Bagian 1 ~Tentang Raya~
Bunyi sebuah ponsel yang menandakan pesan masuk, membuat seorang wanita yang sebelumnya sedang sibuk berkutat di depan layar komputer, beralih menatap ponsel tersebut, sekilas sudut bibirnya terangkat sembari mengambil ponselnya. Dari nada ponselnya pun ia sudah tahu siapa pengirim pesan tersebut.
Isi pesan yang bertuliskan, “Selamat ulang tahun, Princess.” Semakin membuat senyumannya melebar. Karena ia sendiri baru sadar jika sekarang adalah hari ulang tahunnya yang ke-23. Raya, wanita cantik bermata cokelat dan rambut panjang sebahu itu asyik membalas pesan yang ia terima. Tak lama kemudian sebuah panggilan video pun masuk, dengan cepat ia menggeser tombol hijau pada layar.
“Hai!” sapa Raya dengan semangat.
“Selamat ulang tahun, ya. Pasti aku orang pertama yang ngucapin ini buat kamu, kan?” balas seorang pria yang berada di layar ponsel milik Raya.
“Enggak, ya. Siapa bilang kamu yang pertama,” balas Raya dengan nada mengejek diiringi tawa kecil. Membuat keduanya sama-sama tertawa.
“Ah, iya. Minggu ini aku sudah bisa balik ke Indonesia. Kangen sama kampung halaman,” ucap pria tersebut.
“Kangen sama kampung halaman, atau kangen sama aku?”
Pria itu tersenyum, “Kangen sama semuanya.”
Percakapan terus berlanjut, diselingi tawa dan canda dari keduanya. Serta diiringi dari rasa bahagia dalam hati Raya yang tak bisa ia ungkapkan. Mengetahui pria itu akan segera kembali ke Indonesia, setelah 4 tahun menimba ilmu di negeri orang.
Setelah percakapan panjang itu berakhir, senyuman terus menghiasi wajah Raya. Ia menatap bingkai foto yang terletak di sebelah komputer. Foto dua anak kecil yang saling merangkul, dengan senyuman lebar dan menampakkan gigi yang tengah tanggal. Suara embusan napas pun terdengar lembut.
“Enggak kerasa sudah empat tahun berlalu,” gumamnya tersenyum tipis.
Sekilas beberapa momen masa lalu kembali terlintas dalam pikirannya. Membuat jantungnya kembali berdebar dan merasakan sengatan lembut yang begitu menggelitik. Bagi Raya, hanya pria tersebut satu-satunya teman sekaligus dambaan hatinya selama ini. Meski jarak memisahkan mereka beberapa tahun, tapi nyatanya perasaan Raya terhadap pria itu masih sama. Hanya saja, Raya takut perasaan itu akan merusak hubungan persahabatan mereka.
Dirinya yang juga mempunyai masa lalu kelam tentang suatu hubungan. Tak ingin mengalami hal yang sama, meski dulu bukan dirinya yang merasakan secara langsung. Namun, Raya bisa merasakan penderitaan itu. Bagaimana tidak? Hubungan yang ia lihat seakan baik-baik saja karena cinta, nyatanya menyimpan banyak luka yang harus ditanggung.
Raya tahu, jika perasaannya mungkin salah. Karena selama menjalani hubungan pertemanan dengan pria tersebut lebih terasa nyaman. Apakah jika hubungan mereka berubah karena cinta akan tetap terasa nyaman?
Faren, nama pria tersebut. Teman sekaligus sahabat Raya sejak SMP. Anak tetangga yang begitu ramah dan baik. Saat Raya baru pertama kali pindah rumah di kompleks yang sama dengan Faren, pria itulah teman pertamanya. Bahkan saat Raya juga masuk di sekolah yang sama dengan Faren.
Suara ketukan pintu terdengar, membuyarkan semua lamunan sekilas itu dengan cepat. Raya pun mempersilakan orang yang mengetuk pintu itu masuk. Seorang pria berbadan tegap dan atletik, lengan baju yang disingsingkan sampai siku, serta apron yang selalu ia kenakan.
“Aku ganggu, ya?” tanya pria tersebut dengan suara beratnya.
“Ah, enggak, kok. Kerjaan aku juga udah mau selesai. Ada apa?”
“Kau lupa, kalau hari ini kita akan riset menu baru?”
“Astaga, iya. Baiklah, ayo kita ke dapur sekarang.”
Pria tersebut hanya menggeleng tak habis pikir melihat tingkah Raya yang satu ini, sedikit pelupa, tetapi ekspresinyalah yang membuat pria itu merasa gemas. Namanya Aditya, pria yang bekerja sebagai kepala koki di restoran yang sama dengan Raya. Mereka juga terbilang akrab, mau itu dalam urusan pekerjaan atau di luarnya.
“Ray, tunggu, deh.” Aditya menahan lengan Raya sebelum wanita itu keluar dari ruangannya. Raya hanya membalas dengan ekspresi wajah yang terlihat bingung.
“Tutup mata kamu dulu, deh!”
“Loh, Dit. Kenapa harus pake penutup mata segala, sih?”
“Udah nurut aja, ini menu spesial soalnya.”
