M | 9 | Vodka Game

"Apa yang akan kau lakukan ketika keinginan biologismu keluar?" Kira hampir saja terjatuh di anak tangga karena pertanyaan Jiro benar-benar tidak masuk akal pagi ini.

Keduanya membawa tumpukan selimut yang telah bersih untuk diletakkan di kamar-kamar lansia. Kira sudah mendengarkan keluhan, dan ocehan menyebalkan pria itu mengenai Richard selama perjalanan mereka di metro, tapi ia hampir terjatuh kalau saja pria di belakangnya tidak menahan punggungnya dengan satu tangan. "Berdiri yang benar," kata Jiro padanya.

"Pertanyaanmuㅡsialan, kenapa kau menanyakan hal itu di sini? Bagaimana kalau staf lain mendengarnya?"

"Kalau aku menanyakan di flat, justru makin aneh, bukan? Hanya kita berdua di dalam ruangan itu. Dan kau akan canggung denganku."

Kira melangkah lebih cepat untuk menghindari pria itu. Ia memasuki kamar lansia yang lain dan mencoba untuk menyelesaikan pekerjaannya kemudian berpikir untuk masuk ke ruangan yang lebih ramaiㅡyang tidak bisa membuat pria itu mendekat padanya. Tapi ia kembali hampir terjatuh ketika Jiro telah menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari dirinya. "Aku menunggu," kata pria itu.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya?"

"Aku baru ingat kalau manusia punya keinginan biologis itu. Kita tinggal bersama dalam satu ruangan, dan kalau kau tiba-tiba menginginkannya aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan."

Jiro mengikuti langkah Kira dan raut wajah wanita itu tidak nyaman dengan kata-katanya. "Jangan salah paham. Aku hanya ingin melakukan pencegahan untuk hal-hal diluar dugaan. Seperti ini salah satunya."

"Tidak ada."

"Ya?"

"Tidak ada," jawab Kira. "Aku cukup bisa mengendalikan diriku. Lagi pula pekerjaanku telah menyita waktu dan membuatku tidak memikirkan itu."

Jiro mengangguk. "Kalau mengingat kelima mantanmu, berarti kau tidak asing dengan ciuman, betul?"

Kali ini Kira melihatnya dengan pandangan sangsi. "Sepertinya malam ini aku harus memaksamu tidur di luar."

"Apa? Tidak. Aku tidak bermaksud hal yang buruk." Jiro mengejar wanita itu dan meraih lengannya. Tidak menyadari kalau keduanya terlihat konyol di ruangan perapian, membuat beberapa lansia dan staf melihat keduanya tarik-ulur seperti orang bodoh. "Aku belum selesai menjelaskannya."

"Tidak." Kira memaksa dirinya untuk menghindar, tapi pada akhirnya Jiro menarik lengannya pergi ke tempat lain. "Elena menciumku." Kira menutup mata. Mendengarkan kata-kata Jiro untuk hari ini sepertinya akan membuat dirinya semakin stres. Baru dua minggu pria itu bekerja di sini dan telah membuat masalah dengan staf lain. "Tapi aku sangat tahu, ciumannya bukan perasaan yang tulus. Ya, kau tahu yang kusebutkan tadi. Biologis."

"Kenapa kau memberitahuku mengenai hal ini? Apa kau ingin tidur dengannya?"

"Tidak," sanggah Jiro cepat, wajahnya sedikit kesal. "Aku berpikir sepertinya orang-orang di sini harus tahu kalau aku adalah suamimu."

"Sebaiknya kau jangan pernah untuk mengatakan itu." Kira menunjuk wajah Jiro dengan jarinya. "Sudah cukup Wren tahu mengenai ini, jangan ada lagi orang luar yang tahu selain mereka yang ada di flat."

"Kenapa?"

"Memangnya kau tidak merasa bersalah telah menipu banyak orang? Penghuni flat Martina itu berjumlah empat puluh orang. Empat. Puluh. Orang telah kita tipu. Itu belum ditambah dengan Martina dan Wren."

"Padahal kau yang memulai semua kebohongan, dan aku hanya mengikuti segalanya. Lalu kau membawa kata 'kita' dalam kesalahanmu." Jiro terkekeh.

Wanita itu mendesah, mengusak rambutnya ke belakang. Membawa kembali pembicaraan awal mereka. "Shift kita berbeda. Oger akan memberhentikan salah datu dari kita kalau mengetahui kita adalah hmm ... pasangan."

