Anger
Hari minggu begitu cerah. Ameera memasak berbagai macam makanan kesukaan Danny dan Nyla. Minggu ini Ameera tidak memperbolehkan Nyla menginap di rumah eyangnya. Danny juga tidak memaksanya untuk menginap di rumah ibunya.
Mereka sarapan dengan suasana ceria. Tawa Nyla berderai ketika Danny mencandainya. Ameera begitu bahagia. Andai kebahagian ini tidak hanya saat ini, batin Ameera.
Hari semakin beranjak siang. Nyla meminta ditemani Danny berenang. Mereka berjalan menuju kolam renang dibelakang rumah. Sementara Ameera sibuk membuat puding yang diminta Nyla.
Drrt..dddrrt..
Suara ponselnya bergetar. Segera dia menggeser tombol hijau.
" Ha..
" Jadi akan kau pisahkan aku dengan anak dan cucuku? Menantu apa kau, tidak tahu diuntung. Danny sudah memberikan kebahagian padamu. Mencukupi materi dan kebutuhanmu. Tapi seolah kamu tidak ingat siapa yang melahirkan Danny huh..kamu itu tinggal menikmati kesuksesannya."
Suara dahsyat ibu mertua memekakan telinga. Terhenti sesaat. Ameera segera menyela.
" Bu..maafkan saya bu...saya.."
" Tak perlu memberikan alasan, aku tahu..kau akan menguasai anak dan cucuku sendiri."
Tuut..tuut..tuut..
Pembicaraan diputus.
Ameera merasa terhempas. Tempat berpijaknya seakan goyah. Ameera menyandarkan tubuhnya ke dinding dapur. Isak tangis yang ditahannya meledak dalam luapan duka.
Rasanya sudah beratus kali Ameera menyentuh hatinya. Ameera mengenali kesukaannya, belajar menyimak kebiasaannya. Tidak jarang juga menyempatkan diri membuat makanan kesukaannya dan mengantarkan ke rumahnya. Walaupun diabaikan, Ameera tidak pernah bosan untuk terus berusaha menyenangkan hatinya. Tapi ternyata tidak ada sedikit pun rasa kasih dihati ibu mertuanya.
Padahal Ameera selalu berusaha untuk membuat ibu menerima, melihat dan mengasihinya, seperti yang ibu lakukan kepada menantunya yang lain. Tapi itu tidak pernah didapatkannya. Sampai saat ini Ameera tidak pernah tahu apa alasan ibu tidak menyukainya, begitu membencinya.
Ibu selalu mandangnya seperti musuh. Ameera pernah ingin bertanya pada Ayah atau Danny tapi tidak pernah mampu. Dia tidak ingin mereka berpikiran buruk pada ibu, atau malah nanti Dia lebih dibenci ibu.
" Ada apa Meer.."
Suara Danny yang terdengar khawatir mengagetkannya. Ameera menatapnya. Dia menggeleng lalu menghapus kasar air matanya. Dia meninggalkan Danny yang menatapnya dengan tatapan bingung.
" Ibu memintamu datang bersama Nyla. Pergilah..akan aku siapkan pakaian ganti Nyla. "
Suara Ameera terdengar bergetar sebelum masuk ke dalam kamar. Danny menatap kepergian Ameera dengan tatapan tidak mengerti.
Sepeninggal Danny dan Nyla yang pergi ke rumah ibu tanpa berbasa basi mengajaknya. Mungkin Danny tahu, Ameera pasti akan menolaknya. Rasa kecewa, kesal, sedih bercampur jadi satu.
Kali ini Ameera tidak lagi dapat menahannya. Dia menghempaskan rasa cintanya yang begitu besar kepada Danny. Ditatapnya lekat lekat bingkai foto yang tergantung di dinding kamar. Senyum bahagia tergambar di wajahnya saat itu. Foto itu diambil ketika Danny melamarnya dan Ameera tidak pernah menyangka kalau keadaan seperti saat inilah yang akan Dia terima setelahnya.
Tangis kembali menyeruak. Ameera menjerit kecil menahan sesak di dadanya. Diambilnya koper di atas lemari dan bergegas membuka lemari. Sembarang Dia masukkan baju bajunya. Lalu tanpa menoleh lagi Dia meninggalkan rumah dengan terlebih dulu menguncinya dan memasukkan kuncinya ke dalam tas. Mencari Taxi dan bergegas menaikinya ketika ada Taxi yang berhenti karena lambaiannya.
Aku harus pergi dari semua ini, aku tidak tahan lagi..batinnya. Ameera terluka amat sangat terluka. Tangisnya terus menemani sepanjang perjalanan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top