MtW 5 - Menu

Yang belum vote boleh tap bintang pojok kiri bawah dulu???

Thanks

Enjoy

.
.
.

♏️♏️♏️

Kondisiku belum ada perubahan yang signifikan sejak semalam. Keringat dingin masih mengucur didaerah pelipis dan leher, pun dengan nyeri di area lambung masih terasa meskipun sedikit berkurang.

Oke, sakit lambungku kambuh lagi. Telat makan dan mengkonsumsi makanan pedas ketika perut kosong merupakan perpaduan yang pas menjadi penyebab sakitku kali ini.

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh dan belum ada tanda tanda membaik sama sekali. Ketika mencoba untuk berdiri namun sedikit sempoyongan dan mencari penyangga agar tidak terjatuh.

Tidak dapat dipaksa lagi dan kuputuskan untuk izin tidak masuk kerja untuk pertama kalinya.

Matahari semakin meninggi dengan cahaya yang cukup silau melalui celah gorden kamarku. Tidak banyak yang dapat kulakukan selain hanya berbaring setelah tadi pagi memesan makanan melalui aplikasi online. Pun kali ini dengan aplikasi yang sama untuk memesan makan siang.

Nyeri yang kurasakan hampir hilang ketika mencoba untuk duduk kemudian berdiri. Obat maghku cukup bekerja sejauh ini. Tidak lama terdengar suara ketukan dari pintu yang terdengar cukup nyaring.

'belum lima belas menit kok cepet kang go food sampai ketika dijam makan siang' pikirku.

"sebentar" teriakku dengan segera menuju sumber suara.

Mataku membulat ketika mengetahui sosok yang sedang berdiri menjulang didepan pintu kontrakanku.

"Pak Tama?" panggilku padanya.

"Boleh saya masuk?" pintanya ketika cukup lama kubiarkan tetap didepan pintu.

Kuberikan akses masuk kedalam dan kupersilahkan untuk duduk. Tempat tinggalku tidak terlalu luas, sebuah kontrakan dengan satu kamar tidur, kamar mandi, dapur dan ruang tamu yang semuanya berukuran kecil. Pak Tama kupersilahkan duduk disebuah sofa single panjang.

"Bapak bisa tau alamat disini?" tanyaku basa basi setelah menyuguhkan sebuah minuman kemasan rasa jeruk.

"kamu sering konsumsi jenis minuman seperti ini?" katanya tanpa menjawab pertanyaanku dengan menunjuk minuman yang kusuguhkan padanya.

"heh? Eh... Maaf kalau Bapak tidak minum minuman kemasan, saya ganti air putih biasa saja ya" kataku tidak enak. Namun ketika akan kuambil, botol tersebut ditahan olehnya dan membuatku mengernyit.

"saya yang sehat tentu tidak masalah. Disini kamu yang punya masalah lambung, tidak baik konsumsi minuman seperti ini" jelasnya.

"oh... Itu cuma persediaan dikulkas saja Pak, enggak dikonsumsi setiap hari juga" jelasku padanya.

"kok gak bilang kalau kamu ada sakit magh. Tau gitu kemarin enggak saya pilihkan sambal untuk menu makan kemarin" katanya mengingatkan saat memesan makanan setelah meeting.

"bukan sepenuhnya salah Bapak juga, memang kadang karena keteledoran saya juga" kataku tidak enak padanya.

Hening beberapa saat sebelum Pak Tama membuka dua buah kotak.

"saya sudah pesan go food Pak, mungkin sebentar lagi sampai" kataku begitu melihat kotak yang dibuka Pak Tama berisi makanan.

"gak apa apa, bisa kamu makan nanti" katanya.

Tidak lama seorang berjaket hijau berada didepan kontrakanku setelah mengetuk sebelumnya untuk mengantarkan pesanan.

"kamu pesan apa?" tanya Pak Tama.

Tanpa kujawab langsung saja kubuka kotak berisi mie dengan kuah terpisah serta beberapa toping seperti ayam suwir, sawi rebus, acar mentimun dan taburan bawang goreng.

"mie ayam special Pak" kataku sumringah setelah memperlihatkannya.

"gak boleh, ini buat saya aja" katanya tidak setuju kemudian mengambil kotak mie ayamku.

"saya pengen itu dari kemarin Pak, lambung saya juga sudah membaik" tolakku saat Pak Tama mengambil menu pesananku.

"bukan karena membaik kemudian kamu bisa memakan pantangannya. Kamu makan ini saja" katanya sambil mengangsurkan dua buah kotak makanan yang dibawanya tadi.

Sedikit sebal namun tanpa penolakan langsung saja mengambil piring dan mangkuk untuk memindahkan makanan masing masing.

"udah gak usah cemberut gitu, kapan kapan saya ganti buat mie ayam kamu" ujarnya setelah menghabiskan pesananku.

Emang kentara sekali ya kalau aku sedang sebal kepadanya. Tanpa kujawab kemudian mengambil sisa makanan untuk dirapikan.

