MtW 24 - Obrolan Malam

Votesnya turun nih 😥

Nunggu mendekati 300 votes dulu disemua part baru update part berikutnya 😁

Enjoy

.
.
.

♏️♏️♏️

Untuk pertama kalinya aku sampai diapartemen hingga malam hari tanpa ada pekerjaan kantor yang mengharuskanku untuk lembur. Kedatangan Sherin yang tiba tiba muncul ketika baru saja akan meninggalkan kantor cukup membuatku terkejut.

Benar saja ada hal yang dia minta untuk segera kuklarifikasi tentang tuanngannya, Dito. Salah satu nama yang tidak ingin kubahas lagi karena hanya akan mengingatkanku pda luka lama. Semua penjelasanku tentang Dito sudah kutekankan bahwa kita sudah selesai dan tidak memiliki hubungan apapun.

Tentang Dito yang masih menemuiku adalah diluar kendaliku, dari tatapan matanya sangat jelas jika Sherin mengira bahwa aku masih menginginkan Dito untuk kembali lagi, namun kutolak mentah mentah dan kuperjelas jika aku sudah mempunyai kekasih yang harus kujaga hatinya. Sepertinya Sherin mulai melunak dan tidak melanjutkan pembahasan lagi.

Malam ini sedang duduk diatas sofa setelah mandi dan berganti terusan selutut berbahan kaus dengan menyalakan salah satu chanel televisi berbayar yang sama sekali tidak menjadi fokusku, karena masih tidak habis fikir dengan kedatangan Sherin dengan jenis pertanyaan yang ia ajukan petang tadi disalah satu restoran elite dikawasan Pakuwon.

Tidak lama ponselku berdering dengan menampilkan nama dan foto seorang laki laki yang seharian ini belum sempat bertatap muka dengannya, Pak Tama.

"Ada keperluan apa Sherin ngajak makan sama kamu Nad?" Tanya Pak Tama to the point setelah berbasa basi dengan bertukar kabar ketika panggilan telepon tersambung.

Ia sempat mengirimkan pesan tentang keberadaanku tadi ketika pulang dari restoran setelah bertemu dengan Sherin. Kujawab jujur dan tidak ada pertanyaan lebih lanjut darinya, namun ternyata Pak Tama menungguku sampai di apartemen untuk kembali menanyakan perihal pertemuanku dengan Sherin.

"Ngobrol biasa kok Pak" jawabku mencoba tidak mengundang pertanyaan yang lain.

"Dia ganggu kamu? Sifatnya Sherin tidak mudah ditebak Nad, ia akan melakukan apapun untuk semua yang dia inginkan" Pak Tama memperingatkan.

"Enggak kok" jawabku datar.

"Kalau ada apa apa, tolong bilang sama saya. Kalau ada yang mengganggu atau yang membuat kamu tidak nyaman dengan hubungan kita juga kamu sampaikan ya Nad" pintanya yang membuat hatiku menghangat.

Selalu ada saja cara darinya yang membuatku merasa dilindungi olehnya.

"Iya Pak" kataku sambil mengangguk.

"Sampai kapan kamu akan manggil saya Pak seperti itu? Cukup mengganggu pendengaran saya Nad" katanya sambil terkekeh.

"Hhhmmmm... nanti akan saya coba" kataku sambil mengulum senyum.

"Jangan lihat saya sebagai atasan kamu" ujarnya.

"Iya" jawabku, padahal hingga saat ini aku masih bingung mau memanggilnya dengan sebutan apa selain 'Pak'.

"Yasudah gak perlu dibahas lagi" katanya menjeda,

"Kamu sudah makan di restoran tadi? Sherin pasti ngajak kamu makan ditempat yang bagus" tanya Pak Tama kemudian.

"Terlalu bagus malahan" ujarku.

Anak CEO gak mungkin ngajak makan ditempat biasa biasa saja.

"Kamu pasti gak nyaman disana tadi. Sekarang saya pesankan makanan ya, kamu mau apa?" Pintanya.

"Saya bisa pesan sendiri Pak" tolakku.

"Biarkan saya melakukannya untuk kamu Nadia. Kamu pacar saya sekarang..." Ingatnya padaku yang terkadang masih enggan menerima kebaikannya.

"Oke, baik" ujarku pelan.

"Gitu dong... Gak apa apa kan makan nasi jam segini?" Tanya Pak Tama.

"jangan nasi dong Pak" tolakku.

Yang benar saja malam begini ngajak makan nasi.

"sejenis dimsum mau?" Tanya Pak Tama.

