Enam
Rin menatap gaun pilihan Sein. Tadinya Paris yang akan memilihkan tapi ia ada kepentingan mendadak, mengantar dokumen suaminya yang tertinggal untuk meeting.
" Seleramu bagus, Sein. Sederhana tapi elegan." gumam Rin sambil memasukkan kotak gaun itu ke lemarinya.
" Rin!!!!!"
Rin memutar bola matanya. Suara lemah lembut itu menghapus bayangan Sein. Tak lama Amara hadir membuka lebar pintu kamarnya.
" Tebak aku darimana?"
" Tidak lucu, Ra."
" Eww, Rin.."
Amara menghempaskan pantat teposnya ke kasur empuk Rin. Ia terlihat sangat gembira.
" Kau habis bersenang-senang dengan pria asing itu?"
" Hemm, pria asing?" Amara memicingkan matanya.
" L-A-R-R-Y." Rin mengeja nama pria asing itu.
Amara terlihat tengah mengulum senyum. Lalu tiba-tiba ia menutup mukanya sambil berteriak histeris.
" Oh, God!!! He's so HOT!!" teriak Amara.
Rin mengerutkan keningnya.
" Ra?!! Hey.. You okay?"
" Yaaa... Verry well." sahutnya dengan mata berbinar-binar.
" Mukamu tak meyakinkan."
" Aku sedang berbahagia. He said love to me. Di depan banyak orang saat kami tengah makan malam di Hana Restaurant. Bisa kau bayangkan perasaanku? antara melted dan malu jadi satu." cerita Amara dengan berapi-api.
" Apa?!!! Dan kau menerimanya??!!!" pekik Rin.
Amara mengangguk berkali-kali di antara senyum bahagianya. Oh, No!!! Rin menepuk jidatnya.
" Bagaimana bisa?" desis Rin tak percaya.
" Bisa saja karena aku jatuh cinta sejak pertama melihat pria HOT itu." ucap Amara sendu.
Rin membulatkan matanya.
" Hey, bagaimana bisa kau menerimanya padahal kau baru satu minggu mengenalnya? Apa kau tidak memikirkan kemungkinan terburuk? Bagaimana kalau pria asing itu hanya akan mempermainkanmu?! Amara, kau terlalu welcome sama orang asing." cerocos Rin cepat.
" Hey, kami hampir dua minggu mengenal, Rin." ralat Amara.
" Sama saja."
" Aku pernah diajak ke rumahnya. Dua kali. Aku bertemu dengan ayahnya yang kurang sehat karena stroke. Lalu ibunya pemilik ternak sapi impor. Adiknya Abiel, tak kalah HOT dengan Larry.."
" Secepat itu?!!!" potong Rin.
Amara mengangguk enteng. Rin menghempaskan tubuhnya ke kasur.
" Mereka keluarga asing yang baik-baik."
" Whatever." ucap Rin lesu.
***
Akhir pekan yang membuat Rin kalau bisa ingin melewatinya begitu saja. Ia berharap tak ada hari itu atau kalau bisa ia ingin memutar waktu agar ia tak terjebak dengan janji konyol pada Sein. Tepat pukul 14.00 Sein sudah berdiri manis bersandar di mobilnya. Rin yang baru keluar kantor hanya bisa menahan kepanikannya. Bagaimana agar bisa kabur dari pria itu. Jujur saja ia cukup nervous kalau harus menemani pria itu ke acara penting. Apalagi itu adalah pesta pernikahan mantan pria itu.
" Rin!!!" panggil Sein seraya melambaikan tangannya.
Rin tersentak. Ia tak bisa lagi menghindari pria itu karena Sein berlari kecil menghampirinya.
" Come on!! Paris sudah menunggumu di apartemenku."
" A.. apa?"
" Ya. Bukankah aku sudah bilang dia yang akan make over kamu?"
" Hm, sayangnya aku lupa membawa gaun dan wedges itu."
Rin menggigit bibir bawahnya. Ia bukan lupa tapi memang sengaja melupakannya.
" Tak masalah. Ayo, aku antar ke rumahmu."
Apa?!! Rin mendelik. Kenapa ia tak berpikir sejauh itu. Hal ini akan membuat Sein tau dimana ia tinggal.
" Kau tunggu di sini biar aku mengambilnya sendiri."
" Hm, kau hanya akan membuang waktu sia-sia, Rin. Come on!! Acara dimulai tepat jam tujuh."
