MtW 48 - Request
Tap votesnya dulu boleh??? 🌟
Enjoy
.
.
.
♏♏♏
Suasana sarapan menyenangkan yang dikatakan oleh Mas Tama ternyata memang benar adanya. Setelah menikmati sajian menu sarapan di area indoor restoran kemudian kami menikmati makanan penutup diarea outdoor dengan pemandangan laut lepas. Benar benar perpaduan yang sempurna, karena cukup ampuh untuk mengusir rasa kesal yang sempat muncul diawal perjalanan tujuan pertama tadi.
Kami sedang duduk bersisian dengan menikmati sunrise yang tidak terlalu terik bahkan bisa dibilang cukup hangat untuk ukuran sunrise ketika jam delapan pagi karena langit cukup tertutup awan putih yang tebal.
"Coba sunrisenya pas cerah ya Mas, bagus banget pasti" ujarku sambil menyendokkan puding cokelat, teksturnya sangat lembut hingga lumer begitu masuk mulut.
"Nanti sore aja lihat sunset disini, cantik banget" ujar Mas Tama kemudian kami menikmati sajian menu dessert sambil menikmati suasana sunrise dengan pemandangan laut lepas.
Setelah berbagai pertimbangan akhirnya kami memutuskan untuk tetap di area hotel. Fasilitas hotel terdapat sebuah taman yang asri dengan pantai yang memisahkan laut lepas juga terdapat kolam yang sangat intagramable. Tidak bisa membayangkan suasana sunset ditempat ini, pasti sangat eksotik.
Kami duduk di sebuh kursi panjang berbahan besi dengan sebuah meja kecil yang dicat dengan warna putih senada. Kali ini matahari sangat terik mengingat jam menunjukkan pukul sepuluh namun di tempat kami duduk sekarang cukup teduh karena berada diantara pohon yang rindang sehingga menutupi kami dari sengatan sinar matahari.
"Memangnya kamu mau berencana disini berapa lama Mas?" Tanyaku begitu kami sudah duduk bersisian.
"Seperti yang aku bilang tadi, pengennya kembali ke Surabaya sama kamu" jawabnya sambil menatapku.
"Mau aku antarin ke Surabaya gitu?" Tanyaku,
"No, bukan cuma ngantein tapi kamu juga meninggalkan tempat ini dan kembali ke Surabaya seperti sebelumnya" jawabnya mantap.
"Gak semudah itu Mas, pekerjaanku sekarang disini" keluhku padanya.
"Kenapa disini?" Tanya Mas Tama.
"Aku suka tempat ini, begitu tenang dan damai" jawabku jujur.
"Kalau gitu aku aja yang pindah kesini" kata Mas Tama seenaknya hingga membuatku menatap penuh kearahnya.
"Jangan aneh aneh ya kamu Mas" tolakku,
"Enggak aneh, kenapa? Kamu saja bisa kenapa aku enggak" katanya berbalik bertanya.
"Kamu masih di perusahaan kan Mas?" Tanyaku berbalik, mencoba memastikan.
"Masih" jawab mas Tama singkat.
"Lalu kenapa sampai sekarang kamu masih disini? Main nepotisme ya?" Tanyaku sarkastik.
"Intinya aku tetap bekerja darimanapun itu dalam keadaan kondusif, no problem yang penting kerjaanku beres. Jangan risaukan itu karena itu semua keinginanku sendiri Nad" jawab Mas Tama menjelaskan,
Ternyata ia datang kesini dengan membawa ikut serta pekerjaannya.
"Iya gak bisa gitu juga. Kamu ih, gak paham maksudku" ujarku sebal.
"Just tell me, kenapa kamu lebih memilih meninggalkanku tanpa mengatakan apapun?" Tanya Mas Tama dengan nada serius.
"Mas..." panggilku lirih,
"Alasan kenapa kamu pergi aku sudah tau dan sudah membereskannya. Cuma alasan kenapa kamu lebih memilih meninggalkanku hingga kini aku belum menemukan jawabannya selain dari kamu sendiri yang menjelaskan" katanya kemudian.
