🍪18| Beach

Play: Wanna be - Gfriend

          Keduanya menatap langit-langit kamar itu dengan gugup. Selimut dan kasur lipat yang mereka gunakan berbeda, namun terasa sangat canggung karena tidur bersebelahan di ruangan yang sama.

          "Ekhm, ya! Kenapa kau tidak bilang kalau hanya ada sisa satu kamar di sini?" tanya Jungkook tanpa menolehkan kepalanya ke arah Dahyun.

          "Aku tidak tahu kalau kau akan menginap dan lagi, seharusnya kau tidur di ruang tengah saja sana!" kesal Dahyun. Gadis itu juga tidak habis pikir, kenapa kakeknya mengizinkan Jungkook untuk menginap di sini. Kalau saja kakeknya tidak sedang sakit, mungkin Dahyun akan lebih memilih untuk tidur bersama kakeknya saja.

           "Di sana dingin." Lelaki itu menoleh ke arah Dahyun yang ada di samping kirinya. "Ya, kenapa kau sangat gugup? Ini bukan kali pertama untuk kita, kan? Dulu kau bahkan menginap di rumahku dan tidur—"

           "Saat itu kita masih kecil! kalau sekarang ...."

           Jungkook menumpu kepalanya dengan tangan seraya menatap Dahyun dengan intens dari samping. "Kenapa? apa bedanya dengan sekarang?" tanyanya jahil, begitu menikmati perubahan rona pipi Dahyun yang semakin memerah gugup.

          "Y-ya ... tentu saja berbeda. Kita sudah dewasa," balasnya agak terbata, masih tidak mau menolehkan kepalanya untuk melihat ke arah Jungkook.

          "Lalu? Kalau kita sudah dewasa, memangnya kenapa?" Jungkook mengulum bibirnya menahan tawa saat melihat Dahyun yang semakin gelisah. Tanpa aba-aba, telunjuknya terjulur dan mendarat di pipi chubby Dahyun membuat gadis itu segera bergeser dan menatap Jungkook kaget.

          "Ya! Kenapa kau menyentuhku?!" pekiknya refleks seolah Jungkook telah melecehkannya.

          "Mwoya, aku hanya menyentuh pipimu, tidak boleh?"

          "Tidak!" Dahyun bangkit dari posisi tidurnya, lantas menggeserkan kasur lipat miliknya, mengambil jarak cukup jauh dari tempat Jungkook saat ini. "Aku akan tidur di sini dan kau jangan mencoba untuk melewati batas ini," peringatnya seraya meletakan guling di tengah-tengah. "Ara?!"

          "Ya, bukankah ini sangat berlebihan?" Jungkook tak terima.

          Dahyun menggeleng tegas. "Tentu saja tidak. Ini sangat wajar."

          "Tapi kau kan pacarku."

          "Hanya kontrak, ingat? Kalau pun kau adalah 'pacarku yang sesungguhnya' aku tetap akan melakukan hal ini." Dahyun kembali menyelimuti dirinya, lantas membaringkan tubuhnya di kasur lipat itu dengan santai. Ia menjadi lebih tenang setelah mengambil jarak tidur yang cukup jauh dari Jungkook.

          "Ya, kau mau langsung tidur begitu saja? aku masih ingin mengobrol—"

          "Ssstt—besok kita harus bangun pagi-pagi sekali jadi sebaiknya kau segera tidur."

          "Kenapa? memangnya besok ada apa?"

          "Kau akan tahu nanti." Dahyun mengubah posisinya menjadi menyamping, memunggungi Jungkook. "Besok akan menjadi hari yang sangat berat, jadi kau harus segera tidur," sambungnya yang membuat Jungkook semakin penasaran.

           "Ya! Besok ada ap—"

           "Jalja!" pekik Dahyun yang membuat Jungkook kembali menelan perkataannya dengan sebal. Tak lama, suara dengkuran halus terdengar pelan. Dahyun sudah terlelap, sementara Jungkook masih memandangi langit-langit kamar dengan gamang. Di tengah banyaknya tanda tanya dalam benaknya, lelaki itu perlahan menyusul Dahyun ke alam mimpi. Malam itu, semuanya tertidur sangat lelap.

            Dahyun menyamankan posisinya, memeluk guling di hadapannya dengan erat seolah tidak mau kehilangan sedikit pun kehangatan yang tengah dirasakannya saat ini. Ini benar-benar nyaman. Rasanya seperti kembali ke pelukan sang ibu, namun ini lebih besar, kokoh dan—manik Dahyun langsung terbuka saat menyadari kejanggalan itu. Gadis itu segera menjauhkan tubuhnya panik saat melihat Jungkook yang masih tertidur dengan lelap. Kasur yang semula berjauhan menjadi tidak memiliki jarak sama sekali. Bahkan posisi lelaki itu juga menjadi sangat dekat dengannya.

