Baby
" Schat..tahan..oh Tuhan...Lilianne.. Fergie..Netta..Alois..cepat telpon Harold..ya Tuhan aku saja yang telpon.." Mom Rien berteriak panik.
" Harold ..Harold..Ameera akan melahirkan..segera pulang.." teriaknya sambil mondar mandir dan ponselnya berada ditelinganya. Dia begitu khawatir.
Tak sampai tiga puluh menit tampak Harold dan Ted menghambur memasuki rumah. Harold langsung menghampiri istrinya yang meringis menahan sakit. Segera digendongnya istrinya dengan hati hati.
" Buka pintu mobil Ted.." teriaknya.
Ted berlari membukakan pintu mobil. Segera Harold mendudukkan Ameera dibangku belakang dan diikuti olehnya.
" Cepat ke rumah sakit Ted." Teriaknya kemudian.
Kecemasan tergambar di wajah Harold. Tak henti dia mengecupi pipi dan kepala Ameera bergantian.
" Lieve..I love you. Bertahanlah sweetheart." Ucapnya lembut berulang ulang. Ameera meringis, terisak menahan sakit.
" Sakit.." desisnya disela isakan. Harold mengusap usap punggung istrinya untuk sekedar mengurangi rasa sakitnya.
Sesampai di Rumah sakit. Harold segera menggendong Ameera. Mata Harold terpejam melihat ada darah mengalir dikaki istrinya.
" Dokter..tolong istriku.." teriaknya tak sabaran.
Dokter Edith dan beberapa suster datang segera. Ameera segera ditangani dan Harold terus berada disisinya. Menggenggam tangannya erat seolah memberikan kekuatan.
" Sudah waktunya. Mrs Berg..bersiaplah."
Dokter Edith memberikan aba aba. Ameera mengangguk dan siap mengejan dengan sekali napas. Harold mencium kening istrinya. Setelah tiga kali mengejan, suara tangis bayi mengisi ruangan begitu nyaring. Semua bernapas lega. Ameera tersenyum. Harold terus menciumi wajah istrinya.
" Dank u lieve...Thank you dear.." berulang Harold membisikan kata itu. Ameera tersenyum dan membalas ciuman suaminya.
" Bayimu Mr. Berg. "
Dokter Edith menyerahkan bayi laki laki tampan ke tangan Harold. Sejenak Harold takjub dengan sosok kecil digendongannya.
" Mijn zoon..Mijn zoon." ( anakku)Ucapnya dengan bangga.
" Anakku juga.." ucap Ameera dengan senyum. Harold melirik Ameera. Mengecup kening wanita itu.
" Anak kita lieve...Eugene Russel Berg."
" Maksudnya?"
" Namanya..lieve..Eugene Russel Berg."
" Eugene...nama yang bagus." Ameera tersenyum senang.
"Waar mijn kleindochter?"( mana cucuku) Suara Mom Rien memasuki ruangan. Wajahnya begitu dipenuhi kebahagian.
" Ini cucumu Mom..."
Mom Rien hendak mengambil alih bayi dari gendongan Harold, tapi Harold menahannya. Mom Rien berdecak kesal.
" Aku masih ingin menggendongnya Mom." Protes Harold.
Ameera tertawa pelan. Mom Rien memukul pelan lengan Harold. Anak dan ibu itu saling menatap galak tapi kebahagian tak hilang diwajah mereka.
Lilianne juga menyusul bersama Ted dan lainnya. Mereka ikut bahagia dengan kehadiran bayi kecil mereka. Ameera menatap keadaan itu nanar. Airmata tak dapat dia bendung. Pikirannya berkelana kebeberapa tahun lalu. Keputusan yang dia buat ternyata sangat tepat. Tidak ada gunanya terus berada dalam kesakitan dan membenarkan sesuatu yang bahkan tidak ingin dibenarkan.
" Lieve..ada apa."
Sapaan lembut seperti ini yang selalu diterimanya. Ameera menatap wajah pemilik mata abu itu dengan penuh cinta. Dia menggeleng, senyuman terukir manis dibibirnya.
" Terima kasih." Ucapnya tegas, sebelum membenamkan kepalanya ke ceruk leher lelaki tersebut. Lelaki itu memeluknya erat. Memberikan kenyamanan tiada terkira.
Suasana masih penuh tawa ceria, menyambut penerus Berg yang begitu lucu dan tampan. Seorang ibu yang tertawa bahagia karena bangga menjadi Oma dan dengan penuh kasih menggendong dan memeluk bayi mungil dalam dekapannya. Seorang ibu mertua yang begitu penuh perhatian dan berlimpah kasih sayang.
" Schat..dia menangis..sepertinya dia lapar..susuilah..agar dia tumbah besar."
Ibu baik hati itu menghampiri dua orang yang sedang berpelukan. Mengangsurkan bayi mungil dipelukannya. Segera Ameera menyusui bayi tampan itu.
" Harold..jangan dekat dekat. Beri ruang anakmu untuk menyusu, kau jangan iri ya..." Ucapnya dengan tawa.
Harold meringis. Tapi bergeming. Dia terus berada di dekat Ameera, tangannya merengkuh pundak istrinya dan sebelah lagi mengelus pipi bayi mungil yang sedang menyusu.
" Aku Daddy nya Mom..dan aku akan dapat jatahku nanti malam."
Harold menjawab dengan wajah sedikit cemberut. Semua yang ada disana menahan tawa. Mom Rien melotot. Wajah Ameera merona.
Kebahagian ini tak akan pernah berlalu. Ameera dan Harold berjanji. Orang orang terkasih ini akan selalu jadi penyemangat hidup mereka. Apalagi ada Eugene saat ini.
END..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top