"boleh"

"yaudah, dipesenin sekarang yaaa... Estimasi paling lama tiga puluh menit" katanya.

Aku terdiam sejenak hingga Pak Tama berdehem dan mengembalikan fokusku.

"Bapak sudah makan?" Kataku berbalik tanya kepadanya.

"eh? Apa?" Pak Tama sedikit terbata.

Sepertinya ia sedikit kaget dengan pertanyaanku, padahal aku hanya menanyakan jenis pertanyaan yang sama. Atau mungkin karena sejauh ini aku lebih terkesan pendiam tanpa banyak bicara.

"Bapak sudah makan malam?" Tegasku kembali mengulang pertanyaan.

"belum, ini juga pesennya samaan sama kamu Nad. Biar nanti makannya barengan, meskipun cuma lewat video call" jelasnya.

Bisa kefikiran gitu ya?

"Hhmmm, mulai nih" kataku mencium bau bau modus darinya.

"atau saya ke apartemen aja ya... Biar bisa makan bareng bareng" katanya yang segera kutepis.

"ini udah malem Pak, hampir jam sembilan. Eh, tapi ini tempatnya Bapak kok saya yang ngelarang ya, maaf maaf" kataku merasa gak enak.

"jangan begitu. Kamu bisa pakai apartemen itu sesuka kamu Nad, gak perlu berfikiran untuk pindah. Disana lebih aman dan nyaman buat kamu" jelasnya.

"Justru karena itu saya jadi gak enak Pak, rencananya minggu depan mau cari kontrakan, atau kosan buat tempat tinggal saya setelah pindah dari sini" ujarku.

Beberapa hari ini aku memang mulai mencari kosan baru untuk ditempati. Sudah ada beberapa yang kupilih, tinggal melihat tempatnya secara langsung.

"gak ada ya, udah kamu diapartemen saya aja. Saya bisa nahan dan lebih tau waktu, siapa yang menjamin kalau kamu pindah dan Dito dengan sesuka hati bisa menemui kamu" tolaknya dengan kembali Dito yang menjadi alasannya.

"tapi-" kataku tercekat,

"gak ada tapi, kali ini saya memaksa. Demi kebaikan kamu, sekarang saja sudah bertambah ada Sherin yang mulai berani mendekati kamu dan dia tipikal pemaksa dan bisa melakukan apapun Nad" jelasnya kembali penuh penekanan.

"darimana Bapak tau kalau mbak Sherin tipe pemaksa?" Tanyaku.

"Sherin itu sepupu saya Nad, kami cukup dekat. Dia awalnya anak yang baik dan manis, tapi semenjak kuliah dengan gaya hidup bebas sikapnya mulai berubah menjadi arogan seperti sekarang. Sejak saat itu kami jadi renggang, kita beda pemikiran. Dia lebih suka hidup bebas tanpa aturan karena memiliki kendali penuh kekuasaan orang tuanya" jelas Pak Tama panjang lebar.

Aku mengangguk mengerti,

"Sherin pasti ada alasan khusus sampai dia menemui kamu, dan saya yakin jawabannya jelas berkaitan dengan Dito, betul kan?"

Skakmat, Pak Tama lebih mengetahui segalanya.

"Saya gak mau bahas Dito lagi Pak" pintaku dengan nada merendah.

"Oke, kita sependapat. Saya juga ingin kamu menutup semua tentang Dito dengan membuka lembaran baru dengan saya, hm?" Ajaknya yang kujawab dengan anggukan.

Kami kembali hening beberapa saat hingga Pak Tama memanggilku.

"Nad?-- kamu masih disitu" panggil Pak Tama.

Hampir lupa jika kami hanya terhubung dengan telepon, jelas Pak Tama tidak mengetahui jika aku mengangguk setuju dengan ajakannya.

"Iya Pak, saya mau" jawabku mantap.

"Good girl"

Tidak lama pesanan kami datang hampir bersamaan, acara video call makan bersama urung kami lakukan karena sudah cukup larut dan akan memakan waktu yang lebih lama lagi.

Dimsum yang kumakan lebih terasa istimewa daripada hidangan sore tadi di restoran mewah bersama Sherin. Bentuk perhatian Pak Tama yang selalu membuatku spesial selalu menjadikanku luluh kepadanya, meskipun banyak ketakutan untuk memulai hubungan ini tapi tidak ada salahnya untuk mencoba bukan? Semoga kali ini menjadi pilihan yang tepat, semoga...

.
.
.

To be continued

♏️♏️♏️

Ayaya 💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top