            "Mwoya, sejak kapan ia—"

           Alarm ponselnya tiba-tiba saja berbunyi. Jungkook mengernyit, lelaki itu terlihat sangat terusik karena bunyi berisik dari alarmnya, sementara Dahyun buru-buru ke luar dari kamar itu. Gadis itu harus bergegas dan bersiap-siap untuk pergi walaupun benaknya masih terus bertanya-tanya, mengapa ia dan Jungkook bisa berakhir tidur berpelukan seperti tadi.

             "Haissh jinjja ... awas saja, hari ini aku akan membuatmu tersiksa, Hwang Jungkook."

            Dahyun benar.

            Hari ini. Sangat. Berat.

            Semua kata itu perlu dicetak tebal, digaris bawahi dan dicapslok. Jungkook benar-benar merasa tengah menjadi budak di bawah terik panasnya matahari saat ini. Setelah mandi dengan air dingin di pagi buta, lelaki itu harus membawa semua belanjaan Dahyun seraya mengekori kemana pun gadis itu pergi dari belakang.
         
           Seumur hidupnya, ia tidak pernah menjejakkan kakinya di pasar. Ibunya selalu membawanya ke super market atau mini market yang kebersihannya lebih terjamin dan tidak sebising ini.

           "Ya, tunggu aku!" sahutnya saat Dahyun terus berjalan dengan cepat hingga ia tertinggal cukup jauh dengan menenteng beberapa kantong belanjaan yang sangat berat.

           "Palli! Kita harus membeli semua ini sebelum kakek bangun." Dahyun kembali membeli lauk pauk dalam daftar. "Tolong, beri aku beberapa potong tuna segar dan beberapa abalon."

           Napas Jungkook sudah memburu saat lelaki itu berhasil menghampiri Dahyun yang tengah membayar belanjaannya. "Ini yang terakhir?" tanyanya saat Dahyun kembali menambah beban kantongnya dengan lauk pauk yang baru saja ia beli.

          "Tinggal tersisa satu hal lagi dan ini yang paling sulit," ujar Dahyun.

          "Apa?"

          "Aku ingin mengajak kakek jalan-jalan menggunakan mobilmu, boleh?"

          Jungkook tersenyum lembut. Sebelah tangannya yang bebas menepuk kepala Dahyun pelan. "Tentu saja boleh. Aku akan mengantar kalian kemana pun itu."

          Dahyun balas tersenyum lebar. "Gomawo."

          "Tapi tentu saja itu tidak gratis." Senyum Dahyun langsung luntur, sementara kedua sudut bibir Jungkook semakin terangkat naik. "Besok malam, kau harus menemaniku ke suatu tempat. Sendirian, saat kakek sudah tertidur," sambungnya membuat kening Dahyun berkerut bingung.

            "Kemana? Ya! Kenapa kau hobi sekali membuatku penasaran?"

            Jungkook tersenyum tipis lalu mengacak rambut Dahyun gemas. "Kau akan tahu nanti. Ayo kita pulang, kakek pasti sudah menunggu."

            Kesehatan kakek Shin semakin membaik. Setelah satu hari penuh dirawat dan makan obat secara rutin, lelaki paruh baya itu kini terlihat lebih bugar. Hanya saja, pandangannya semakin memburuk, membuatnya harus mengenakan kacamata.

            "Harabeoji, bukankah kau ingin sekali datang ke tempat ini? tapi ... kenapa kakek terlihat sedih?" tanya Dahyun pada kakeknya yang tengah menatap hamparan laut luas yang membentang di hadapan mereka saat ini.

            Setelah menyiapkan segalanya, mereka bertiga langsung pergi menuju pantai Gwangalli, pantai yang sering mereka kunjungi saat liburan dulu. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah, hanya butuh waktu seperempat jam dengan menggunakan mobil, mereka telah sampai. Dahyun tidak ingin membuang hari terakhirnya di Busan begitu saja karena gadis itu tidak memiliki banyak waktu untuk menemui kakeknya, itu sebabnya ia ingin membuat banyak kenangan bersama sang kakek selagi berada di sini.

