dua puluh sembilan (reuni)
Kaisar tidak berhenti mencumbu leher dan dada Silu Sepanjang perjalanan ke tempat Reuni hanya karena Silu tidak mengizinkan bibirnya dicium dengan alasan dia tidak mau lipstik nya terlihat berantakan.
Kejam sekali, keluh Kaisar yang sudah menahan hasratnya saat melihat Silu keluar dari kamar riasnya.
Silu tidaj memakai pakain seksi, dressnya anggun dan indah tapi pancaran sinar kebahagiaan di mata Silu membuat tubuh Kaisar terbakar hingga ke jantungnya.
"Kaisar, aku tidak mau terlambat.!"
Silu mengangkat dagunya lebih tinggi membuat Kaisar bisa mengekspor lehernya lebih leluasa.
"Kita harus turun."
Pintanya saat mereka berada di parkiran restoran tempat reuni diadakan.
Kaisar mengigit leher Silu.
"Sekali saja Silu, apa kau tidak kasihan melihatku.!"
Pinta Kaisar yang membuat Asisten Lin segera turun dari mobil.
Silu mendorong wajah kaisar menjauh.
"Kita punya waktu lain, tapi teman-temanku, kami semua bisa berkumpul hanya sekali setahun.
Kami tidak berada di kota yang sama, punya aktivitas yang berbeda. Sedangkan kita berada di kamar yang sama."
Kaisar menghempaskan punggungnya ke sandaran.
"Kau berhutang banyak padaku." Lirihnya memejamkan mata, napasnya berat dan wajahnya merah.
Silu menempelkan bibirnya ke bibir Kaisar tapi saat Kaisar membuka bibirnya, Silu langsung menarik diri.
"Asalkan kau patuh setelah pertemuan, aku janji kau bisa melakukan apapun, kapanpun dan di manapun. Terserah padamu."
Kaisar membuka matanya yang menyala.
"Baiklah." Dia mengembuskan napas keras.
"Aku tau aku tidak bisa mengalah teman-temanmu itu."
Bisiknya mengendus leher Silu yang segera menghindar dan keluar dari mobil.
Kaisar mengejar, meraih pinggang Silu saat memasuki sebuah gedung tinggi.
Mereka naik ke lantai dua puluh dimana terdapat sebuah Restoran berbintang yang hanya bisa dikunjungi orang-orang dengan uang bertas-tas dengan janji terlebih dahulu.
Mengingat sekolah Silu, kaisar tau teman-teman Silu ataupun pasangannya bukan lah orang sembarangan.
Begitu sampai mereka diarahkan ke sebuah ruangan dengan pintu kembar.
Silu melangkah dan langsung disambut pekik kegirangan dan pelukan hangat bergantian, menyingkirkan Kaisar yang melongo terdiam saat melihat istrinya dikelilingi para wanita yang sama bahagianya dengan Silu.
"Kaisar Balder.!"
Kaisar menoleh, langsung berbalik melihat Kian morteza berjalan mendekatinya memegang segelas Wine, mengulurkan tangan bersalaman.
Kaisar langsung menyambut uluran tangan Kian Morteza, penerus keluarga Morteza yang masih muda tapi sangat ambisius.
"Jadi salah satu teman baik istriku berpasangan denganmu.?"
Kaisar memperhatikan sekelilingnya, melihat kelompok wanita itu berkumpul sesamanya dan mengabaikan pasangan mereka layaknya Silu.
"Mahsa, dia istriku. Kami baru saja menikah.
Dia sebenarnya tidak mau aku ikut tapi aku memaksa dan dia akhirnya menyerah."
Kaisar mengangguk, Silu sudah memberitahu nama teman-temannya, ciri-ciri dan sifat mereka.
"Istriku Silu, kami juga masih pengantin baru."
Kaisar meraih gelas minuman di atas meja makan berbentuk bulat besar.
" Beberapa kali aku pernah bertemu dengannya.
Gadis yang baik."
Puji Kian.
"Selamat tuan Balder akhirnya anda menemukan wanita yang tidak membuatmu muak."
Kaisar tersenyum, menoleh saat Dua orang lagi pasangan teman-teman Silu yang menyadari kehadirannya lalu mendekat dan menyapa.
" Savar Umran, Rakin Neval."
Sapa Kaisar mengulurkan tangan terlebih dahulu yang disambut kedua laki-laki itu segera.
"Jadi bisa dikatakan istri kita adalah geng."
Kata Rakin tersenyum meraih gelas minuman layaknya yang lain.
