M | 6 | Edward And Bella
"Apa kau sudah selesai?" tanya Jiro yang mulai kesal karena wanita itu berkeliling di dalam flat dan terus berbicara tanpa henti. "Ini sudah sangat malam, tidak bisa kau lanjutkan besok saja?"
"Tidak." Kira terlalu sibuk untuk meletakkan semua barang yang dibutuhkan pria itu. Pakaian, juga peralatan mandi. Ia memastikan kalau Jiro harus mengetahui di mana letak semua barangnya mulai besok. "Pakaianmu kuletakkan di sebelah bilik lemariku. Punyamu ada di sebelah kanan. Jangan pernah membuka bagian kirinya lagi."
"Kau terlalu malu menunjukkan pakaian dalam milikmu padaku?" Jiro tidak sengaja membuka lemari wanita itu untuk mencari kaus kaki yang wanita itu minta dan menemukan tumpukan pakaian dalam yang berantakan di sana. Ia tertawa karena mengungkitnya lagi dan dengan cepat menghindari lemparan bantal dari wanita itu. "Di mana kau letakkan koperku?"
Kira menunjuk atas lemarinya. "Pakaian lamamu juga ada di sana."
"Apa malam ini aku akan tidur di lantai lagi?"
Ia mengikuti arah tunjuk lawan bicaranya pada sofa lama yang beberapa sisi sudah terlihat busanya. "Tapi aku tidak muat di sana." Jiro mulai membayangkan sofa kecil itu berteriak menahan tubuhnya yang besar.
"Memangnya kau benar-benar butuh tidur?" Kira mengingat beberapa malam pria itu tidak pernah tidur sama sekali. Ia hanya merebahkan dirinya sama seperti mayat dan membuat Kira yakin kalau tidur bukanlah hal yang diperlukannya. "Kalau kau tidak mau, silakan kembali pada lantai itu," kata Kira.
Jiro mendesah dan membiarkan Kira memiliki waktunya sendiri sementara ia akan membawa bantalnya ke sofa lama di sana. Ia mencoba menutup mata tidak ingin melihat wanita itu berkeliling seperti mesin penyedot debu, tapi kalimat Kira berikutnya membuat ia tertawa. "Kau pasti seorang pria yang kaya raya. Kau kemanakan semua hartamu?"
"Aku tidak akan mengganti semua pengeluaranmu dengan harta yang kumilikiㅡkalau itu maksudmu."
Kira mengeluarkan buku sakunya kemudian. "Bagaimana kau akan membayar semuanya kalau begitu?" tanyanya menunjuk pada barang milik Jiro.
"Aku tidak pernah memintamu untuk mengeluarkan satu rubel pun untukku. Kau membeli semuanya karena inisiatifmu sendiri kemudian memaksakan kehendakmu padaku." Jiro menutup matanya lagi tidak ingin melihat wajah kesal wanita itu padanya. "Kaus yang sekarang aku pakai juga atas paksaanmu. Padahal aku sudah memiliki pakaianku sendiri, tapi kau malah menyingkirkannya."
"Apa perlu aku ulangi kalau pakaian-pakaianmu itu tidak cocok digunakan untuk sehari-hari? Untuk digunakan pada zaman sekarang? Aku harus kembali memberitahumu kalau pakaianmu itu hanya akan digunakan di festival danㅡ" Kira menghentikan pembicaraannya karena Jiro yang berdiri di depannya tiba-tiba membuat ia terkejut. Ia sama sekali tidak menyadari adanya pergerakan dari pria itu dan tidak menyukainya. "Bisa kau hentikan melakukan hal itu?"
"Kita bicarakan besok. Ini sudah sangat malam." Tapi Kira menolak, membuat jarak, dan menjauh. "Tidak. Besok aku harus kembali bekerja dan tidak ada waktu untuk menjelaskannya padamu." Lalu wanita itu memutar tubuhnya kembali ketika menemukan sebuah rencana. "Kau akan bekerja. Ya, kau akan bekerja bersamaku besok. Kemudian gajimu akan membayar semua utangmu padaku."
"Aku akan bekerja denganmu di panti jompo?" Jiro mengerutkan dahinya, tidak bisa membayangkan dirinya akan mengurus para lansia merepotkan di sana. "Tidak. Aku memang akan mengawasimu, tapi tidak dengan aku yang akan bekerja di sana."
