemas diganti dengan cengkraman kuat pada tengkuk lehernya. Walaupun gadis ini tak membalas, tapi Jungkook tahu kalau Dahyun mulai menerima ciumannya.

             Tautan keduanya tanpa sadar terus terjalin dengan lembut. Jungkook sebisa mungkin menahan gairahnya untuk menyentuh Dahyun lebih jauh—padahal tangannya sudah gatal ingin membuka seluruh kancing kemeja yang Dahyun kenakan—tapi ia lebih memilih untuk membuat Dahyun nyaman dengan ciumannya.

            Napas keduanya mulai memburu seiring dengan tautan yang tak kunjung terlepas. Suara decapan lidah mulai terdengar hingga menyamarkan suara getaran dari ponsel Dahyun yang menampilkan sebuah panggilan dengan nama, Eunwoo Oppa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top