"Nampaknya semuanya sudah lengkap.!"
Ucap Savar.
Savar menunjuk dengan gelas minumannya ke arah sekumpulan wanita yang tertawa dan terus merangkul satu sama lain.
"Istriku Zeenat, yang paling mungil."
Umum Savar penuh cinta yang langsung disadari para pendengarnya.
"Aku suami Sonam."
Rakin ikut menunjuk.
"Yang tinggi kurus dengan rambut tebal bergelombang."
Kaisar tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat melihat mereka semua yang sedang dimabuk kepayang.
Dia mengangkat gelas, bersulang yang langsung dimengerti tiga yang lainnya.
"Semoga kita semua selamat.!" Ucap Kian tertawa setelah meneguk habis minumannya.
"Sebaiknya kita bergabung dengan yang lain, mereka duduk di balkon, merokok."
Rakin mengajak dan sudah melangkah terlebih dahulu.
"Kita kelompok yang terlambat, harus hormati yang datang lebih dulu."
Sebelum melangkah Kaisar melihat Silu, ingin tau apa Silu mencari atau memikirkannya tapi tidak. saat ini Silu mungkin lupa kalau dia membawa suaminya ke sini.
"Lupakan saja, untuk malam ini kau tidak bisa menguasai istrimu.!"
Rakin merangkul bahu Kaisar Karena dia tau dan merasakan hal yang sama.
Kian tertawa.
"Kita tidak lebih dari seKumpulan kacung menyedihkan.!"
"Suami bodoh dan malang.!"
Sambung Savar tanpa ekspresi.
Ruang VIP ini luas dan mewah, mengingat Silu dan teman-teman punya suami yang tajir semua, maka bisa dikatakan mereka termasuk orang yang sederhana.
Sampai di balkon Kaisar melihat sekelompok sang kekasih yang terabaikan yang juga merupakan kenalannya sesama pembisnis.
Syukurlah mereka saling mengenal jadi tidak ada rasa cunggung, meski ada beberapa darinya yang cukup pendiam.
"Sayan Temin, Taimur Navu, Kasra Bahma, Sharya Aistan, Serkan Onur, Taner Seraf, wafa Basika, Gazza Gusra, Yaman Serdan, Dastan yarei, Yazi Metis, Asena Behzat, Gale Kasey, Yazan Montoya, Ajnur Faza, Samil Lata, Ahesa Rishi" Sapa Kaisar, menyalami satu persatu mereka mereka yang mengangkat alis melihat kehadirannya di sini.
"Jadi tuan Balder yang dingin dan keras seperti baja akhirnya menemukan wanita yang pas untuk dinikahi.?" Tanya mereka penasaran.
Kaisar mengangguk.
"Ya, ini masih masa bulan maduku. Pernikahan tertutup hanya dihadiri keluarga terdekat."
Kaisar senang dia memaksa untuk ikut dengan Silu.
Dia bukan hanya bertemu dengan teman-teman Silu tapi juga pasangan mereka yang hebat.
"Istriku yang bernama Silu, diciptakan hanya untukku.
maaf kami sedikit terlambat."
"Tidak masalah, kita masing-masing tau pekerjaan kita. Dan perkenalkan Istriku yang bernama Nelam, yang kulitnya bersemu kemerahan dan berambut lurus panjang."
Sayan Temin ikut memperkenalkan diri.
"Dan istriku bernama Sanae, cari saja yang paling pendiam." Desah Taimur mengangkat bahu lelah seperti menanggung beban berat.
"Atau lihat yang tengah hamil besar, itu dia."
Lalu dalam sekali tegukan, Taimur menghabiskan isi gelasnya.
mereka saling melirik.
Semuanya, termasuk Kaisar menilai Taimur jelas mencintai istrinya tapi laki-laki itu juga marah dan penuh kepahitan.
Tapi bukan bidang mereka untuk ikut campur rumah tangga orang lain, hanya akan memperkeruh suasana saja jika ada pihak ketiga.
Orang dewasa pasti bisa menyelesaikan masalah Mereka kan.!
"Istriku yang bernama Serya.!" Kasra Bahman ikut memperkenalkan diri, menghilangkan keheningan.
"Yang punya lesung pipi dengan dagu terbelah."
Binar matanya sudah cukup menunjukkan satu lagi korban panah cupid.
"Istriku yang bernama Bianca.!" Sharya Aistan ikut memperkenalkan diri.
