04. Lord Shinichiro
[Name] meletakkan bekal buatannya ke dalam loker Izana secara diam-diam, inget bukan lowongan kerja atau loker sepatu, tapi loker yang isinya buat nyimpen buku atau seragam olahraga.
Beruntung tadi pagi dia tidak ketahuan guru ketertiban akibat telat. Tapi lelah juga rasanya, lari-larian nyampe mampus. Semua gara-gara Mikey. Oke, cowo selalu salah.
[Name] ngendap-ngendap keluar dari gedung SMA nya Izana, tapi di pintu utama dia dikagetkan dengan sesosok titan tuyul berkepala botak, alias Kakucho.
"Ngapain lo?"
"BAPAK GUE BIDAN!" Kaget [Name], "Ngagetin bae."
"Ngapain bocah SMP kek lo kesini?" Tanya Kakucho.
"Lah? Perlu gue bawain kaca 3D?" Padahal Kakucho ini juga SMP, adek kelasnya lagi, emang ga nyadar diri.
Bel tanda istirahat berbunyi, [Name] kaget dan buru-buru menjauh dari gedung SMA dengan menarik lengan Kakucho.
Mereka sama-sama pergi ke taman. [Name] mleyot duduk di kursi taman sedangkan Kakucho hanya berdecak pelan melihat tingkah super aneh cewek di depannya.
"Semoga aja kak Izana makan bekal buatan gue." [Name] komat kamit berdoa dengan khidmat layaknya mengheningkan cipta.
"Oh, jadi lo suka sama Izana?"
"Bangke! Mampus!!" Batin [Name] kaget, dia keceplosan.
Masalahnya Kakucho ini babunya Izana, nanti mulutnya ember gimana?
"Kakucho, sini deketan!"
"Ogah!"
"Ck! Buruan!"
Kakucho nurut, dan akhirnya,
Duagghh!
[Name] mukul kepala Kakucho.
"Gimana? Udah amnesia belom?"
"Muatamu!" Kakucho cuma mbatin, nanti kalau bilang gitu nggak sopan sama kakelnya. Punya kakel gini amat.
[Name] mulai tertunduk, meremat roknya. Ini tiba-tiba dadanya sesak, apa bajunya kekecilan ya?
"Kaku..."
"Hmm?"
"Suka sama orang yang beda perasaan itu sakit ya ternyata." [Name] kelepasan curhat, "Tapi disisi lain gue juga bahagia dikasih kesempatan buat deket sama kak Izana."
"Tapi ya, kak Izana sama sekali nggak ngelirik gue. Yah, dia memang baik sama gue tapi malah gue yang kebaperan sendiri," Sedih [Name].
Dia tiba-tiba mangap dan memandang kaget Kakucho.
"JANGAN-JANGAN... DIA G4Y?!"
"Ngawur!" Kakucho nimpuk pala kakelnya.
"Ah! Habisnya dia seringnya maen sama lo. Terus kek nggak tertarik sama cewek."
"Ya nggak gitu juga!"
"Apa gue balik ngewibu aja ya?" Gumam [Name], habisnya bucin sama kertas ganteng bisa membuatnya loncat-loncat kegirangan sampai ke langit tujuh.
Di tengah kegabutan kedua makhluk ini, tiba-tiba ada cowok rambut item lewat di depan mereka.
"Mau kemana Ko?" Tanya Kakucho.
Si kakel SMA yang diketahui bernama Kokonoi itu noleh dikit, "Nagih utang."
Lalu, ia pergi ke arah kantin.
Setelah itu disusul rombongan Izana dan kawan-kawan, si cowok berkulit sawo matang itu heran dengan [Name] yang tiba-tiba lari menjauh.
"Kakucho, [Name] kenapa?" Tanyanya.
"Kebelet berak." Jawab Kakucho asal.
***
Bel pulang sekolah berbunyi, [Name] berdiri di gerbang sekolah untuk menunggu gebetan tercinta. Lama, pake banget. Sampai-sampai lengannya lumutan.