Jiro menyipitkan mata. Tidak mengerti sisi mana peraturan itu masuk akal di kepalanya. Dua minggu yang lalu, Jiro mendapatkan shift-nya yang berbeda dengan Kira. Walau ia dibagian administrasi, dan jadwalnya hanya sama dengan Kira tiga kali dalam seminggu, ia menguras semua isi kepala hanya untuk membicarakan shift wanita itu yang lebih banyak pada jam malamㅡartinya wanita itu akan lebih sering tidur di panti jompo. Tapi Kira dengan kepala batunya adalah hal yang melelahkan untuk Jiro, sehingga ia melakukan hal impulsif. Mengawasi wanita itu dari jauh pada shift malamnya.

Tentu saja peraturan Oger yang melarang pasutri bekerja di tempatnya terdengar konyol. Kira tahu raut wajah pria itu tidak terima sekaligus tidak mengerti. Tapi Kira tidak akan menjelaskan lebih lanjut.

"Hentikan pembicaraan ini. Kita di tempat umum sekarang, terlalu banyak orang yang akan mendengarnya."

Sayangnya Jiro tahu kalau hanya mereka berdua di halaman sepi itu bersama anak-anak yang bermain jauh di sana melempari bola salju satu sama lain. "Kau dengar apa kata Oger sebelum kita mendapatkan makan siang nanti?" tanya Jiro, memicu pada permintaan Oger sebelum nanti mereka mendapatkan makan siang. Pemilik panti itu ingin stafnya hari ini bergabung bersamanya nanti malam untuk menikmati beberapa vodka di kedai yang tidak jauh dari panti. Katanya sekaligus untuk menyambut kedatangan Jiro. Tapi Kira memikirkan hal lain yang lebih merepotkan dari itu.

"Aku tidak ikut."

"Kau harus ikut. Aku tidak tahan melihat Richard melihatku yang sama dengannya. Juga memikirkan Elena di ranjang ... tidak. Astaga, itu membuatku merinding. Kenapa manusia selalu berbagi kehangatan dengan itu?"

Kira mengangkat kepalanya melihat Jiro untuk kembali membicarakan permintaan Oger malam ini. "Kau tahu sendiri orang Rusia sangat gila dengan alkohol."

"Dan sangat berisik di ranjang." Kira menendang kaki pria itu di bawah sana karena kata-katanya yang terdengar main-main.

"Aku serius, Jiro. Biar kuberi tahu kau satu hal, Katarina dan Malvin tidur bersama setelah meminum banyak alkohol tahun kemarin. Oger sangat ahli menuangkan permainan 'bubuk penyemangat' di gelas mereka secara acak. Untungnya keduanya masih mengingat untuk menggunakan alat kontrasepsi. Kalau tidak ... hentikan, kau membuatku gila dengan kata-katamu hari ini. Ada apa denganmu? Apa imp memiliki musim kawin?"

Jiro tidak bisa untuk tidak tersenyum karena untuk kali pertama wanita itu menyebut namanya dengan suara yang berbisik begitu frustrasi. "Jadi kau berpikir aku akan hilang kendali hanya karena alkohol? Kira, seharusnya aku yang mengatakan itu padamu."

"Aku cukup berteman baik dengan alkohol."

Jiro mengangguk dengan kata-kata wanita itu. "Kalau begitu buktikan malam ini. Kalau gagal, juga tidak apa-apa. Ada aku."

"Apa maksudnya dengan ada kau?"

"Kita tidak tahu hal memalukan apa yang akan kau lakukan ketika hilang kendali." Jiro memiringkan sedikit kepalanya dan menyeringai. "Aku terlalu penasaran melihat sisi dirimu yang lain."

"Sisiku yang lain akan mengusirmu dari flatku malam ini."

Pria itu tertawa keras. "Menurutmu kenapa aku menanyakan pertanyaan ini padamu?"

Dan Kira hampir berpikir kalau perkataan Jiro selanjutnya hanya sebuah khayalan di kepalanya. 

"Aku menemukan kontrasepsi pria di saku mantelmu yang tergantung di kursi. Karena itu aku berpikir, sepertinya kau akan memintaku untuk menggunakan itu ketikaㅡ" Jiro tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena hal yang wanita itu lakukan berikutnya adalah menginjak kakinya di bawah sana. "Sialan." Jiro tertawa dan mendesis secara bersamaan.

"Jangan tidur di tempatku malam ini," kata wanita itu bersama amarah di wajahnya.

"Aku ingat kali pertama aku meminum alkohol saat usiaku lima belas tahun. Ayahku yang memberikannya sekaligus memberitahu pelatihan lain." Elena memutari bibir gelasnya dengan jari-jarinya yang ramping. Wajahnya telah memerah sama dengan staf lainnya di meja itu. Pembicaraan begitu acak. Dari kisah pekerjaan, keluh kesah mengurus kotoran lansia, cinta pertama, dan Jiro yang merupakan orang Rusia yang juga memiliki darah Jepang. Kali ini cerita mereka mengarah pada vodka yang ada di meja. "Tapi sudah jadi rahasia umum kalau anak-anak di bawah usia juga sudah mendapatkan pengalaman pertama mereka dengan alkohol."