"Aku kenal dengan semua teman-teman Bianca karena kami juga satu sekolah."
Senyumnya ramah melihat para wanita yang ada di ujung sana, dekat piano dan Bianca sedang menyentuh tuts dengan jarinya.
Jakun Sharya bergerak membayangkan jari Bianca menyentuhnya.
"Tahun ini putri kami berumur tiga belas tahun."
Tambahnya bangga,
Dia tersenyum melihat tatapan kaget para suami itu.
"Aku dan Bianca sudah kenal semenjak dia berumur tujuh belas tahun."
Yang lain mengangguk, serentak mengumankan kata "cinta masa SMA"
"Kali ini giliranku.!"
Serkan bersuara.
"Istriku yang bernama Cyra.
Yang sedang bernyanyi mengiri istrimu bermain piano." Ucapnya pada Sharya yang mengangguk mengangkat gelas bersulang.
"Suaranya bagus sekali tapi aku tidak ingin dia menjadi pusat perhatian."
Nada posesif membuat yang lain tertawa, bukan menertawakan Sharya tapi diri mereka yang sama posesifnya.
"aku belum memperkenalkan istriku."
Taner Seraf menunjuk dengan dagunya.
"Selena, itu istriku. Yang selalu tersenyum sampai giginya kering. Tersenyum pada siapa saja meski sudah kularang dan selalu membuat orang salah paham."
"Yarra itu istriku, yang sedang berputar-putar seperti Pai shu chen."
Gazza Gusra tersenyum dengan mata berbinar melihat istrinya yang tak berhenti mengelilingi teman-temannya, bergerak lincah meliuk menggoda siapa saja.
"Terlalu santai" tambahnya.
"Berbeda dengan Mamta istriku, terlalu pasif dan tenang." Wafa Basika meneguk minumannya.
"Dia bahkan tidak akan melompat kaget jika balkon ini runtuh dan kita semua jatuh ke bawah sana."
Wafa tersenyum.
"Tapi aku tidak akan jatuh dan melepasnya."
Matanya mengkilat.
"Selamanya takkan kulepas lagi."
"Aku suami dari Simran."
Dastan Yarei ikut memperkenalkan diri.
"Lihat saja yang terlihat mau pingsan itu istriku."
Tidak ada kesan marah atau jengkel, murni rasa kagum yang terdengar dari nada suara Dastan.
"Sebelum pergi aku membuatnya sibuk."
Dastan mengacuhkan semua alis mata yang terangkat penuh arti.
"Istriku yang terlihat paling sibuk, namanya Tamana.
Selalu lebih perhatian pada orang lain dibanding diri sendiri, kecuali pada suaminya."
Bukan ungkapan kecewa jelas sekali Yazi Metis sedang merajuk karena merasa diabaikan hingga yang lain hanya bisa tersenyum maklum.
"Istriku bernama Tulsi." Asena Behzat ikut memperkenalkan istrinya.
" yang rambutnya lurus sebahu dengan senyum Pepsodent. Dia terlihat sedikit lelah, pagi ini kami baru dapt kabar gembira kami akan jadi mama dan papa."
Asena mengangkat gelas, menyambut ucapan selamat yang diucapkan serentak oleh para CEO yang kemungkinan mulai malam ini akan jadi Geng dan sering bertemu.
"Nah istriku yang bernama Gaia." Gale Kasey menunjuk dengan gelas ditangannya.
"Yang berambut coklat pendek dan kebingungan, sibuk icip-icip makanan mencari tau mana yang paling enak." Gale tersenyum.
"Padahal sudah kukatakan padanya akulah yang paling nikmat di dunia ini."
Gale mengabaikan dengusan dari sekelompok kenalan yang mulai malam ini akan jadi teman karena pergaulan istrinya.
"Istriku yang bernama Alara." Ajnur Faza mulai memperkenalkan diri.
"Cantik, cerewet dan paling suka menonton kartun konyol yang tak masuk akal dan memaksaku ikut menonton, lihat saja penampilannya yang kekanak-kanakan."
Tapi Ajnur terlihat sangat bahagia hanya dengan membayangkan dia menonton film kartun lalu film kartun itulah yang menonton mereka begitu dia membuat Alara fokus padanya.
"Istriku Bernama Seba.!" Samil Lata, menunjuk dengan rokok di tangannya.
"Lihat saja yang terlihat paling manis dengan matanya yang bulat mendengar cerita teman-temannya.
Pengobat lelah nomor satu di dunia ini."
