MtW 32 - Will miss you
Tap votesnya dulu boleh??? 🌟
Enjoy...
.
.
.
♏♏♏
Sore ini masih menghabiskan waktu dengan Wilda yang masih dibuat penasaran dengan sosok seseorang yang sedang menjalin hubungan dekat denganku.
"Oh my God... cinlok kalian? Bentar bentar, sama siapa? Kalau sama Rendi gak mungkin, Mas Eko? Masa iya? ..." Wilda mengabsen satu persatu daftar lelaki yang berada didivisi keuangan-minus Mas Tama yang kujawab dengan gelengan hingga membuatnya semakin tidak sabaran.
"Siapa sih Nad?" Akhirnya dia menyerah dan mengundang gelak tawaku.
Ketika baru saja akan menyebutkan namanya tiba tiba ponselku berdering yang membuat obrolan kami tertahan. Panjang umur, orang yang sedang dibahas sedang dalam sambungan telepon.
"Bentar ya Wil, pas banget lagi nelpon dia?" kataku dan segera dijawab antusias olehnya.
"Ehh... siapa sih? Loudspeaker dong" pintanya sedikit memaksa.
Aku menggeleng tidak menyetujui permintaannya.
"Iya Mas?" Sapaku pada yang berada diseberang telepon hingga membuat wanita yang sedang hamil didepanku histeris terlebih ketika aku memanggil dengan sebutan 'Mas'.
"Kamu masih disana?" tanya Mas Tama.
"Udah selesai acara makannya. Habis jalan jalan sama Wilda" jawabku.
"Sekarang lagi dimana?" tanya Mas Tama kembali.
"Lagi sama Wilda sih, nungguin dijemput suaminya" jawabku kembali sambil melihat Wilda yang tidak sabaran.
"Aku jemput kamu ya..." ujarnya.
"Eh, nggak usah. Tadi bilangnya ada meeting kan?" tolakku halus.
"Udah selesai. On the way sih" katanya.
Tiba tiba Wilda mendekatkan tubuhnya kearah teleponku.
"Nadia dijemput juga dong sekalian"
Reflek segera menjauhkan ponselku dan mendapatkan lirikan godaan dari Wilda, dasar!
Sedangkan diseberang telepon Mas Tama terkekeh sepertinya mendengar jelas ucapan Wilda.
"Aku jemput ya..." katanya kembali.
"Kamu sekarang ada di mana Mas?" tanyaku.
"Dari alamat restoran yang kemarin sempat kamu sebutin kayaknya udah deket kok. Satu lampu merah lagi terus belok udah sampai" jelasnya sambil menimbang nimbang.
"Kalau gitu emang kamunya udah ada niat mau jemput aku" ujarku yang membuat Mas Tama terkekeh.
Setelah menyebutkan lokasi kafe dimana aku berada kemudian sambungan telepon dimatikan. Sedangkan disampingku Wilda sedang menopang dagu dengan memperhatikan gerak gerikku sambil tersenyum jail.
"Ada apa?" Tanyaku sedikit jutek.
"Kalau kayak gini aku baru percaya kalau beneran udah taken" ujarnya sambil mengedipkan matanya.
"Hhmmm dasar. Makanya berhenti jadi mak comblang" kataku.
"Iya mana tau kalau udah ada pacar, orang gak pernah cerita juga" ujarnya.
Tidak lama Mas Tama mengirimkan pesan bahwa ia sudah sampai dan mengambil parkir diarea samping kafe.
"Yuk Wil, udah sampai. Ohya Pak Satya udah sampai mana?" tanyaku memastikan.
"Bentar lagi juga sampai. Yuk, aku udah dibuat penasaran sama siapa itu pacar kamu. Nyebelin banget gak dikasih tau sampai sekarang" katanya bersemangat.
Wilda menggandengku untuk segera keluar dari kafe dengan tidak sabaran.