"Ah, sepertinya aku tahu pelatihan yang dimaksud Ayahmu. Sebab, Ibuku juga memberikan itu," kata Katarina yang sudah tidak sanggup menopang wajahnya, ia meletakkan kepalanya di bahu Jiro yang masih terlihat segar. "Bagaimana denganmu, Jiro? Apa orangtuamu juga memberikan pelatihan itu?"

Pelatihan yang dibicarakan mereka semua adalah hal yang sudah Jiro temukan pada pertengahan 90-an. Ia tidak tahu dengan negara lain, tapi Rusia telah menerapkan itu ketika para remaja mulai penasaran dengan alkohol terutama vodka. Jadi orangtua memberikan didikan kepada anak remajanya mengenai hal dasar untuk mengetahui alkohol beserta perlakuan apa yang harus dibatasi. Jiro melirik Katarina lalu matanya beralih pada kepala Richard yang tergeletak di atas meja. Sudah tidak sadarkan diri, padahal permainan utama belum dimulai. Sementara Oger, dan Barnerd masih sama segar dengan dirinya.

"Semua orangtua Rusia begitu, Katarina. Jiro juga pasti menerimanya." Barnerd membalasnya dengan dengusan. Mata Barnerd kemudian beralih kepada Kira di ujung meja. "Bagaimana di Korea?"

"Kami boleh meminumnya ketika mencapai usia legal. Dua puluh tahun," kata Kira. Hanya wanita itu satu-satunya yang masih terlihat normal. Liannaㅡsatu dari staf wanita lainnyaㅡsudah menutup mata bersandar di bahunya. Dan Jiro mendengus sinis menyadari wanita itu datang ke sini bukan karena menerima tantangannya, melainkan tahu Lianna akan ikut dalam permainan ini. Lianna adalah wanita yang paling lemah dengan alkohol, dan akan mempercayakan dirinya yang mabuk hanya pada Kira.

Ketika Barnerd dan Kira berbicara, Jiro tahu Oger menuangkan sesuatu pada dua gelas baru berisi vodka kemudian menuangkan vodka biasa pada gelas lainnya. Pria itu memutar meja secara perlahan, lalu berkata sedikit lebih tegas. "Angkat wajah kalian. Aku sudah meletakkan sesuatu di antara gelas-gelas ini. Ini adalah permainan menyenangkan dan kita akan melihat siapa berikutnya dua pasangan yang akan keluar bersama malam ini." Oger tersenyum saat melihat semua wajah-wajah stafnya mencoba untuk mengambil gelas yang ada di depan mereka.

Konyol,  pikir Jiro. Ini adalah permainan paling konyol yang pernah ia mainkan. Dua gelas vodka yang dicampur bubuk itu akan tiba di tangan orang secara acak. Tidak masalah kalau yang keluar menjadi tumbal adalah pria dan wanita, tapi jika yang keluar adalah dua wanita, maka pria di antara mereka akan bersedia menemani sepanjang malam, berlaku juga sebaliknya. Tentu saja permainan ini telah disepakati semuanya tepat sebelum vodka-vodka itu hadir di meja.

Semuanya. Kecuali Kira dan Jiro. Dua-duanya sama sekali tidak mengiyakan, tidak pula enggan.

Untung Kira tidak pernah bersedia menawarkan diri menjadi relawan dari permainan itu, sebab perhatian wanita itu selalu kepada Lianna yang terlihat sangat mudah diserang. Sadar atau tidak, dirinya bersikap seolah tidak ingin seseorang menyentuhnya. Seperti Ibu yang menjaga putrinya.

Untuk sesaat Jiro mulai meragukan kata-kata wanita itu padanya beberapa waktu yang lalu.

"Aku tidak berpikir untuk mencoba menjalin hubunganㅡtemanㅡdengan semua orang."

Gelas baru berisi vodka tiba di depannya. Jiro melihat gelas Kira dan beralih kepada gelasnya sendiri. Ia menghabiskan miliknya dengan cepat sama seperti yang wanita itu lakukan. Ketika ia menyeka sudut bibirnya, ia memikirkan alasan yang bagus jika Kira yang keluar menjadi tumbal. Ya, aku akan mengatakan kepada mereka semua kalau aku suaminya. Tidak ada pilihan lain yang menurut Jiro lebih baik dari itu.