Rin mendesah. Sein mengulum senyumnya. Ia tau kalau gadis ini segaja meninggalkan gaunnya agar Sein gagal mengajak Rin ke pesta itu. Jangan sebut Sein pria WOW kalau tak dapat menaklukkan gadis konyol ini.
Dua jam perjalanan untuk menuju ke apartemen elite milik Sein.
" Kalian lama sekali? Aku sudah tak sabar mendandani gadis manis ini." sungut Paris.
" Rin lupa membawa gaunnya jadi kami pulang ke rumah Rin dulu." jelas Sein.
" Woa? Okay, tak masalah. Come to me, sweety."
Paris segera menarik Rin. Rin terhenyak menatap perkakas kecantikan satu box besar milik Paris. Oh, No! Ia mengerti bahwa ucapan Sein saat memilihkan gaun untuknya itu bukan omong kosong. Paris adalah wanita yang sangat memperhatikan penampilannya. Miss fashionable!! satu predikat lagi Rin sematkan untuk wanita itu setelah cantik, humble dan awesome.
" Kukira kau tak perlu menyanggul rambutnya." ujar Sein pada Paris.
" Tentu saja tidak. Aku akan menjepit sedikit anak rambutnya ke belakang lalu menyisakan sebagian terjuntai. Akan kubuat sedikit curly biar terlihat seksi." celoteh Paris.
" Aku tak mengerti." sahut Rin.
" Hm, serahkan semuanya padaku, sweety. Aku akan membuat Sein kehilangan nafasnya saat melihatmu nanti." ujar Paris seraya melirik Sein yang mengulum senyum.
Pukul 17.30. Sein sudah rapi dengan setelan jas abu-abu terang dengan kemeja putih yang kerahnya sengaja ia keluarkan dengan rapi. Sein terlihat sangat WOW. Ia kembali mengetuk kamarnya yang terkunci dari dalam.
" Sebentar lagi, Sein!!" teriak Paris.
Terdengar kasak-kusuk dari dalam. Apa yang mereka berdua lakukan di dalam? Lama sekali!! gerutu Sein.
" Tak bisakah cepat sedikit? Jakarta pasti macet apalagi ini weekend." ucap Sein keras.
Krek. Paris memutar kenop pintu. Sein membalikkan badannya. Ia bukan lagi pria WOW yang mampu membuat para wanita meleleh. Ia ini ganti meleleh di hadapan seorang gadis konyol bernama Rin Dianna.
" Oww!! Sexy!!" gumam Sein tanpa sadar.
Rin melotot. Ia cukup malu dengan tatapan meleleh Sein.
" Come on!! Kalian hanya punya waktu satu jam setengah."
Ucapan Paris menyadarkan Sein.
" Okay, Thank Alot, My Sist." ucap Sein cepat seraya mencium pipi Paris.
" You melting, now!! I have been said." teriak Paris menggoda Sein.
" Yaa, you right!!!" balas Sein dengan teriakan yang sudah melangkah beberapa meter di koridor apartemen.
***
Dengan sigap Sein membukakan pintu untuk Rin. Rin menatap Sein gugup.
" Come on! You look so good. Like an angel." ucap Sein lembut.
" This is my first time."
" I know. Tenang saja ada aku."
Sein mengulurkan tangannya. Dengan ragu Rin menyambut uluran tangan Sein.
Hangat, gumam Rin saat merasakan genggaman tangan Sein.
Rupanya acara sudah dimulai beberapa menit lalu. Bukan masalah besar. Karena buat Sein inti kedatangannya adalah untuk menunjukkan kalau Sein sudah move-on dari Meiva yang selalu berkelakar bahwa Sein's nothing without Meiva. Sok cantik!!
Sein menggenggam erat tangan Rin menemui sang mempelai, Meiva dan suaminya yang sedang berbincang asyik di stand minuman dengan beberapa kolega suaminya.
" Hay, Happy wedding Meiva and..."
" Hay, Erland Cakrawijaya." Laki-laki yang ditaksir berumur 35tahun itu melanjutkan ucapan Sein seraya menyambut hangat uluran tangan Sein.
" Hay, Sein Oceano Seanberg?" ucap Meiva terkejut.
Sejenak ia terpaku menatap Sein yang masih saja WOW. Sein hanya tersenyum. Ada setitik nyeri dihatinya tapi ia segera menepisnya. Ia harus mencari pengganti Meiva dan rasanya ia sudah menemukan seseorang itu. Rin!! Tinggal menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkannya.