Sesampainya diluar aku berjalan sedikit mendahului Wilda untuk mendekati sebuah mobil sedan BMW berwarna hitam terparkir disamping area kafe. Sedangkan disampingku Wilda masih menebak nebak siapa sosok seorang yang kini menjadi kekasihku.
Mas Tama membuka pintu mobil dan keluar untuk menyambutku. Begitu jarak kami sudah semakin dekat dan ia tersenyum sambil mengangkat tangan kanannya untuk menyapaku. Benar saja, Wilda semakin histeris sambil menarik lenganku begitu melihat Mas Tama.
"Oh may God, oh my God. Hari apa ini? Harus banget dapat kejutan lagi? Tadi munculnya Rendi, sekarang muncul Pak Tama dengan status jadi pacar kamu Nad?" Katanya menahan langkahku dengan ekspresi yang membuatku tersenyum puas.
Tanpa menjawabnya dengan sedikit menarik Wilda untuk segera menuju Mas Tama yang juga berjalan mendekat.
"ada Wilda disini?" sapa Mas Tama ramah.
"Iya Pak. Jadi speachless lihat siapa yang jemput Nadia, ini beneran officially?" tanya Wilda tanpa basa basi.
"seperti yang kamu lihat" jelas Mas Tama yang kini sudah berada disampingku.
Wilda masih menatapku seakan banyak pertanyaan yang ingin diutarakan.
"Pak Satya masih lama nggak Wil? Aku gak mau ninggalin kamu sendirian disini" tanyaku kembali memastikan.
"udah gak apa apa, kalian duluan aja" ujar Wilda yang segera kutolak.
Mana mungkin aku meninggalkan Wilda sendirian disini, terlebih ia sedang hamil pada trisemester akhir seperti ini.
"mau dijemput Satya?" Tanya Mas Tama pada Wilda.
"iya Pak" jawab Wilda menjeda, " Eh iya, Pak Tama sama Mas Satya teman satu angkatan pas SMA kan?" Tanya Wilda.
Mas Tama mengangguk sedikit canggung dan aku meliriknya sekilas yang dibalasnya dengan tersenyum sekilas.
Kok aku baru tahu?
Tidak lama sebuah mobil range rover memasuki parkiran kafe dan berhenti tidak jauh dari tempat kami berdiri.
"Mas?" Panggil Wilda ketika Pak Satya mendekat kearah kami bertiga.
"ada Nadia disini dan-" kata Pak Satya tertahan begitu melihat Mas Tama berada disampingku.
"hai" sapa Mas Tama padanya.
"lama gak ketemu" ujar Pak Satya.
Terjadi momen awkward disini.
"Mas, tau nggak? Kalau Nadia jadian sama Pak Tama" ujar Wilda memecah suasana.
"Ohya?" Tanya Pak Satya yang terlihat terkejut dengan penuturan Wilda.
Wilda mengangguk,
"Aku juga baru tau sih, keterlaluan kan kita baru dikabarin" jelas Wilda masih tidak terima.
"Iya kan belum lama juga Wil" potongku segera sebelum pembahasan bertambah panjang.
"Wilda tidak merepotkan kamu kan Nad?" Tanya Pak Satya yang mendapat tarikan dari Wilda.
"Lumayan sih Pak" jawabku yang disertai dengan kekehan.
Setelah menyerahkan dua paper bag berisi barang belanjaan Wilda pada suaminya kemudian aku dan Mas Tama pamit meninggalkan Pak Satya dan juga Wilda yang masih berada diarea parkir.
"Kamu deket banget sama Wilda?" Tanya Mas Tama begitu kami memasuki jalanan padat ketika malam memasuki weekend.
"Kelihatan banget ya?" Tanyaku balik.
Mas Tama mengangguk,
"Wilda itu orang pertama yang aku kenal saat ospek Mas. Kita langsung nyambung gitu, dan bersyukur banget kami satu prodi juga" jelasku padanya.
Mas Tama hanya mengangguk tanpa menanggapi kembali.
Satu notifikasi muncul pada layar ponselku.