"terimakasih untuk sop iganya Pak, rasanya cukup recommended" kataku berbasa basi sambil mengantarkannya didepan pintu.

"itu menu favorit keluarga saya, kapan kapan saya ajak ke tempatnya langsung" ajaknya.

Apa apaan? Aku masih menyimpan kekesalanku padanya setelah mengambil pesanan mie ayam spesial yang kupesan.

"ohya, mie ayam tadi juga lumayan. Kapan kapan ajak saya kesana, nanti saya yang traktir" katanya.

"Bapak serius?" tanyaku tidak percaya dengan ajakannya.

"iya, memang saya kelihatan berbohong" ujarnya sambil memperlihatkan mimik wajah yang serius.

"hehee... Enggak sih" kekehku.

"yaudah, kamu bisa istirahat kembali. Sebelumnya maaf karena kemarin, kamu jadi sakit" katanya sedikit terbata.

Aku mengangguk merasa sedikit canggung dengan Managerku. Apa bisa disebut berlebihan hingga ia mengucapkan maaf kepada bawahannya?

***

Sore harinya...

"Lo ketinggalan info viral di kantor hari ini Nad" ujar mbak Laras begitu ia memasuki kontrakanku.

Ia menyempatkan mampir untuk menjengukku setelah pulang dari kantor.

"info apaan mbak? Ghibahin siapa lagi nih?" kataku sambil membuka kotak yang dibawa mbak Laras.

Sepertinya hari ini banyak rizki yang datang. Setelah tadi siang Pak Tama dan sekarang mbak Laras membawa makanan dalam jumlah cukup banyak. Tapi jangan salah, mbak Laras punya selera makan yang cukup besar untuk porsi wanita.

"ehhh... Bukan Ghibah, tapi info terupdate-nya si Sari" sanggah mbak Laras dengan mencomot lumpia solo yang sudah kupindahkan diatas piring saji.

Perhatiannku berubah fokus kepada mbak Laras begitu menyebut nama Sari.

"kenapa dengan Sari?" tanyaku penasaran.

"begitu Pak Bos datang langsung aja tuh dia dipanggil ke ruangannya pakai nada tinggi" jelasnya.

"terus?" tanyaku kembali.

"auto ngupinglah Gue" katanya sambil tertawa.

"ya ampun" gumamku tidak habis pikir dengan kelakuan perempuan bertubuh gembul ini.

"habis tuh dia dimarahin Pak Tama, cari gara gara sih" jelasnya kembali dengan nada penuh kemenangan.

Seneng banget Sari kena omel, pikirku.

"yaudah mbak, mungkin kemarin dia lagi ada keperluan mendesak" kataku mencoba bersikap biasa.

"harusnya kalau keperluan mendesak kan bisa izin, bukannya ngilang disaat genting gak balik kantor tanpa izin. Dia ditanya Pak Tama alasannya apaan juga berbelit belit kayak ada yang disembunyikan gitu" jelas mbak Laras menggebu.

"gak takut ketahuan nguping mbak?" tanyaku mengalihkan pembahasan.

"seprofesional Gue masih diragukan sih?" katanya jumawa dengan kembali memasukan potongan lumpia solo kedalam mulutnya secara penuh hingga kesulitan untuk menelannya.

Aku hanya bisa menertawakan kelakuan mbak Laras yang selalu membuatku geleng geleng kepala.

Kami berbincang cukup lama hingga hari menjelang malam dan mbak Laras pamit untuk pulang.

Menjelang tidur ponselku berdering sekali memunculkan notifikasi pesan masuk pada salah satu aplikasi chatting.

Boss : kondisi kamu udah baikan?

Bisa dibilang ini perhatian gak sih?

Me : sudah Pak... Terimakasih sudah menjenguk saya tadi siang...

Boss : syukurlah kalau begitu, kalau besok sudah masuk kerja ada yang ingin saya diskusikan tentang meeting kemarin

Me : baik Pak

Kukira Pak Tama menanyakan kabarku karena sikap perhatiannya. Namun ia tetap mencoba untuk profesional dalam pekerjaan. Ya pembahasannya gak jauh dari meeting kemarin yang sempat tertunda karena hari ini aku tidak masuk kerja.

Setelah percakapan selesai dengan managerku kemudian meletakkan ponsel dan menarik selimut hingga batas dada. Kondisiku jauh lebih baik dari sebelumnya, obat lambungku sejauh ini bekerja cukup baik.

Mencoba memejamkan mata karena besok ada kegiatan tambahan pekerjaan setelah kemarin mengikuti meeting bersama Pak Tama, karena saat ini memang cukup efektif untuk menyibukkan diri. Menghilangkan sejenak kenangan yang terkadang tiba tiba muncul sejak kembali ke kota ini.

Harapanku cuma satu, semoga tidak lagi bertemu dengannya meskipun dari lubuk hati yang terdalam masing menginginkan kehadirannya meskipun hanya sesaat.

.
.
.

To be continued

♏️♏️♏️

With Love
Ayaya 💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top