Nasib baik masih berpihak pada mereka berdua. Jiro merasa sangat yakin ketika dirinya tidak menerima gelas sialan tersebut. Kira yang duduk di ujung sana juga sama sepertinyaㅡ terlihat baik-baik saja. Berikutnya mata abunya berpindah, memperhatikan satu per satu, menebak siapa di antara semua wajah merah itu yang mulai bereaksi dengan bubuknya. Tentu saja Oger tidak pernah terjebak dalam permainannya sendiri, pria itu yang menuangkannya, ia akan mengetahui gelas mana yang berisi serbuk itu walaupun meja telah diputar. Tapi Jiro tidak peduli dengan permainan yang menurutnya culas. Selama Kira di sana tidak menjadi tumbal dari permainan konyol, ia tidak peduli pada yang lain.

"Aku masih tidak percaya kau benar-benar bisa mengendalikan dirimu." Jiro menghampiri Kira ketika mereka keluar dari kedai, membiarkan yang lain tertawa setelah mengetahui bahwa Elena adalah orang yang mendapatkan gelas berisi bubuk. Gemuruh pekik dan tawa semakin nyaring saat wanita itu mencium Barnerd yang sama dengannya.

"Mereka yang menjadi tumbal malam ini," kata Kira dengan suaranya parau. Jiro berjalan di sisinya dan melihatnya dengan raut mengerut. "Apa?"

"Kau akan tersungkur ke tanah jika tidak memperhatikan langkahmu." Jiro memperingatkan jalan Kira yang sedikit linglung setelah Oger memangglkan taksi untuk Lianna pulang. Dan kata-katanya hampir menjadi kenyataan kalau Jiro tidak menarik lengan wanita itu yang hampir terjatuh. "Sepertinya kita tidak akan pulang dengan metro. Kau akanㅡsialan." Jiro tersentak ketika Kira memuntahkan semua isi perutnya di pinggir jalan. Satu tangan wanita itu mengusirnya untuk memberikan ia waktu mengosongkan semua isi perutnya sendiri. Tapi sebelum menjauh, dengan inisiatif Jiro mengambil tas dan syal yang menghalangi wanita itu untuk memuntahkan isi perutnya.

Selagi menunggu, matanya melihat kerumunan staf di sana. Alisnya terangkat satu ketika beberapa saat kemudian satu dari mereka keluar dari kerumunan. Elena mendekati dirinya yang berdiri dengan kedua tangan dilipat ke depan. "Tas Kira?" tanya wanita itu melirik pada tas yang ada di bahunya.

Jiro tersenyum. Menunjuk Kira yang tidak jauh di belakangnyaㅡsedang berjongkok membuang semua isi perutnya. "Ada apa?" tanya Jiro kemudian.

"Kau akan mengantarnya pulang?"

"Elena, sebaiknya kau tidak berputar-putar." Jiro masih bersama dengan senyumannya. Tapi matanya menemukan kerumunan staf itu melihat kepada mereka sekarang. "Pasangan malammu sepertinya menunggu."

"Aku tidak ingin bersama Barnerd malam ini." Elena menyisir rambutnya ke belakang, wajahnya bersemu dengan pandangan berkabut ketika melihat Jiro. Barnerd adalah pria kekar dengan wajah bintik-bintik yang menawan, tapi Elena sangat tahu, saat ini ia menginginkan pria di depannya.

"Elena." Jiro memundurkan kepalanya ketika telapak tangan wanita itu meraih sisi wajahnya. "Ini tidak benar."

"Tadi pagi juga tidak benarㅡkita melakukannya tidak benar."

"Lebih tepatnya kau menciumku. Dan itu tidak benar." Jiro menyingkirkan tangan wanita itu dengan tenang. Sementara ia mendengarkan siulan dari staf di sana, Elena menarik sedikit syal di lehernyaa agar ia menundukkan wajah pada wanita itu. "Barnerd juga menjadi tumbal malam ini, kami sepakat untuk bersama sepanjang malam dengan orang yang kami inginkan saja. Lagi pula ini hanya permainan tidak serius," kata Elena.

Itu membuat Jiro menyipitkan mata dan menyadari Barnerd telah melewati dirinya mencoba membantu Kira berdiri. Wajah pria bersurai cokelat itu sama merahnya dengan Elena dan Jiro sangat yakin pikiran pria itu lebih liar dari apa yang ia terka sekarang.

Jiro baru saja berhasil menarik dirinya dari Elena untuk menyelamatkan tupai dari serigala di sana, tapi hal berikutnya yang terjadi membuat Jiro berhenti dan hampir tertawa pada kata-kata si Tupai.

"Apa? Kau mau melihat diriku yang lain, Barnerd? Diriku yang lain akan membara hanya karena membunuh lalat dengan air liur. Oh, Elena, kau juga ingin melihatnya, 'kan?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top