"Loh [Name] belum pulang?" Akhirnya muncul juga si doi.
"Eh belum kak, baru aja keluar kelas," Jawabnya bohong.
"Ohh."
Seriusan oh doang?!
"Anu, k-kak Izana... Pulang bareng yuk!" Ajak [Name] malu-malu.
"Boleh, tapi gue mau mampir dulu ke bengkelnya bang Shin."
"Boleh ikut?!" Pekik [Name] kegirangan.
"Boleh."
Mereka berdua jalan bareng, posisinya [Name] masih didekat jalan raya. Karena itu, Izana mengambil tindakan dengan menarik lengan [Name] untuk tukar posisi. Alasannya supaya [Name] tidak kena serempet bajai katanya.
Cewek mana yang nggak baper gara-gara ini? Ada sih, cewek jadi-jadian.
Mereka akhirnya sampai dibengkel si sulung Sano alias Shinichiro. Dibengkelnya tertera tulisan melayani motor segala merk, misalnya Honma, Kawazaki, Suzki, dll. Motor rusak aja dibenerin sama dia apalagi hati.
"Permisi..." [Name] bersikap sopan, beda sama Izana yang tiba-tiba nyelonong terus duduk disamping kakaknya yang tengah menyesap rokok.
"Udah pulang toh. Oh, ada dek [Name]." Shinichiro sumringah.
"Iya kak Shin, maaf mengganggu hehe."
"Santai aja, ada apa?" Shinichiro masih senyum, pipinya ada sedikit bercak oli motor rasanya pengen ngelap tapi inget ada doi yang saat ini lagi sumringah lihat-lihat model motor terbaru milik kakaknya.
"Cuma nemeni kak Izana mampir kesini."
"Oh gitu, gimana sekolahnya?"
"Baik-baik aja kok."
"Baguslah." Shinichiro mengusap pelan puncak kepala [Name] dengan lembut. Astaga hampir aja oleng.
Kemudian Shinichiro kembali melanjutkan pekerjaannya sedangkan [Name] duduk disampingnya sambil mengamati tingkah lucu Izana yang lagi mengusap-usap motor Vavoom model CB250T. Senyum yang biasa terkesan horor jadi terganti dengan senyum lebar seperti kagum dengan sesuatu. Sesekali Izana bertanya pada Shinichiro akan modifikasi si motor.
"Caranya melet kak Izana gimana ya?" Lirih [Name].
Shinichiro sontak menoleh dan terkekeh dengan tingkah tetangganya yang ia pikir lucu.
"Eh kak Shin?! Lupain aja perkataan yang tadi!" Rasanya [Name] pengen mentung Shinichiro biar amnesia.
"Dek [Name], Izana itu anaknya ambisius. Walaupun emosional dan suka iri, nyatanya dia kaku soal masalah hati. Dia hanya kesepian." Jelas Shinichiro yang mengingat kisah pedih Izana yang aslinya bukan adik kandung.
"Kakak yakin, lambat laun Izana bakal ngerti." [Name] mengangguk pelan sebagai balasan.
"Kenapa nggak coba confess?" Sungguh, Shinichiro ini peka sekali.
"Pengen, tapi..." Si gadis menggantungkan jawabannya.
Shinichiro kembali mengusap pelan pucuk kepala [Name], "Tenang aja, jangan buru-buru! Kakak dukung!"
"Makasih kak Shin!!" Pekik [Name] senang, didukung calon kakak ipar cuy masalahnya.
"Eh bang Shin! Boleh gue coba ga?" Celetuk Izana sambil menunjuk motor baru Sang kakak.
"Boleh."
"Mantap!" Izana siap-siap menuntun motornya keluar bengkel.
"Oh ya Izana, ajak dek [Name] sekalian. Keliling sekitar sini aja."
[Name] shock campur seneng menatap Shinichiro yang pekanya tingkat dewa.
"Humm, oke."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top