" Teman wanitamu?" desis Meiva tak percaya.
" Ya. Kenalkan Rin Dianna." ucap Sein dengan bangganya.
Sesaat Meiva meredup. Sein melihat jelas itu. Apalagi saat Rin melebarkan senyumnya. Meiva hanya terdiam. Pria itu tak pernah salah memilih, batin Meiva.
" Hay, Rin." ucap Rin memperkenalkan diri.
" Hay, Meiva." desis Meiva lirih.
" Oya, Sein, apa kesibukanmu sekarang?" ujar Erland seraya menggamit pinggang Meiva.
" Aku hanya berkelana tak jelas." jawab Sein merendah disertai tawanya.
" Hm, kau selalu merendah, Sein. Padahal siapa yang tak kenal dengan programer handal sepertimu." ujar Erland.
" Ya, apalah aku ini. Okay, terimakasih atas undangannya. Kurasa kami perlu menikmati hidangan-hidangan yang menggoda perutku."
" Terimakasih banyak atas waktumu, Sein. Silakan, silakan."
Sein segera menarik lembut tangan Rin untuk bergegas pergi. Ia cukup puas sekarang, bisa membungkam mulut Meiva untuk tidak menertawakannya. Sementara Meiva hanya terpekur menutupi sesalnya telah meninggalkan pria WOW itu demi sebuah prestige Nyonya seorang pebisnis sukses.
" Terimakasih, Rin. Kau sudah membantuku." ucap Sein tulus tanpa melepas genggamannya pada tangan Rin.
" Sama-sama, Sein. Aku tidak punya utang lagi kan?" Rin mengerlingkan matanya.
Sein tertawa.
" Hm. Tidak. Apa kau berpikir kau akan menyudahi kebersamaan kita setelah ini?"
" Hmm.. Bagaimana kalau iya?"
" Berarti kau menghancurkan harapanku."
Rin tersedak. Ia segera menenggak habis moctail-nya. Sein menepuk-nepuk lembut punggung gadis itu.
" Hati-hati kalau makan. Jangan terburu-buru."
" Kau seenaknya saja berbicara." sungut Rin cepat.
Sein hanya menyeringai lebar. Ia tau Rin tersedak karena ucapannya. Wajah Rin kini bersemu merah apalagi saat mata teduh Sein menatapnya lekat-lekat.
" Jadi bagaimana?" tanya Sein menaikkan alisnya sebelah.
" Apanya?"
" Apa kau mau menyudahi kebersamaan kita setelah ini? Tapi aku berharap sih kau menyudahi pertemanan ini lalu kau menjadi kekasihku."
Rin membelalakkan matanya. Sein menatap lebih dalam gadis itu. Pria ini blak-blakan sekali!! Huh! Tak ada romantisnya!!
" It's not a joke, Rin."
" Tapi ini terlalu cepat." desis Rin.
" Aku tau. Kau tak perlu menjawabnya sekarang. Aku menunggumu sampai kau siap. Benar-benar siap."
Rin menggigit bibir bawahnya. Ia tak menyangka Sein akan mengatakannya secepat itu. Ia bukan Amara yang dengan mudah dan langsung bilang 'YES'. Ia masih mengharapkan laki-laki keras kepala bernama Araz. Oh, Araz!!
" Sein, ajari aku melupakan Araz." ucap Rin tanpa sadar.
" Dengan senang hati, Rin. Pelan-pelan aku akan menghapus nama Araz di hatimu."
" Apa yang ku katakan barusan?!!" Rin membungkam mulutnya.
Matanya mendelik menyadari keteledoran mulutnya. Sein tertawa gemas.
" Hm, lupakan. Kita akan selalu bersama." ujar Sein disela tawanya.
" Maafkan aku, Sein."
" Kau tak salah, Rin. We'll play slowly but sure."
" Whatever!!"
Tanpa Sein sadari Meiva menatap iri padanya. Andai saja waktu bisa berputar kembali ia ingin ia lah gadis yang ada di genggaman Sein bukan yang lain. Ia telah salah meninggalkan pria itu demi Erland Cakrawijaya. Bukan salah Erland yang merebut Meiva dari Sein. Tapi Meiva yang tak berterus terang bahwa ia adalah kekasih Sein waktu itu. Yang Erland tau Meiva adalah teman Sein. Tidak lebih.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top