Wilda : kayaknya banyak banget yang harus dijelasin kenapa bisa Pak Tama jadi pacar kamu ya Nad. Gak usah pura pura gak tau, urusan kita belum selesai.
Aku terkekeh setelah membaca pesan dari Wilda. Jelas dia tidak akan melepasku dengan mudah setelah melihat Mas Tama yang menjemputku.
Me : Bumil gak usah kepo. -sent
"kenapa kamu senyum senyum begitu?" Tanya Mas Tama yang memperhatikan gerak gerikku saat membaca pesan dari Wilda.
"Wilda masih penasaran kenapa bisa sama kamu Mas" jawabku.
"belum bilang memang?" Tanya Mas Tama kembali.
"belum ada yang aku kasih tau" jawabku.
"pantesan tadi kayak kaget pas lihat aku" ujarnya.
Aku terkekeh,
"masih mau lanjut backstreet memang?" Kali ini Mas Tama bertanya lebih serius.
"sementara iya, sama di kantor aja kok. Gak apa apa kan? Please..." Kataku membujuknya.
Aku mendengar ia menghembuskan nafas sedikit berat kemudian mengangguk sambil tersenyum.
"Makasih buat pengertiannya ya Mas" ujarku padanya.
"Iya... padahal pengen banget bisa bareng sama kamu, bisa makan siang tanpa sembunyi sembunyi" jelasnya yang membuat senyumku mengembang.
Permintaan sederhana yang membuatku merasa mendapat perhatian seutuhnya.
"Soon yaaa..." kataku.
"Hopefully soon..."
Aku mengangguk mantap hingga mengundang senyum dari Mas Tama.
"Kamu gak mampir dulu Mas?" Tanyaku begitu mobil yang kami tumpangi mendekati kompleks apartemen.
"Langsung balik aja ya, ada sedikit kerjaan dari lanjutan meeting tadi yang harus diselesaikan" katanya.
"Hhmm... Jam kerja udah selesai padahal" ingatku.
"Iya tadi pengen cepat selesai biar bisa jemput kamu" katanya dengan masih fokus pada jalanan Surabaya yang mulai lengang saat memasuki kompleks Pakuwon City.
"Kayaknya bener yang dikatakan Mama kamu deh Mas" kataku tiba tiba.
"Bagian yang mana?" Tanya Mas Tama.
"Terlalu workaholic" jawabku yang mendapat kekehan hingga mengacak rambutku pelan dengan tangan kirinya yang bebas.
"Kok uda sependapat aja sama Mama"
"Kenyataannya begitu"
"Iya nanti aku selesaikan segera biar bisa istirahat cepat dan besok bisa jemput kamu" jelasnya.
"Aku bisa kok ke Bandara sendiri, jangan dipaksa kalau kamu butuh istirahat" pintaku memberikan opsi yang lain.
"Nope. Besok jam lima tepat aku jemput" titahnya tidak bisa diganggu gugat.
***
Seperti janjinya semalam, tepat pukul lima ia sudah menungguku di Lobi. Demi apa sebelum jam 4 shubuh tadi sudah bangun dan kembali mengecek barang yang akan kubawa pagi ini ke Bandara.
"Morning..." sapanya begitu melihatku mendekat dan mengambil alih koper berukuran sedang yang kubawa.
"Morning... Kamu udah siap aja Mas" sapaku pada Mas Tama yang selalu rapi dalam tampilan kasualnya.
"As always. Yuk berangkat keburu nanti ketinggalan penerbangan kamu" ajaknya sambil membukakan pintu mobil untukku kemudian menyimpan koperku di bagasi belakang dan kami segera berangkat menuju Bandara Juanda yang letaknya cukup jauh dari apartemen tempatku tinggal.
Jalanan yang teramat lengang sangat memudahkan Mas Tama untuk memacu mobil dengan laju lebih cepat dari biasanya. Terlebih ketika memasuki jalan tol semakin melesat lebih cepat hingga beberapa kali harus mengingatkan Mas Tama agar melaju dengan kecepatan normal saja.
