MtW 20 - Reason
Tap votenya udah kan??? 🌟
Enjoy
.
.
.
♏️♏️♏️
Pelangi yang muncul setelah hujan sudah menjadi janji alam ketika masa buruk telah berlalu maka masa depan menjadi lebih baik. Tidak berputus asa ketika mengalami hal buruk dengan selalu berusaha juga diiringi dengan untaian doa.
Kukira hidupku berhenti dimasa itu ketika hadir sebuah janin di dalam rahimku. Tidak siap rasanya menjadi seorang ibu ketika satu kesalahan fatal yang berimbas sangat besar pada hidupku terutama psikisku.
Laki laki yang harusnya bertanggung jawab atas semua kejadian itu dengan mudahnya meninggalkanku tanpa menatapku sedikitpun, sungguh teramat tega.
Jika kejadian masa lalu masih berimbas hingga hari ini, rasanya harus dicukupkan sampai disini. Hal terbaik yang bisa kulakukan yaitu dengan mengikhlaskannya, terus berjuang dan memperbaiki hal buruk itu sehingga akan berganti menjadi suatu hal yang lebih baik.
Hari ini menjadi saksi bahwa masa lalu tak harus menghantui masa depanku. Lelaki yang berada didepanku sepenuhnya sudah meyakinkanku untuk kembali menatap masa depan dengannya. Pak Tama yang berstatus sebagai bosku yang kini menjadi kekasihku dalam beberapa menit yang lalu.
Kami sedang menikmati makan siang bersama dengan menu yang dibawakan Pak Tama yang sempat kutolak sebelumnya. Masih teringat jelas perdebatan kami ketika aku masih enggan untuk sekedar menerima masa laluku dengan kembali membuka hati untuknya.
Flashback,
Enam puluh menit sebelumnya,
"waktu itu saat saya ke kontrakan kamu dan menemukan Dito sudah berada disana. Kalian berdebat dengan pembahasan yang sama, yaitu tentang masa lalu kalian. Walaupun ingin tapi saya tidak mau ikut campur saat kamu dan Dito sedang menyelesaikan masalah kalian dimasa lalu." Jelas Pak Tama yang membuatku menatap penuh kearahnya.
Tidak percaya jika ia berada disana saat aku dan Dito sedang bertengkar hebat ketika membahas masa lalu kami.
"Awalnya saya akan mundur jika kamu juga menginginkan hal yang sama dengan Dito. Namun takdir berkata lain, sepertinya kamu cukup terpukul dan ingin menutup luka dimasa lalu. Sejak saat itu saya semakin menginginkan kamu untuk menjadi milik saya" jelasnya kembali yang membuatku mengingat kejadian ketika Dito datang ke kontrakanku untuk mengajakku kembali bersamanya.
"Andai bisa, waktu itu saya ingin menghentikan Dito kemudian menarik kamu kedalam pelukan saya dan mengatakan jika semua akan baik baik saja. Andai bisa, saya ingin menghentikan Dito yang kembali membuat kamu menangis dengan membuka luka dimasa lalu kamu" Pak Tama memajukan satu langkah mendekatiku.
"Diluar dari perasaan sayang saya kepada kamu, saya ingin melindungi kamu Nad. Izinkan saya melakukan itu jika kamu menerima saya dan kamu juga memiliki perasaan yang sama. Hm?" Pak Tama meraih tanganku dan menggenggamnya lembut.
Rasanya tidak ada yang akan menolak Pak Tama, namun bagiku urung untuk berharap lebih jauh dengan masa laluku.
"Jadi, Bapak sudah mengetahui semuanya?" Kataku yang sejak tadi tertahan saat Pak Tama berusaha menjelaskan.
"Iya" jawabnya pelan.
"Dan Bapak masih mengharapkan saya?" Tanyaku mencari jawaban.
"Iya" jawabnya kembali, kali ini dengan tegas tanpa keraguan.
"Kenapa?" Tanyaku seduktif.