Puji Samil dengan mata berbinar menatap istrinya yang tiba-tiba berbalik melihatnya seakan sadar suaminya itu sedang memperhatikan.
Samil tersenyum dan membalas lambai tangan istrinya membuat yang lain kesal karena istri mereka tidak sesensitif istri Samil.
"Istriku yang sedang bergosip dengan istrimu.!"
Ahesa Kasmi melihat pada Gale.
"Namanya Neetu." Dia dan Gale tersenyum mengerti betul bagaimana karakter istri mereka.
Yazan Montoya mematikan rokoknya, tersenyum saat bibirnya menyebut nama sang istri.
"Aku suami dari Sanaya."
Dagunya menunjuk ke dalam ruangan.
"Lihat saja yang wajahnya paling datar, menyimpan semua perasaan di hatinya."
Dia menarik napas panjang.
"Tidak apa, dia bisa memilih tidak pernah menyunggingkan isi hatinya padaku, selama dia tau hanya dia yang paling penting di dunia ini bagiku."
Ucapannya tentu saja dengan cinta yang menyelimutinya.
Yaman serdan tau ini adalag gilirannya, saat semua sudah selesai memperkenalkan istri masing-masing.
"Istriku yang paling montok."
Jakunnya bergerak, hanya dengan menyebut nama istrinya saja membuat bergairahnya.
"Azura itu namanya, dia baru saja melahirkan putra kembar untukku.
Malam ini harusnya kami menghabiskan waktu berdua saja tapi dia justru memilih datang ke Reuni, teman lebih penting dari kebutuhan suami."
Yaman terlihat merajuk.
Sama seperti yang lain, Kaisar ikut tertawa keras mendengar keluhan Yaman.
"Aku pikir aku datang kali ini untuk menjaga istriku, memastikan tidak ada satupun laki-laki yang melirik dan menggodanya.
Tapi nampaknya bukan hanya aku yang berpikir hal yang sama di sini."
"Tentu saja.!" Jawab Kian tertawa.
"Tapi senang rasanya bisa bertemu kalian semua, menyadarinya kalau aku bukan satu-satunya laki-laki bodoh di dunia ini."
"Mungkin karena suara, semuanya anggota kelompok vokal, suara Mereka menyihir dan membuat kita jadi seperti keledai."
Rakin ikut melontarkan lelucon sarkas.
Lalu Masing-masing dari mereka mulai mengeluarkan lelucon yang akan membuat orang yang tak mengerti kebingungan, bertanya di mana letak lucunya.
"Apa yang lucu.?"
Mahsa Morteza tiba-tiba muncul langsung merangkul Kian yang terlebih dahulu sudah mengulurkan tangan.
Istri-istri yang lain menyusul di belakangnya.
Semua menempel pada suaminya kecuali Sanae yang menjaga jarak dan seperti menghindar kontak mata dengan suaminya.
Mereka semua menyadari hal tersebut tapi pura-pura tidak tau demi menjaga perasaan pasangan tersebut.
"Aku lapar.!" Desah Silu.
"Aku belum makan apapun dari siang, ayolah makan dulu nanti kalian semua bisa merokok dan minum lagi."
Ajaknya pada yang lain.
"Makanannya sudah mulai dingin."
Dengan anggukan setuju mereka kembali masuk ke dalam, duduk di sebelah pasangan masing di hadapan meja bulat besar yang penuh dengan makanan pembuka, utama dan penutup.
Sebagai penyanyi, tidak ada satupun dari para wanita yang minum alkohol, mereka semua memilih air putih dan jus.
Semuanya senang semuanya gembira meski beberapa kali mereka melihat Sanae menepis sentuhan suaminya tapi secara keseluruhan Sanae dengan perut besarnya terlihat bahagia.
Hanya sayangnya saat lewat tengah malam dan para suami mulai mabuk, mereka malah terlibat perkelahian dengan sekelompok laki-laki yang berada di ruang sebelah dan semuanya dimulai oleh Mahsa yang bahkan tidak merasa menyesal membuat para suami mendapatkan satu dua pukulan diwajah yang terpahat sempurna.
Perkelahian baru bisa dihentikan setelah ruangan hancur dan polisi turun tangan.
Akhirnya mereka semua keluar dari kantor polisi menjelang subuh dengan sang istri yang harus memapah suami masingmasing.
***************************
(02012023) PYK
Untuk selanjutnya jika ada tambahan karakter, aku bakal update bab ini, khusus cerita ini aja yang kasih detail masing-masing tokohnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top