"Bentar, maksud kamu membereskannya?" Tanyaku saat mendengar ada yang mengganjal pada maksud ucapannya.
"Semua ini berawal dari Sherin kan?" Tebak Mas Tama,
Aku melihat ada tatapan kecewa diwajahnya,
"Kenapa kamu lebih memilih mempercayai ucapannya Sherin daripada mengatakan kepadaku tentang apa yang kamu rasakan Nad? Aku ini kekasih kamu, rasanya hampir gila tiba tiba kamu menghilang begitu saja. Sedangkan sehari sebelumnya kita baik baik saja bahkan liburan bersama" ujar Mas Tama kecewa.
"Nggak semudah itu buat aku Mas, sungguh bukan seperti ini keinginanku. Jangan salahkan Sherin karena keputusanku" kataku jujur.
"Kamu masih belain Sherin setelah semua yang dia lakukan sama kamu?" Tanya Mas Tama sebal,
Aku terdiam tanpa menjawab pertanyaan Mas Tama.
"Dan yang lebih tidak habis pikir, kenapa kamu malah memilih untuk menyimpan dan berasumsi sendiri Nadia" lanjutnya dengan memanggil namaku tegas.
"Mas, aku gak mau menghalangi kehidupan terutama karir kamu. Benar yang dikatakan Sherin kalau kita memang beda dari segi apapun, aku gak bisa memberikan apa apa buat kamu dan memang gak ada yang bisa dibanggakan dari hubungan kita?" Kataku.
Rasanya ada kelegaan tersendiri setelah mengatakannya.
"Bullshit sama kata kata tidak setara, beda kasta, dan status sosial. Yang aku butuhkan itu kamu Nad, Mama saja mendukung penuh hubungan kita kenapa harus ambil pusing memikirkan perkataan orang lain?" Ujar Mas Tama masih diliputi rasa kesal.
"Aku bisa meninggalkan perusahaan itu jika Sherin masih saja menekanku dengan kekuasaan Papanya, aku bisa cari kerjaan lain dan aku yakin mampu untuk itu. Finansialku lebih dari cukup asal kamu gak setiap minggu minta belanjain gucci atau merek serupa saja" ucapnya penuh keyakinan.
"Mas..." panggilku sedikit kesal.
"Tapi kenapa dari sekian banyak opsi kamu lebih memilih untuk meninggalkanku Nad?" Tanya Mas Tama yang terdengar sangat lirih.
"Sorry..." cicitku.
Mas Tama memejamkan mata sejenak dan semakin membuatku risau.
"Kamu tau Nad, yang aku katakan kalau aku hampir gila saat kamu pergi itu memang benar adanya. Kerjaanku gak beres hingga berhari hari, aku tanya kepada siapapun tapi nihil gak ada yang mengetahui keberadaan kamu. Apa itu yang kamu inginkan?" Tanya Mas Tama dengan melihat penuh ke arahku.
Aku menggeleng cepat, sungguh bukan seperti ini keinginanku.
"Kenapa jadi gini Mas? Aku fikir setelah kepergianku kamu akan baik baik saja. Kamu bisa hidup lebih baik seperti sebelum ada aku" ujarku.
"Gak bisa dan sepertinya gak akan bisa. Perlu kamu ketahui, Satu bulan yang menyiksa itu akhirnya aku menyadari sesuatu, bahwa aku benar benar membutuhkan kamu terlebih menginginkan kamu Nadia" ucap Mas Tama penuh kesungguhan.
Hatiku sepertinya ikut sakit mendengar penuturannya satu persatu yang terdengar sangat menyakitkan.
"Sorry... kalau endingnya seperti ini?" Ujarku meminta maaf.
"Berhenti mengucapkan maaf. Kembali ke Surabaya denganku, please" pintanya memelas.
Aku menggeleng,
"Oke, kamu gak bisa ngasih aku pilihan. Aku akan segera pindah kesini saja" ucapnya tegas yang membuatku membulatkan mata.
"Mas, gak gitu... ini gak se sederhana yang kamu pikirkan" ujarku tidak setuju.
"Kenapa harus dibuat rumit kalau bisa disederhanakan Nadia? Oh my God aku bisa gila beneran" katanya sambil meremas rambutnya frustasi.
