Dilema

Dua tahun berlalu begitu cepat. Ameera merasakan hidup yang lebih baik dengan adanya Harold disisinya. Dia juga mendapatkan cinta dan kasih sayang seorang ibu dari Aunty Rien, mama Harold. Wanita setengah baya yang masih cantik itu begitu menyayanginya.

Setiap hari ada saja yang dapat dipelajari dari Aunty Rien.  Berbeda dengan keadaannya dulu bersama ibu Danny yang tidak pernah mengganggap keberadaannya. Selalu menorehkan luka dihatinya. Aunty Rien selalu saja membuatnya tergelak penuh tawa.

" Schat(sayang).. sudah siap untuk penikahanmu bulan depan?" Tanya Aunty Rien lembut.

Ameera mengangguk mantap. Surat cerainya sudah keluar lima bulan lalu jadi Ameera bisa melanjutkan hidupnya dengan menikah bersama Harold.

" Sudah..biarkan semua itu..tinggalkan saja. Pergilah temui Harold..kalian harus fitting baju pengantin."

Suara lembut Aunty Rien mengingatkan. Dia mengambil alih adonan kue yang sedang dipegang Ameera. Wanita cantik itu tertawa renyah. Mengambil tasnya yang tergeletak dimeja, mencium pipi Aunty Rien, kemudian pergi dengan melambaikan tangan.

"Hart op straat, schat.."( hati hato dijalan sayang) teriak Aunty Rien mengingatkan. Ameera terkekeh.

Suasana sekitar Kinderdijk sangatlah tenang dan meneduhkan jiwa. Kawasan ini sangat cocok untuk merefreshkan diri dari kepenatan. Sepanjang mata memandang, nampak belasan kincir angin kuno berdiri megah menantang langit, seakan tak terusik zaman. Tidak hanya cantik, namun juga sangat otentik.

Ameera menghirup nafas dalam dalam, kemudian menghembuskan perlahan. Dua tahun di Kinderdijk membuat hatinya pulih perlahan. Dikelilingi orang orang yang begitu penuh cinta kasih. Ameera tersenyum mengingat semua kebahagiannya selama dua tahun ini. Apalagi bulan depan Dia akan dimiliki secara utuh oleh Harold. Lelaki yang selalu menatapnya penuh cinta.

Ameera memasuki sebuah Cafe kecil disudut jalan. Sambil menunggu kedatangan Harold, Dia memesan segelas coklat panas.

" Akhirnya aku menemukanmu sayang. "

Deg...suara itu..seakan bermimpi Ameera mendongak menatap wajah didepannya.

" Danny.." ucapnya serak.

" Ya sayang..akhirnya aku menemukanmu. Aku mencarimu setahun ini. Mengapa kamu pergi begitu saja. Dan surat gugatan cerai itu. Apakah betul kau menginginkannya." Cecar suara lelaki yang kini duduk dihadapannya.

Ameera belum pulih dari terkejutnya. Dia hanya diam menatap lelaki yang menatapnya dengan mata tajam.

Baru satu tahun ini kau mencariku, padahal aku sudah dua tahun lebih pergi dari rumah, batin Ameera.

" Mau kah kau menjelaskan semuanya Meer?" Suara dihadapannya meminta jawabannya. Ameera menggeleng.

" Aku merindukanmu Meer, sangat. Merindukanmu, begitu juga Nyla dan ibu..."

" Tidak....tidak.." potong Ameera.

" Kau tidak pernah merindukanku mas, kau menikahiku karena rasa dendammu kepadaku, anak dari seorang yang pernah menggoda ayahmu. Pantas saja ayahmu begitu baik, sementara ibumu begitu membenciku. Lalu sekarang untuk apa kau mencariku, apa tidak ada wanita lain yang bisa kau nikahi dan mau direpotkan oleh Nyla?"

Kata kata Ameera dipenuhi amarah. Danny tampak kaget. Mulutnya sedikit terbuka, matanya menatap tajam Ameera.

" Kau mengetahuinya?" Tanyanya ketus.

" Ya..kau mengetahuinya..pasti Harold yang cerita..lelaki bodoh itu masih saja mengejarmu. Belum cukup pelajaran yang kuberikan padanya.." suara Danny terdengar menakutkan. Ameera menatap tajam Danny.

" Apa maksudnya..Dia tidak bodoh..aku yang bodoh, yang terperangkap dalam permainanmu dan aku begitu saja percaya padamu karena aku dulu mengganggap aku begitu mencintaimu."

Ameera begitu benci menatap wajah didepannya yang seolah mengejeknya.

" Yaah..itu kenyataannya..kau teramat mencintaiku."

Danny seolah mengejeknya. Ameera berdecak marah. Danny bangun dari duduknya dan menghampiri Ameera. Menarik tangannya dan memeluknya. Ameera terperanjat.

" Kembalilah sayang..aku membutuhkanmu." Ucap Danny ditelinganya. Sejenak tubuh Ameera menegang.

" Lieve..ada apa..?"

Sebuah suara mengagetkan Ameera. Segera Dia melepaskan diri dari pelukan Danny.

" Harold.." cicitnya.

Harold dan Danny saling bertatapan. Sementara Ameera seolah terpaku ditempatnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top