Raya yang tak sempat menolak pun hanya bisa pasrah mengikuti kemauan Aditya. Perlahan Raya dituntun menuju dapur restoran. Saat kain penutup mata Raya dibuka, sebuah kejutan ia dapatkan. Semua staf dapur dan yang lainnya berkumpul, serentak mengucapkan selamat ulang tahun untuk Raya dengan gembira.
Ada rasa haru sekaligus bahagia. Ternyata semua orang mengingat hari ulang tahunnya. Bahkan sampai karyawan restoran pun memberikannya kejutan untuknya. Meski terkadang mereka selalu membuat Raya menjadi sedikit pemarah dan emosi-an dalam hal pekerjaan.
“Selamat ulang tahun, ya, Bu Manajer. Kami semua sayang sama Bu Manajer,” ucap salah satu karyawan tersebut. Raya membalas dengan senyuman hangat.
“Terus mana menu baru kalian?” tanya Raya, membuat semua stafnya terdiam.
“Ini menu barunya. Hari ulang tahun Bu Manajer kita,” jawab Aditya sambil tersenyum mencairkan suasana. Menyodorkan sebuah kue ulang tahun, meminta Raya untuk meniup lilinnya.
Baiklah, untuk saat ini Raya memutuskan untuk mengesampingkan soal pekerjaan. Semua stafnya pasti sudah susah payah menyiapkan kejutan tersebut. Lilin di atas kue pun ditiup, dengan banyak doa dan harapan dari Raya, diiringi tepuk tangan meriah.
“Terima kasih untuk kejutan hari ini,” ucap Raya dengan senyuman hangatnya pada semua staf.
“Jadi ...,” ucapan Raya menggantung. Semua dibuatnya penasaran kalimat apa yang diucapkan selanjutnya. Jujur saja, posisi Raya sebagai manajer di sana cukup disegani oleh semua staf. Raya sangat dikenal tegas dan perfeksionis dalam hal pekerjaan. Jadi, tak mudah untuk terlalu dekat, atau mengambil hatinya begitu saja.
“Oke, kalian lanjutkan kerjanya masing-masing. Pulang kerja saya traktir kalian.”
Ucapan Raya membuat semua stafnya senang dan bersorak gembira.
“Tapi pekerjaan kalian harus benar-benar selesai hari ini. Saya gak mau ada kesalahan, atau saat closing masih ada hal yang terlupakan. Oke?!” lanjut Raya.
“Oke, siap Bu Manajer!”
Semuanya kembali bekerja, mereka terlihat begitu semangat.
“Gitu, dong. Sekali-sekali lembut sama anak-anak,” ucap Aditya sambil merapikan sisa kue tadi.
“Jadi selama ini aku kurang lembut apa sama mereka?”
Aditya tertawa kecil. “Kamu itu galak tau, apalagi kebanyakan dari mereka karyawan baru semua. Ya gak salah juga kalau karyawan sebelumnya banyak yang keluar masuk.”
“Merekanya aja yang gak mau paham sama sistem kerja di sini. Lagi pula kalau kalian semua disiplin, aku gak masalah, kok.”
Biarpun ucapan Raya terdengar galak, tapi bagi Aditya ekspresi Raya menggemaskan. Mungkin, di restoran ini memang hanya Aditya yang bisa mendekati Raya. Namun, tidak untuk mengambil hati Raya dalam hal lainnya. Satu fakta tentang Aditya, dia menyukai Raya, dan itu sangat terlihat jelas. Akan tetapi, Raya terlalu rapat menutup hatinya dan selalu mengalihkan hal tersebut. Wanita itu begitu pintar membatasi hatinya dengan orang lain.
Tak terasa jam sudah menunjukkan angka sebelas malam. Pesta bersama rekan kerja pun juga sudah berlalu. Raya sampai rumah dengan keadaan benar-benar lelah, rasanya ia ingin cepat-cepat tidur. Namun, niatnya itu urung saat ia melihat ibunya justru tertidur di sofa ruang tamu. Raya membangunkan ibunya dengan lembut.
“Sudah pulang, Nak?” tanya ibunya yang masih sedikit mengantuk.
“Sudah, Bu. Baru aja sampai. Ibu kenapa tidur di sofa begini?”
“Ibu nunggu kamu, Nak. Selamat ulang tahun, ya, Nak.”
Dengan bahagia, Raya langsung memeluk ibunya. Meski hari ini dia banyak mendapatkan ucapan selamat ulang tahun, entah kenapa ucapan dari ibunya yang paling berkesan dan menyentuh. Raya menahan bendungan air matanya agar tidak tumpah, menutupinya dengan senyum bahagia.
“Makasih, ya, Bu. Raya sayang sama Ibu.”
Raya merasa lelahnya hari ini benar-benar terbayarkan. Melihat ibunya yang sampai saat ini masih berada di sisinya. Bahkan menunggunya pulang kerja hanya untuk mengatakan hal tersebut. Sederhana, tapi bagi raya ini hal yang termahal untuknya.
•••
“Kebersamaan dengan orang terkasih adalah hal yang termahal, karena saat itu akan ada momen di mana semua tidak bisa terulang kembali.” – Raya Radisty.
•••
Thank for reading!
(Story by: Riqha Mey)
Balikpapan, 4 April 2023
(Follow my IG: @_riqhamey02)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top