"Selalu ada dalam jangkauanku." Ia menaikkan satu alisnya ketika wanita itu menyebutkan satu hal di dalam kontrak mereka. "Kau mengatakan itu dalam kontrak. Aku tidak mungkin berhenti dari sana, kau tidak ingin membayar dengan uangmu sendiri, dan yaㅡhanya ini jalan keluarnya. Kau bekerja denganku."
"Aku bisa mengawasimu di luar panti jompo."
"Sayangnya aku tidak yakin kau akan tiba dengan cepat ketika aku mencuci di ruang bawah tanah. Kau tahu, butuh waktu beberapa menit untuk ke tempat cucian di bawah tanah. Risiko mengancam nyawa juga sangat tinggi sebab mesinnya kebanyakan sudah tua. Aku yakin kau tidak akan bisa menyelamatkan aku ketikaㅡya, kau tahu maksudku." Kira mengubah pembicaraannya ketika Jiro melihatnya dengan pandangan gelap.
"Aku tidak percaya kau menggunakan kartuku sekarang." Jiro melihat ke arah lain dengan dengusan sinis. Lawan bicaranya memberikan ultimatum yang sulit ia tolak membuatnya sedikit kesal.
"Aku belajar dari ahlinya. Ia menggunakan kartuku agar ia bisa tinggal di sini." Kira menyeringai ketika pria itu kembali berdecak kesal.
"Berapa lama aku akan bekerja di sana? Tiga bulan?" Jiro membiarkan Kira melihat buku sakunya lagi, kali ini matanya menyipit ketika ia mendekat dan menemukan jari-jari wanita itu gugup menulis angka di sana. "Seharusnya satu bulan sudah cukup. Tapi satu staf di administrasi mengambil cuti dua bulan untuk membantu istrinya yang akan melahirkan," jawab wanita itu.
Jiro mengangguk. "Baiklah. Dua bulan aku akan bekerja dengamu. Setelah itu aku akan keluar, dan kuserahkan semua urusan surat pengunduran diri padamu."
"Deal." Lalu Kira terkejut ketika lampu ruangannya mati dan mengetahui kalau seluruh gedung flat saat ini menjadi gelap gulita. Semua orang keluar dari flatnya dan mengeluh. "Air, dan penghangatnya juga mati," kata Jiro sambil menutup tubuh Kira dengan jaket yang ia bawa dari dalam. Martina datang beberapa menit kemudian, dan meminta kepada semua orang untuk berkumpul di lantai satu di mana hanya di lantai itu penghangat yang masih menyala.
"Kita diminta untuk bertahan di dalam ruangan paling tidak dua jam." Martina menjelaskan kepada semua orang setelah ia menerima kabar dari petugas. Ia dapat mendengarkan keluhan semua penghuninya bahwa bertahan di dalam ruangan gelap gulita sangat tidak masuk akal. "Kita tidak bisa keluar dari sini. Seperti yang kalian lihat, di luar sekarang sedang badai. Aku bahkan sangat kesulitan untuk berjalan dengan mobilku ke sini. Salju sudah menumpuk hampir setinggi pinggang orang dewasa."
Ruangan luas itu diterangi oleh cahaya malam yang masuk melalui jendela besar, serta senter ponsel yang menyala. Semua orang menjadi sangat bingung sebab hanya gedung mereka yang mengalami kejadian itu, sementara gedung-gedung lainnya terlihat baik-baik saja. Lalu beberapa orang mulai berbisik kalau ini semua karena Martina adalah pemilik flat yang tidak memperhatikan perawatan gedungnya sendiri.
Jiro mendengarkan suara-suara itu tapi matanya melihat Kira sedang memeriksa berita terbaru pada ponselnya.
"Sepertinya gardunya rusak lagi."
"Gardu?"
"Ya. Martina pernah mengatakan kalau gardu di gedung ini memiliki gardu yang berbeda dengan gedung lainnya. Menurutku gardu yang ia gunakan sudah sangat lama." Kira menunjukkan ponselnya pada Jiro. "Beberapa blok dari sini juga mengalami hal yang serupa. Berarti ada yang menggunakan gardu yang sama dengan kita."