             "Kakek teringat saat berlibur ke sini bersama nenekmu dulu. Ia terlihat sangat bahagia ketika melihat pantai ini, senyumnya tak pernah pudar bahkan kakek masih ingat bagaimana bahagianya ia saat melihat lautan. 'Semua kenangan seolah terlukiskan dengan jelas di sini. Bahkan ketika untaian kata yang tertulis di pasir ini tersapu ombak, kenangannya akan tetap abadi. Menyatu dengan air laut yang terus menyebar'. Kakek masih ingat perkataannya waktu itu saat ditanya mengapa ia senang berada di sini."

             Dahyun tersenyum pedih. Gadis itu menyandarkan kepalanya pada bahu sang kakek sembari melihat hamparan ombak yang bergelombang tenang. "Kakek ... pasti sangat mencintai nenek ya. Aku yakin, nenek pasti bahagia di sana."

             Kakek Shin memeluk sang cucu dari samping dengan erat lalu mengecup keningnya penuh kasih sayang. "Kau tumbuh dengan sangat baik. Apa di Seoul begitu menyenangkan? Ceritakan pada kakek, bagaimana kau bisa bertemu dengannya lagi?"

              "Siapa?"

              "Siapa lagi kalau bukan bocah nakal yang tengah memanggang daging itu?" Dahyun refleks melihat ke arah Jungkook yang tengah memanggang daging dengan tenang. Lengan kemeja yang ia gunakan digulung sampai siku, sementara lengan jaketnya ia talikan di pinggang. Penampilannya terlihat sangat santai namun masih terlihat modis.

              "Hey, bukankah ia menjadi sangat tampan? Kau pasti menyukainya, kan?" tanyanya jahil membuat Dahyun langsung membuang muka salah tingkah.

              "Mwoya harabeoji. Dia terlihat biasa-biasa saja tuh. Tampan apanya, dia itu sangat menyebalkan!"

              Sang kakek hanya tertawa kecil saat melihat cucunya yang menggerutu. Lelaki paruh baya itu jelas tahu, kalau ada sesuatu diantara Dahyun dan Jungkook. Ia tidak pernah melihat cucunya membawa lelaki manapun kemari kecuali Jungkook. "Sebaiknya kau membantunya sana. Kakek akan berjalan-jalan dulu di sekitar sini," suruhnya.

              "Shiro! Aku ingin menemani kakek jalan-jalan saja."

              "Ck, kau bantu saja dia supaya makanannya cepat matang. Biarkan kakek jalan-jalan sendiri." Kakek Shin segera bangkit dari duduknya dan berjalan-jalan meninggalkan Dahyun yang mendengkus kesal. Pada akhirnya, gadis itu menghampiri Jungkook yang masih sibuk dengan daging panggangnya.

              "Sini, biar aku bantu." Dahyun mengambil alih pencapit di tangan Jungkook lantas menggunting daging itu menjadi beberapa bagian. "Kau harus mengguntingnya seperti ini supaya cepat matang," sambungnya tanpa menatap ke arah Jungkook.

              Rambutnya yang terurai panjang sesekali menghalangi pandangannya. Apalagi angin yang barhembus cukup kencang membuat rambutnya berterbangan tak tentu arah. Jungkook yang menyadarinya lantas melepaskan salah satu gelang miliknya lalu berjalan mendekati Dahyun. "Ck, anginnya kencang sekali ya," ujarnya basa-basi saat ia telah berdiri di belakang Dahyun.

              "Eoh, kau seperti tidak pernah ke pantai saj ... ya! Apa yang kau lakukan?" tanyanya panik saat Jungkook tiba-tiba saja menyatukan semua rambutnya, lalu mengikatnya menjadi satu menggunakan gelang miliknya.

              "Sudah. Sekarang lebih baik, kan? Rambutmu jadi lebih rapih," ujar Jungkook santai. Lelaki itu memutuskan untuk menyiapkan beberapa bahan lain yang perlu dimasak sementara Dahyun masih mematung di tempatnya. Perlakuan manis Jungkook sukses membuat jantungnya berdebar lebih cepat namun gadis itu segera menggeleng untuk menyadarkan dirinya.

              "Aniya, Shin Dahyun, itu bukan apa-apa okey," peringatnya pada diri sendiri supaya tidak goyah. Gadis itu kembali fokus memanggang daging, sementara Jungkook yang sempat mendengarnya hanya tersenyum kecil.

             "Kiyowo."

Translate:

Mwoya = Apa
Harabeoji = Kakek
Jinjja = Benar-benar
Ya! = Hey!
Palli! = Cepat!
Shiro! = Tidak mau!
Kiyowo = Lucu, menggemaskan
Gomawo = Terimakasih

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top