Pak Tama tersenyum sekilas,
"then let it pass, setiap orang punya masa lalu. Terlepas dari baik buruknya, semua sudah terjadi dan kita tidak bisa mengubah semua yang sudah terjadi." Katanya lembut mencoba meyakinkanku.
"Bapak tidak masalah dengan itu?" Tanyaku yang masih mencari celah keraguan dimatanya.
"No, semua sudah terjadi. Tidak adil jika terus menghakimi masa lalu seseorang, bagi saya yang menjadi fokus utama adalah masa depan dan bagaimana menjalaninya." Jelasnya mantap dengan memandang penuh kearah netraku.
"Pun demikian, saya juga punya masa lalu yang buruk Nad." Imbuhnya.
Aku menatap menyelidik kearahnya.
"Masa kuliah saya menjadi dunia yang bebas sebagai seorang lelaki" jelas Pak Tama yang membuatku sedikit menarik tangannku dari genggamannya namun tidak sampai terlepas.
"Tapi itu semua sudah menjadi masa lalu dan saya berhenti dan mulai menata masa depan waktu itu. Karena hidup tidak hanya untuk kesenangan nafsu semata." ujarnya begitu melihat raut wajahku yang tidak bersahabat.
"Bapak terlewat jujur bilang seperti itu kepada saya" katau padanya yang membuat Pak Tama tersenyum himgga memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
"karena awal dari sebuah hubungan adalah kejujuran. Jadi suatu saat nanti, kamu tidak perlu mendengarkan hal yang tidak baik tentang saya dari orang lain" jelasnya penuh keyakinan.
That is true...
"Bapak yakin tentang hal itu?" Tanyaku kembali.
"tentu, saya harus yakin dengan masa depan saya. Tidak cuma pekerjaan yang harus mengedepankan optimistis, dalam sebuah hubungan juga sangat perlu"
Aku tersenyum menanggapi betapa ia menaruh harapan yang besar setelah mengatakan semuanya, termasuk hal yang terjadi dimasa lalunya.
"jadi?" tanya Pak Tama yang kembali membuatku gusar.
"jujur, sejak kejadian itu saya hampir tidak punya semangat hidup. Menjadi pukulan yang sangat besar ketika menjalani semua itu sendirian, beruntung waktu itu ada Wilda dan Pak Satya yang menolong saya. Jika tidak ada mereka mungkin saja saya sudah depresi berat" jujurku padanya, sakit rasanya kembali mengingat kejadian waktu itu.
"saya harus banyak berterimakasih dengan Wilda dan suaminya" kata Pak Tama tiba tiba.
"untuk apa?" Tanyaku.
"karena sudah menjaga kamu waktu itu hingga sekarang saya bisa bertemu dengan kamu dengan kondisi yang lebih baik" ujarnya sambil tersenyum hingga membuatku ikut menarik dua susut bibirku.
"tapi saya masih ragu" kataku meragu.
"keraguan itu akan hilang jika kamu mau mencoba" ajaknya.
"saya serius sama kamu Nad, saya memang tidak bisa menjamin kebahagiaan kamu tapi saya janji akan melakukan segala yang saya mampu untuk membuat kamu bahagia" janjinya, kali ini dengan meraih kedua tanganku untuk digenggamnya lembut.
Aku menunduk sejenak ketika satu butir air mata lolos dari ujung kelopak mataku, mungkin terbawa suasana sehingga haru menyeruak ketika Pak Tama menyatakan kesungguhannya kepadaku.
Pak Tama meraih daguku kemudian wajah kami bertemu, dengan lembut ia mengusap butiran air mata yang masih menetes melewati pipiku.
"Kali ini apa lagi Nad? Apa terlalu berat untuk menjalin hubungan dengan saya?" Tanya Pak Tama memelas.
Aku menggeleng,
"Boleh saya menjadi bagian dari hidup kamu?" Tanya Pak Tama pelan.
Aku mengangguk sekali, sekaligus menjadi jawaban bahwa aku menerimanya. Ya, menerima Pak Tama untuk mulai membuka lembaran baru denggannya.
.
.
.
To be continued
♏️♏️♏️
Ayaya 💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top