Jiro mengerutkan alisnya lalu memutuskan untuk melakukan sesuatu karena ia tidak bisa melihat banyak orang menunggu selama dua jam untuk menahan dingin dan gelap. Penghangat di ruangan ini tidak berguna sama sekali, pikirnya. "Aku akan memeriksanya kalau begitu," kata Jiro.
"Tunggu saja." Nada suara Kira terdengar tenangㅡsangat tenang hingga Jiro merasa tidak yakin dengan pendengarannya sendiri. "Sebelum kau datang, kejadian seperti ini sering terjadi tahun lalu. Tunggu saja sampai petugas tiba dan mengurus semuanya."
Tapi Jiro dapat melihat dengan jelas jari-jari wanita itu bergetar samar dalam cahaya yang remang. Ia tidak tahu apakah wanita itu sekarang kedinginan atau takut pada kegelapan. Yang Jiro lakukan berikutnya adalah mencoba membuat wanita itu tetap hangat dengan jaket miliknya. "Tetap di sini sampai aku kembali."
Di sela-sela orang sangat sibuk mengeluh pada Martina, Jiro keluar dari ruangan dan tidak mendengarkan kata-kata Kira yang mencoba untuk menghentikannya. Kemudian tidak butuh waktu dua jam untuk membuat listrik kembali menyala. Kira mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan pandangannya pada cahaya dan ia terkejut ketika Jiro telah berada di sampingnya tersenyum. "Tanganmu berhenti bergetar," kata pria itu menahan dirinya yang hampir terjatuh.
"Apa yang kau lakukan?" Kira mengalihkan pembicaraan. Sementara ia menarik dirinya kembali, matanya menemukan beberapa butir salju pada rambut pria itu. "Kau terbang?" tanyanya setengah mengejek, tapi Jiro yang mengangguk membuatnya mencoba untuk tidak berteriak. "Kau sungguh bisa terbang?!"
Jiro tertawa. Menundukkan sedikit kepalanya dan membiarkan wanita itu membersihkan butiran salju dari rambutnya. "Aku tidak yakin melompat jauh dari gedung ke gedung bisa disebut terbang."
"Boleh aku mencobanya?"
"Membawa seseorang dalam keadaan seperti itu sangat sulit. Jika terpaksa, aku menggendongnya seperti karung. Jangan memikirkan Edward yang menggendong Bellaㅡkalau itu isi kepalamu saat ini."
"Kau tahu cerita itu?" Kira menjadi antusias sekarang. "Aku semakin ingin membuang sebutan produk lama itu jauh-jauh darimu."
"Sialan."
Kira tertawa membuat ia tersenyum. "Kau benar, ada kerusakan pada peralatan di dalam gardunya," kata Jiro lagi ketika berjalan kembali ke flat mereka.
"Dan apa yang kau lakukan?" Kira mengulang pertanyaannya.
"Hanya melakukan sesuatu yang bisa kulakukan." Jiro menjentikkan jarinya membuat Kira mengerti arah pembicaraannya. "Ketika aku selesai, petugas datang dan sepertinya mereka akan kembali dengan cepat setelah melihat gardu itu telah berfungsi dengan baik."
"Syukurlah kalau begitu." Kira merenggangkan otot lehernya yang kaku. "Besok metro pasti akan penuh."
"Tentu saja. Aku sempat melihat jalan utama lumpuh total. Semuanya tertutup salju. Mustahil mobil akan beroperasi." Jiro membayangkan besok pagi seluruh jalan utama Moskow hanya akan penuh dengan mesin pembersih salju juga orang-orang yang mencari mobilnya karena tenggelam dalam tumpukan es tersebut. Ia selalu melihat itu dari dalam tokonya, dan kali ini ia menjadi penasaran bagaimana jika ia melihat langsung besok pagi bersama Kira. "Menarik," gumamnya.
"Benar, sangat menarik. Bagaimana kalau kita mencobanya?"
Jiro mengerutkan dahi, dan ketika telah memasuki flat, ia bertanya, "Mencoba apa?"
"Terbang. Besok," kata Kira bersungguh-sungguh. "Kita akan mecoba cara Edward menggendong Bella. Kau bilang itu menarik. Aku akan melihat rute jalan yang tidak dilihat orang."
Sudah gila rupanya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top