"Jangan dong, mana mau aku deket deket sama kamu" kataku mencoba mencairkan susana.
"Sekarang jawab dengan iya atau tidak, kamu juga bisa mengangguk atau menggeleng, hm?" Pintanya.
"Apalagi ini?" Tanyaku takut takut ada hal tersembunyi yang ia inginkan.
"Just answer my question" pintanya kembali.
"Okey" jawabku menuruti.
Mas Tama meraih pundakku hingga kami duduk berhadapan kemudian meraih kedua tanganku untuk digenggamnya lembut.
"Aku sayang kamu, aku cinta kamu Nadia, aku gak bisa kehilangan kamu lagi. Dan kamu, sayang sama aku?" Tanya Mas Tama.
Lama mencerna kata kata Mas Tama sebelum akhirnya mengangguk hingga satu senyuman tersungging dibibirnya.
"Kamu cinta sama aku?" Tanya Mas Tama kembali dan kujawab dengan anggukan.
"Kamu sedih meninggalkanku kemarin?" Lanjutnya dan kembali kujawab dengan anggukan.
"Kamu mau kita terus bersama?" Tanya Mas Tama kembali dan tentu kujawab dengan anggukan.
Kudengar Mas Tama menghirup nafas agak panjang kemudian mengatakan hal berikutnya.
"Ayo kita menikah"
Aku mengangguk kembali sebelum tersadar akan sesuatu, sedangkan Mas Tama sudah tersenyum penuh kemenangan.
"Eh, kok gitu" ucapku.
"Kamu masih ragu akan keseriusanku Nad?" Tanya Mas Tama.
"Bukan itu Mas. Oke masalah Sherin aku ngaku kalau salah, waktu itu aku insecure dalam pemikiranku sendiri dengan keinginan dapat menyelesaikan ini tanpa bantuan kamu hingga memutuskan untuk pergi, aku minta maaf" jelasku jujur.
"Maaf diterima, and then?" Tanya Mas Tama kemudian.
"Untuk menikah, itu dua hal berbeda dengan hubungan kita sekarang Mas" jawabku berhati hati.
"Hubungan kita sekarang? Kenapa? Hingga detik ini kita masih berstatus sebagai pasangan, kita menjalani hubungan yang serius sejak awal. Apalagi? Please jangan mencari alasan yang gak perlu lagi Nadia. Stop it" ujarnya.
"Aku boleh minta sesuatu sama kamu?" Pintaku kepada Mas Tama.
"Asal kamu gak pergi lagi dan menyembunyikan sesuatu dariku" jawabnya tegas.
"Okey, bukan itu" kataku sambil tersenyum.
"Katakan"
"Biarkan aku disini, kamu kembali ke Surabaya karena disana tempat kamu Mas," kataku menjeda saat Mas Tama akan ikut menginterupsi dengan memotong perkataanku.
"Aku belum selesai, jangan dipotong" ujarku.
Mas Tama menghela nafas kemudian mengangguk mempersilakanku melanjutkan.
"Kasih aku waktu untuk bicara dengan keluargaku terutama kedua orang tuaku" lanjutku kemudian.
"Okey, berapa lama waktu yang kamu butuhkan? Jangan bilang berbulan bulan atau sampai setahun ya Nad, aku gak sanggup" ucapnya kembali dengan tegas.
"Satu bulan" jawabku.
"Deal" ucap Mas Tama mantap.
"Karena kamu sudah buat permintaan jadi aku juga punya satu permintaan buat kamu" kata Mas Tama tiba tiba dengan seringainya hingga membuatku mengernyitkan dahi.
"Aku curiga sama permintaan kamu" kataku yang mendapat jawaban gelak tawa dari Mas Tama.
Dan firasatku mengatakan Mas Tama memang sedang merencanakan sesuatu.
.
.
.
To be continued
♏♏♏
Bonus view pantai dan laut lepas tempat NadiaTama ngobrol ❤
Jangan lupa follow aku diakun sosmed yang lain yaaa...
WP, Ig, Dreame : Ayaya2211
Terimakasih.
Ayaya 💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top