"Udah check in Nad?" Tanya Mas Tama disela fokusnya ke jalan tol.
"Udah Mas" jawabku.
"Kalau kamu ngantuk tidur lagi aja gak apa apa, nanti aku bangunin pas udah sampai" ujarnya.
"Aku nggak ngantuk sama sekali. Semalem habis packing jam sembilan langsung istirahat" kataku.
"Yaudah, temenin aku nyetir biar aku nggak ngantuk" katanya sambil terkekeh.
Reflek melihat tajam kearahnya.
"Semalam tidur jam berapa emangnya Mas?" Tanyaku penasaran.
"Sengaja belum tidur sama sekali" jawabnya yang membuatku reflek menatap kearahnya.
"Ini beneran? Kemarin bilangnya mau langsung istirahat juga" ingatku padanya.
"Masalah meeting kemarin cukup kompleks Nad, harus segera diselesaikan sebelum panggilan ke Jakarta. Selesainya jam dua an dan kayaknya nanggung banget buat tidur" katanya menjelaskan.
"Nanti aku pesenin kopi di bandara ya..." pintanya.
Aku mengangguk juga mencoba memahami pekerjaannya yang semakin sibuk. Dengan jabatan baru semakin banyak beban dan tanggung jawab yang dibawa.
Hampir dua puluh menit perjalanan kami hingga sampai di terminal satu keberangkatan domestik bandara Juanda, jarak tempuh dengan efisien waktu yang cukup signifikan karena lalu lintas kendaraan yang lengang.
Setelah memarkirkan mobil kemudian kami berjalan beriringan menuju terminal keberangkatan, Mas Tama menggandengku dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya menarik koper milikku.
Pagi yang manis bukan?
"Kita ke coffe shop dulu. Masih ada empat puluh menit sebelum jadwal keberangkatan" ajakku yang langsung disetujui olehnya.
"Okey..."
Kami kembali berjalan menuju salah satu sudut stand yang menjual aneka minuman dan makanan berbahan utama kopi. Harum kopi beserta cokelat yang kupesan baru saja disajikan didepan kami, aku memesankan Mas Tama kopi hitam dengan sedikit gula sesuai requestnya sedangkan aku memesan cokelat panas dan ditemani satu piring berisi pastry untuk sarapan kami.
Setelah menghabiskan pesanan masing masing tidak lama panggilan penerbanganku terdengar dari pengeras suara bandara, kami segera beranjak menuju pintu keberangkatan domestik. Mas Tama meletakkan koperku dan menaruhnya disampingku begitu kami sampai didepan pintu terminal keberangkatan ia menarik tanganku hingga kami berhadapan.
Ia menatapku sedikit lebih lama.
"Will miss you so much" ucapnya terdengar lirih.
Aku tersenyum kepadanya.
"Senin udah balik lagi ke Surabaya Mas" ingatku padanya.
"Kamu juga hati hati baliknya Mas" lanjutku sedikit khawatir.
"Kan udah kamu pesenin kopi, aman kok" jawabnya santai.
"Tetep aja khawatir" ujarku.
Mas Tama menyentuh pipiku dan mengusap lembut dengan ujung ibu jarinya.
"kok aku gak kefikiran buat ngikut kamu ke Jogja ya..." katanya tiba tiba.
"Mas..." panggilku dengan nada sedikit menegur.
"Aku susul kamu dengan ambil penerbangan habis ini aja gimana" ujarnya yang segera kubeikan lirikan tajam.
"Jangan aneh aneh kamu. Habis dari sini langsung pulang dan istirahat" kataku dengan penekanan.
"Yes, madam" katanya kemudian menarikku dalam pelukannya.
Jenis pelukan yang selalu membuatku selalu nyaman dalam dekapannya.
.
.
.
To be continued
♏️♏️♏️
Jangan lupa follow aku diakun sosmed yang lain yaaa...
WP, Ig, Dreame : Ayaya2211
Terimakasih.
Ayaya 💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top